3

2.4K 228 2
                                    

"Taehyung, kau tidak sarapan dulu?" tanya Haewon yang melihat Taehyung sudah rapi dengan seragamnya tanpa melirik ke arah meja makan sedikit pun. Taehyung berhenti melirik sekilas ke arah Haewon dengan datar lalu beralih ke ayahnya.

"aku tunggu dimobil, ayah," singkatnya lalu pergi tanpa menghiraukan ucapan Haewon, Haewon hanya menatap taehyung dengan tatapan sedih.

"Ibu .. " panggil Jimin lirih kepada ibunya sambil tersenyum menenangkan, Haewon hanya membalas itu dengan senyuman seperti biasa.

"Kau tidak boleh seperti itu pada ibumu, Kim Taehyung," ucap Taewoo menasehati, ia sudah duduk di kursi kemudi disamping Taehyung, dan tidak lama kemudian disusul oleh Jimin yang duduk di kursi belakang.

Taehyung menoleh ke arah ayahnya dengan tatapan tajam.

"Ibuku hanya satu Kim Haneul, tidak ada yang lain!" tegas nya, Taewoo hanya diam mendengar itu bagaimanapun juga ia tidak mau meluapkan emosinya di pagi ini, terdengar helaan nafas dari nya lalu memutuskan untuk menjalankan mobilnya.

Sedangkan jimin, ia hanya menjadi penonton, ia tidak ingin mengatakan sesuatu yang akan membuat taehyung semakin membencinya. selama perjalanan tidak ada suara apapun yang ada di sana keheningan menyelimuti suasana dalam mobil itu.

Mereka sampai dan berhenti di depan SMA Seoul Taehyung keluar tanpa pamit pada Taewoo, ia masih kesal karena perdebatan mereka tadi pagi, sedangkanJiimin tersenyum ramah pada Taewoo lalu akhirnya turun menyusul Taehyung.

"Taaehyung tunggu aku!" teriak jimin yang sedikit berlari menyusul Taehyung yang jaraknya sudah cukup jauh.

"Akh..!" Jimin meringis kesakitan karena terjatuh saat tiba tiba taehyung berhenti di hadapannya.

"Berhenti mengikutiku!" titah Taehyung tegas lalu pergi, Jimin hanya terdiam melihat punggung lebar Taehyung menghilang ditelan gerombolan siswa siswi yang juga sedang berangkat.

"Jimin!" Panggilan itu membuat nya menoleh kearah asal suara.

"Bisakah kau tidak berteriak sehari saja, eoh?" ucap Jimin pada Seungwoo yang sudah ada dihadapannya, sedangkan Seungwoo hanya nyengir tidak berdosa.

"Berhenti tersenyum dan bantu aku," pinta Jimin sembari menyodorkan tangannya, dengan cepat Seungwoo menarik tangan Jimin dan membuatnya berdiri, Jimin membersihkan celananya yang kotor karena jatuh.

Seungwoo menggantungkan tangannya di pundak jimin lalu pergi ke kelas bersama .

Jeong seungwoo adalah satu-satunya murid yang mau berteman dengan jimin semenjak ia pindah ke SMA itu, satu satunya orang yang tidak memandangnya sebagai saudara dari seorang Kim Taehyung anak dari seorang pengusaha kaya raya Kim Taewoo.

Jimin menarik lengan Seungwoo sebelum akhirnya sebutir telur jatuh di hadapan mereka dari atas pintu kelas .

"Astaga, tingkat kepekaanmu tinggi juga ya , Jimin,"  Jungkook menghampiri jimin dan Seungwoo dengan seringai jahatnya seperti biasa, dibelakanganya ada Kim Mingyu , Kim Namjoon , Lee Seokmin dan terakhir adalah Kiim Taehyung. mereka dikenal dengan anak-anak pembuat onar di sekolah.

"aigoo, saudaramu boleh juga ya, tae?" goda Mingyu pada Taehyung yang seketika membuat ekspresi nya berubah menjadi kesal.

"Dia bukan saudaraku, dan tidak akan pernah!" tegasnya sambil menunjuk ke arah Jimin.

Jimin hanya diam, mengepalkan tangannya kuat tidak ingin meluapkan amarahnya, ia tidak peduli pada Taehyung yang tidak menganggapnya, tapi perlakuan mereka pada sahabatnya membuat amarahnya meledak, namun mereka beruntung karena ada Taehyung diantara mereka, kalau tidak, mungkin jimin sudah melayangkan tinju nya pada mereka karena sudah mengganggu sahabatnya.

Jimin mengehela nafasnya kasar, lalu menepuk sekilas pundak Seungwoo .

"Sudahlah ayo masuk," ajak Jimin lalu melangkah masuk ke dalam kelas, langkahnya terhenti saat Jungkook berada dihadapannya menahan pergerakannya dengan tangan di pundak nya.

"Kau mau kemana, pengecut?" tanya Jungkook pada Jimin dengan nada meremehkan,  Jimin mendongak menatap Jungkook dengan tatapan tajam, tatapan yang pernah ia tunjukkan pada pemuda dihadapannya beberapa tahun lalu.

"Lepaskan tangan mu," titah Jimin penuh penekanan. Jungkook tidak mengindahkan peringatan Jimin, ia malah semakin menjadi dengan mencengkram pundak pemuda yang lebih pendek darinya itu lebih kuat lagi.

Cengkraman erat tangan kekar Jungkook berhasil membuat Jimin meringis pelan, iya itu lumayan sakit, tapi ia mencoba menutupinya, ia mencengkam balik tangan Jungkook yang ada di pundaknya, kemudian melepaskannya kasar, dan berhasil membuat Jungkook memekik kesakitan.

"Aku tidak ingin ribut denganmu, Jungkook," ucap Jimin lalu pergi ke tempat duduknya diikuti Seungwoo dibelakangnya.

****

"Tae, kau pulang saja dulu aku ada urusan sebentar," titah Jimin pada Taehyung yang sudah berjalan lebih dulu di depannya.

"Memang siapa yang mau menunggumu?" Taehyung melenggang pergi tanpa memperdulikan jimin.

Jimin hanya tersenyum simpul, baginya, taehyung mau bicara padanya saja sudah sangat beruntung, bagaimanapun Taehyung memperlakukannya, ia harus menjaganya karena ada janji yang harus ia tepati.

****

"Jimin ah, kau kemana saja? Kami mengkhawatirkanmu," tanya Haewon yang melihat Jimin baru pulang saat makan malam, Taehyung diam tidak menanggapi, tidak peduli dan tidak mau peduli.

"Ada urusan sebentar, bu," jawab Jimin menenangkan ibunya lalu duduk untuk bergabung makan malam bersama, malam ini Jimin tidak banyak bicara seperti biasa dia hanya diam dan sesekali menjawab pertanyaan yang dilontarkan padanya.

"Aku sudah selesai, aku mau istirahat. terima kasih makanannya," ucap Jimin lalu pergi menuju kamarnya, Haewon dan Taewoo bingung, ada apa dengan Jimin, tidak biasanya ia sangat pendiam, tidak lama setelah itu Taehyung juga berdiri bersiap untuk pergi tapi ayahnya menahannya.

"Kalian ada masalah?" tanya Taewoo pada taehyung.

"Memang sejak kapan anak itu tidak punya masalah denganku?" Taehyung melepaskan genggaman ayahnya lalu pergi ke luar.

Setelah mengganti seragamnya, ia berjalan keluar kamar, ia ingin mengobrol sebentar dengan Taehyung, setidaknya sebelum ia tidur ia bisa menghabiskan waktu berdua dnegan Taehyung.

Jimin menuruni tangga perlahan, rumah mewah ini sudah sepi, ayah dan ibunya sudah ada dikamar untuk istirahat, beberapa waktu lalu ia melihat ke dalam kamar Taehyung, pemuda itu tidak ada disana, ia memutuskan untuk mencarinya di seluruh rumah, dan akhirnya ia menemukan Taehyung yang sedang melamaun sendirian di depan rumah mereka.

"Kau belum tidur?" Panggilan Jimin membuyarkan lamunan Taehyung.

"Pergilah aku sedang tidak ingin berdebar," titah Taehyung berusaha acuh.

"Disini dingin, lebih baik masuk, kau bisa sakit nanti," ucap jimin lalu melepas jaket nya dan memakaikannya pada taehyung.

taehyung berdiri sembari melepaskan jaket itu dan ingin mengembalikannya pada Jimin tapi pemuda itu sudah lebih dulu masuk ke dalam.

Taehyung masih diam ditempat dengan jaket jimin di genggamannya.

Jimin kembali kekamarnya setelah sempat berbincang kecil dengan Taehyung di luar, hati nya menghangat setiap kali bersama Taehyung.

Ditengah kesenangan hatinya setelah berbincang singkat dengan Taehyung, Tiba-tiba saja rasa sakit itu datang, Jimin mencengkram kepalanya kuat menahan rasa sakit yang sudah ia rasakan selama tiga tahun belakangan ini, dengan sedikit limbung ia mengambil sebuah botol obat dari dalam tasnya dan menelan beberapa butir tanpa air minum dengan tujuan menghilangkan rasa sakit yang teramat itu.

Ia tidak bisa lagi menahannya, di detik selanjutnya ia ambruk dengan tangan yang masih menggenggam botol obatnya.

Aku masih harus bertahan, aku tidak mau meninggalkan nya sendirian, apa yang harus ku lakukan, bu?

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang