2

3K 219 2
                                    

"Baiklah, semua sudah siap kan?" tanya Taewoo kepada keluarganya, hari ini rencananya mereka akan pulang setelah liburan selama 2 hari di pantai, untuk merayakan anniversary ke 2 tahun.

"Taehyung belum datang, ayah ... " Jimin khawatir, sejak mereka keluar dari hotel tadi, ia belum melihat Taehyung sama sekali, terakhir setelah sarapan Taehyung bilang akan menyusul, tapi sampai sekarang setelah semua barang dibereskan ia belum datang juga.

"Anak itu." Taewoo menghela nafas kecil, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya agar Taehyung mau menurut walau sedikit saja dan tidak membuat repot semua orang.

"Akan aku panggil," tawar Jimin lalu pergi kembali masuk ke dalam hotel dan mencari Taehyung.

"Dengar!! Kau harus ganti ini semua, ini semua adalah barang mahal!!" Jimin menoleh ke arah suara keributan yang memekakakn telinganya, ia berjalan ke arah sana, tadinya ia hanya penasaran ada apa, tapi ternyata rasa penasarannya membawa dirinya bertemu dengan seseorang yang ia cari, Taehyung ada disana berdiri santai dengan pria paruh baya yang terlihat marah di depannya .

"Taehyung ada apa?" Jimin mendatangi keduanya, ia tampak khawatir dan juga bingung, kali ini kerinutan apa yang dilakukan saudaranya itu.

"Kau siapa?" Menyadari kehadiran Jimin yang tiba-tiba berada diantara pertengkaran mereka, pria paruh baya itu bertanya.

"Jangan ikut campur pergilah, ini hanya masalah kecil" titah Taehyung datar tanpa menoleh dan meluruskan pandangannya pada pria yang sedang berdebat dengannya sejak pagi karena ia tidak sengaja menyenggol 3 vas bunga impor miliknya.

"Masalah kecil kau bilang? Kau sudah membuat vas bunga ku pecah! kau tahu ini barang impor dasar bocah berandalan!" Pria itu marah sambil sesekali menunjuk Taehyung.

"Berandalan? Cih .... Lalu kenapa?" Tantang Taehyung dengan senyuman meremehkan.

"Kau!" Pria itu menarik kerah baju Taehyung, membuat pemuda itu terbatuk pelan karena lehernya tercekik oleh tangan besar pria itu.

Jimin panik melihat itu, "paman, tolong lepaskan saudaraku, kami minta maaf." Jimin terus memohon agar pria itu melepaskan tangannya dari kerah Taehyung.

Melihat sikap Jimin yang jauh lebih baik dari Taehyung, pria itu melepaskan, tapi sedetik setelahnya Taehyung melayangkan tinjunya, kalau saja Jimin tidak menahan tangannya, sudah pasti pria itu akan babak belur dibuatnya.

"Apa yang kau lakukan, Kim Taehyung!!" Jimin mencengkram erat tangan Taehyung, tidak peduli dengan tatapan amarah yang tersiat di mata nya, ia hanya tidak ingin Taehyung terkena masalah lebih banyak dari ini. Taehyung melepaskan genggaman tangan Jimin kasar melirik sebentar pada pria di depannya yang masih terkejut kemudian pergi tanpa berkata apapun.

"Hei kau mau kemana? ganti vas ku! oi bocah gila!!" teriak pria itu setelah kesadarannya kembali sepenuhnya.

"Tolong maafkan saudaraku, pak. Kalau boleh tahu berapa harga vas ini biar saya yang akan menggantinya," tanya Jimin sopan .

"Kau beda sekali dengannya, aku tidak yakin kalian bersaudara. Sebenarnya aku tidak masalah mengenai vas ini tapi saudaramu itu tidak sopan sehingga membuatku marah," ungkap pria itu nadanya tidak sekeras tadi.

"Sebenarnya dia anak yang baik, jadi tolong maafkan dia, akan saya ganti kerugian anda," sambung Jimin

"Tidak usah, tidak apa. Kau sangat sopan ajari saudaramu itu sopan santun juga, ya." Pria itu menepuk pundak jimin sekilas lalu berbalik pergi masuk ke dalam kamar dengan no 204 di pintunya.

Jimin membungkuk sekilas dan mengucapkan terima kasih pada pria itu, ia melirik pada 3 vas bunga yang sudah berantakan dibawah, apa yang sebenarnya ia lakukan sampai membuat kekacauan sebanyak ini, "ah.. sudahlah, ayah dan ibu sudah menunggu," Jimin pergi kembali ke keluarganya yang sudah menunggunya di dalam mobil dan duduk di kursi penumpang sebelah Taehyung.

"Jiimin-aa, kau darimana saja sih? Kami khawatir padamu, sayang, " tanya Haewon khawatir.

"aku tidak apa, bu," jawab Jimin menenangkan dan dibalas anggukan singkat oleh ibunya.

Jimin menoleh menatap Taehyung yang sama sekali tidak ada niatan mengucapkan terima kasih atau apapun kepadanya setelah kejadian tadi pagi, matanya hanya bergerak mengikuti setiap bangunan yang terlewat.

****

Mobil hitam yang mereka tumpangi memasuki kediaman keluarga Kim yang megah, Taewoo mulai menurunkan barang-barangnya dengan dibantu oleh Jimin, sedangkan Taehyung yang tidak tertarik untuk itu langsung melenggang masuk ke dalam dan pergi kekamarnya. Taewoo hanya menggelengkan kepala heran pada sikap nya.

"Terima kasih, ya," ucap Taewoo sembari menyunggingkan senyuman pada Jimin, Jimin mengangguk dan membalas senyuman itu.

"Aku mau pergi ke kamar dulu ya, ayah," pamitnya lalu pergi ke kamarnya.

"Kau mengingatkanku padanya, kau lihat? senyumnya benar benar mirip denganmu," gumam Taewoo lirih setelah Jimin menghilang masuk ke dalam rumah mereka.

Jimin pergi ke kamarnya setelah selesai membantu ayahnya menurunkan barang-barang, langkahnya terhenti tepat di depan kamar Taehyung, ia mendengar sesuatu yang jatuh dari sana dan Jimin memutuskan untuk melihat apa yang terjadi tanpa sepengetahuan Taehyung.

Bibir tebal Jimin tersenyum membentuk lengkungan saat Taehyung mengangkat sebuah foto dengan gambar Taehyung dan seorang wanita disana, karena tidak mau mengganggu pemuda itu, ia memutuskan kembali ke kamarnya, tanpa membuat ribut.

Jimin melemparkan tubuhnya di tempat tidur berukuran king size, kamar yang sudah menjadi tempatnya tidur selama dua tahun belakangan menjadi saksi bisu siapa ia sebenarnya, ia masih terbayang dengan seorang wanita di foto milik Taehyung, ia sangat merasakan bahwa Taehyung sangat menyayangi ibunya.

"Kau benar, ibumu sangat cantik, aku jadi tidak sabar bertemu dengannya," gumamnya lirih, sebelum akhirnya ia terlelap dalam mimpinya.

"Taehyung awas."

Jimin terbangun saat mimpi itu datang lagi padanya setiap kali ia menutup mata tanpa bantuan obat, bayangan itu terus datang, dengan nafas yang masih memburu ia berusaha bangun dan membuka laci lalu mengambil sebuah botol berisi obat, ia menelan sebutir obat itu dengan bantuan air putih, selalu begini, semenjak kejadian itu ia tidak bisa benar-benar tidur dengan nyeyak tanpa bantuan obat.

Bayangan masa lalu yang terjadi antara dirinya dan Taehyung selalu menghantui, dan beberapa kali seseorang yangs angat ia rindukan juga muncul disana, sungguh, kalau bukan karena janjinya, ia ingin segera mengakhiri semuanya.

****

Taehyung menatap foto itu dalam ia merindukan sesosok wanita di foto itu, ibunya .

ia merindukan senyuman ibunya, ia merindukan betapa lembutnya sang ibu saat mengusap surainya dan bagaimana rasa enak nasi goreng kimchi buatannya.

Meski sudah ada wanita pengganti disana, baginya ia hanya punya seorang ibu yaitu Kim Haneul.

Tidak ada yang lain, sekeras apapun Park Haewon mencoba, wanita itu tidak akan pernah menggantikan posisi Haneul di hati Taehyung.

Tidak pernah dan tidak akan pernah .

Benarkah ?

Author menyapa....

Halo aku balik lagi , maaf ya kalau ceritanya agak gak nyambung. maklum ya masih pemula 😁

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang