4

2.2K 212 2
                                    

"Taehyung, mereka adalah keluarga baru kita," ucap Taewoo kepada Taehyung yang sedang menatap bintang di jendela kamarnya.

Taehyung menoleh melihat seorang wanita dan seorang anak laki laki seumuran dengannya berdiri dibelakang wanita itu.

"Hai namaku Haewon senang bertemu denganmu." Dengan senyuman ramah, Haewon mendekati Taehyung, tapi pemuda yang sudah resmi menjadi putra tirinya itu malah mundur menjauhinya tidak suka.

"Kau takut padaku? Aku sudah menjadi ibumu mulai hari ini," sambung wanita itu masih mencoba ramah walau merasa sedikit terganggu dengan penolakan Taehyung.

Taehyung menggeleng kuat, "Ibuku hanya satu, Kim Haneul tidak ada yang lain!!" teriak Taehyung lalu pergi menerobos Haewon dan Jimin yang masih berdiri di tempatnya.

Taehyung menangis sendirian di pantai dekat rumahnya, pasalnya pantai itu adalah satu satunya tempat dimana ia bisa menumpahkan semua perasaannya, dulu ibunya lah yang selalu mengajaknya kesana untuk sekedar mengobrol hangat tentang hari-hari nya, dan mendangar segala keluh kesahnya.

Tapi sekarang wanita itu sudah pergi untuk selamanya, dan berubah menjadi sebuah bintang yang sangat indah di langit.

Taehyung menatap bintang di langit penuh kerinduan. "Ibu, kenapa pergi?" Taehyung menunduk memeluk lututnya.

Sudah satu jam ia duduk di tepi pantai, pundaknya naik turun karena menangis, bahkan sebenarnya dadanya pun sudah terasa sesak karena tidak berhenti menangis.

Tapi apa yang bisa ia lakukan, air mata terus memaksa keluar, rasa sakit di hatinya seakan tidak pernah disembuhkan, walau sudah bertahun-tahun ditinggalkan, waktu tidak bisa menyembuhkan luka nya.

Taehyung mengangkat wajahnya saat merasakan tepukan pelan di pundak lebarnya. Jimin, pemuda yang datang bersama dengan istri baru ayahnya, entah darimana ia tahu tempat ini, ia datang seolah sudah sering datang kesini.

Jimin jugalah satu-satunya orang yang tahu Taehyung menangis. sebelum ini ia selalu menyembunyikan tangisannya pada semua orang termasuk ayahnya sendiri, selalu berlagak kuat di depan semua orang.

"Menangislah, aku tahu kau sedang terluka." Jimin mendaratkan bokongnya di samping Taehyung lalu tersenyum manis kepadanya.

"Aku janji akan selalu bersamamu," sambungnya sambil mengangkat kelimgking mungilnya berjanji.

Taehyung membencinya, Taehyung benci orang yang tahu kelemahannya, itulah kenapa sampai sekarang ia membenci Jimin.

Tidak masuk akal memang, tapi itulah yang ia rasakan, ia hanya tidak ingin orang lain memegang kelemahannya.

Taehyung pergi ke kamar Jimin, ia berniat mengembalikan jaket yang Jimin berikan padanya tadi, tanpa perasaan, ia membuka pintu kamar dengan keras.

Matanya melebar saat jimin sudah tergeletak tidak sadarkan diri di lantai, awalnya ia terdiam sebentar setelah mendapat kembali kesadarannya ia mulai panik dan menghampiri pemuda itu, tangannya sedikit menggoyangkan tubuh kecil Jimin untuk membangunkannya, tapi pemuda itu tidak bergerak sedikitpun.

Matanya menelusuri seluruh ruangan itu dan menemukan botol obat yang dimana isinya sudah berceceran di lantai.

"ini, obat apa?" gumamnya sambil melirik kearah Jimin yang terlihat tenang dalam tidurnya. Setelah memastikan bahwa Jimin masih hidup dengan hati-hati ia memindahkan Jimin ke tempat tidurnya lalu melemparkan jaket yang dibawanya tadi ke sembarang tempat lalu pergi keluar, mencoba untuk tidak peduli.

Langkahnya terhenti, hatinya masih belum tenang, iya dia khawatir,  ia memutuskan berbalik dan menarik selimut untuk menyelimuti pemuda yang selalu tersenyum manis kepadanya.

Entah kenapa dia tidak bisa benar benar membenci pemuda itu, pemuda yang selalu telihat bahagia dengan masalah yang mungkin lebih besar dari yang ia hadapi.

Tetaplah disini, dan tepati janjimu, Jimin

****

Jimin mengerjap-erjapkan matanya, menyesuaikan sinar yang memaksa masuk di sela-sela jendela kamarnya, tangannya refleks menyentuh kepalanya yang masih terasa nyeri.

"Sejak kapan aku berada di tempat tidur?" Ia penasaran, seingatnya kemarin ia pingsan di lantai dan sekarang saat ia bangun ia sudah berada di atas tempat tidur, bukankah seharusnya dia masih ada di lantai sampai pagi?

Melupakan rasa penasarannya, ia bangun perlahan dari tempat tidurn. kakinya menginjak sesuatu yang ada di lantai lalu mengambil nya, senyumnya terukit saat melihat benda itu.

Terima kasih, Taehyung-ah.

****

"Taehyung, tunggu!" Jimin sedikit berlari menghampiri Taehyung yang sudah jauh dihadapannya, Taehyung menoleh ke arah Jimin yang sudah terlihat terengah di depannya.

"Apa?" tanya Taehyung dingin .

"Astaga kau cepat sekali." Jimin mencoba mengatur nafasnya setelah mensejajarkan dirinya dengan Taehyung.

"Aku cuma mau berterima kasih padamu, terima kasih sudah memindahkanku ke tempat tidur kemarin, kemarin aku sangat lelah jadi aku tertidur di lantai," jelas Jimin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oi Taehyung," Mingyu merangkul pundak Taehyung dari belakang.

"Kenapa kau bicara dengan anak ini? Urusan keluarga?" tanya Mingyu penuh ejek, Taehyung menghempaskan tangan Mingyu kasar pertanda ia kesal dengan perkataan nya.

"Ayo bolos." Jungkook datang bersama Namjoon dan Seokmin dibelakangnya. Taehyung hanya menangguk lalu pergi bersama teman temannya tanpa melirik ke arah Jimin sedikitpun dan tentu saja tidak berniat ingin membahas kejadian kemarin malam.

Sebenarnya Jimin ingin sekali melarang Taehyung karena kalau mereka bolos pasti akan merokok, dan merokok tidak baik untuk kesehatan Taehyung.

Ia tidak ingin Taehyung sakit, tapi melarangnya juga percuma Taehyung tidak akan pernah mengindahkan larangan nya.

****

"Kau melamunkan apa sih?" tanya Seokmin yang sedari tadi melihat Taehyung hanya melamun sedangkan teman-temannya saling melemparkan canda tawa.

Taehyung menggeleng lalu mematikan rokoknya.

"Eoh, kenapa? Kau punya masalah dengan si kecil itu? Dia membuat masalah denganmu?" tanya Jungkook penasaran pada taehyung yang berdiri dan hampir pergi, tidak biasanya dia sangat pendiam, biasanya Taehyung yang paling semangat, ia bisa menghabiskan 3-4 batang rokok dalam sekali bolos, tapi sekarang? Satu batang belum habis saja sudah ia matikan.

Taehyung menghentikan langkahnya menoleh ke arah jungkook memberi tatapan datar tidak berniat menjawab pada pemuda bergigi kelinci yang sudah menjadi temannya selama setahun belakangan ini.

Tanpa bicara sekata pun Taehyung pergi meninggalkan teman temannya.

"Anak itu, awas saja, tunggu saja waktumu Kim Taehyung," gumam Jungkook sambil menyesap rokoknya yang tinggal separuh.

Taehyung berjalan menuju kelasnya, sepanjang perjalanan ia masih memikirkan tentang obat yang ia temukan di kamar Jimin . apa yang pemuda itu sembunyikan, meski otaknya tidak mau memikirkan itu tapi hatinya mengkhawatirkan pemuda itu.

Kau baik baik saja kan jim ?

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang