Btw gaes, ku masih menjunjung tinggi harkat dan martabat Hyunjin sebagai seme, jadi, berhenti berharap Hyunjin jadi uke disini karna gabakal kukabulin, BYE 😂
Next chapter rules:
- vote min.100
- conment min.20Hyunjin hanya diam memperhatikan saat Han tengah meminum obat heatnya. Keduanya kini tengah berada di coffee shop keluarga Hyunjin yang sengaja dibuka lagi oleh Hyunjin untuk mengobrol bersama Han.
"Feel better?" Tanya Hyunjin. Ia ingat betul beberapa saat yang lalu Han nyaris hilang kendali dan 'menyerang'nya begitu saja, rupanya hybrid berstatus dominant itu sudah memasuki masa rootnya. Untung saja Hyunjin lebih kuat dan bisa menahan serangan mendadak dari Han, walaupun hasilnya ia harus mendapatkan luka-luka cakaran baru.
"Maafin gue yang tadi." Han mengusap belakang lehernya, merasa tidak enak pada Hyunjin.
"Santai aja, gue udah berpengalaman dicakar kucing kok, hehe." Hyunjin terkekeh pelan.
"Lu lagi root kenapa jalan-jalan?" Tanya Hyunjin bingung.
"Yeah, lagi pengen keluar aja." Han mengangkat kedua bahunya acuh.
"Oh." Hyunjin mengangguk.
"Dan... Gue tadi ketemu cewek yang mirip Felix."
"Hah?"
"Hybrid juga."
Oke, Hyunjin bingung sekarang.
Jadi sebenarnya ada berapa Felix di kota ini?
"Ketemu dimana emangnya?"
"Tadi gak sengaja senggolan pundak, tapi dia langsung pergi." Jelas Han.
Hyunjin mengangguk paham, kemudian menyesap Iced Americanonya.
Tak lama kemudian, suara pintu dibuka terdengar dari seberang jalan. Rupanya Minho dan Felix baru kembali dari acara makan malam mereka.
"Miaaww..." Felix mengeryit saat mencium aroma asing, rupanya feromon Han masih tersisa di sekitar rumah kontrakan itu.
"Kenapa?" Tanya Minho bingung.
"Ada... Hybrid lain." Jawab Felix pelan.
"Hah?" Minho mengeryitkan dahinya.
"Ada hybrid lain, lagi root." Jelas Felix.
"Mana?!" Minho mengedarkan pandangannya dengan panik, dipikirnya ia akan mendapatkan peliharaan hybrid baru lagi, bisa bangkrut dia. Felix saja makannya sudah banyak.
"Miaaww..." Han mengeong sembari memperhatikan Felix dari balik jendela coffee shop.
"Nah itu Felix balik, mau gue panggilin? Tunggu bentar." Hyunjin bersiap bangkit dari kursinya untuk memanggil Felix, namun tiba-tiba Han menahan sebelah tangannya.
"Jangan."
"Lah kenapa? Tadi katanya nyari Felix, temen lu kan?" Hyunjin makin bingung. Dipikirnya Han memang benar-benar teman dekat Felix, ia belum paham jika maksud Han adalah ingin menjadikan Felix sebagai submissivenya.
"Eum... Felix pasti capek abis jalan-jalan, besok aja gue bisa mampir lagi kok." Han tersenyum tipis. Sepasang mata kucingnya terpaku menatap Minho yang masih mengedarkan pandangannya berkeliling.
"Oh gitu, yaudah deh." Hyunjin mengangguk dan kembali duduk.
Satu hal yang baru Han sadari...
Rupanya Minho merupakan salah satu dosen yang mengajar di kampusnya.
Iya, Han merupakan seorang mahasiswa.
*****
"Hyunjin!" Felix lagi-lagi muncul di kamar Hyunjin di pagi hari.
"Astaga mama kenapa sih udah Hyunjin bilang jangan izinin Felix masuk!" Hyunjin berteriak dari kamarnya.
"Maaf Jin! Felix lucu sih! Mama gemes!" Balas sang ibu dari luar kamar.
Felix hanya terkekeh senang sembari menggoyang-goyangkan ekornya.
"Hyunjin ayo bangun, mandi, terus anterin Felix pergi." Pinta Felix.
"Mau kemana? Gue kan kudu jaga coffee shop." Hyunjin akhirnya bangkit dan duduk di atas ranjangnya walaupun kedua matanya masih berat untuk dibuka.
"Felix pengen ke kampusnya kak Minho, nganterin makanan." Felix mengangkat lunchbox dalam genggamannya.
"Lah nanti pas kak Minho pulang juga dia makan kan?"
"Ih kak Minho pulangnya sore, kasian pasti laper." Felix memasang kitten eyes terbaiknya.
"Ck, gak usah sok imut, gak ngefek ke gue." Hyunjin melemparkan bantalnya ke wajah Felix.
"RAWR!"
"IYA IYA MAAF!!"
*****
CKLEK
"Permisi." Han memasuki ruang dosen jurusan seni di kampusnya.
"Oh, Han Jisung." Minho yang kebetulan tengah berada di mejanya tersenyum melihat salah satu mahasiswanya tersebut.
"Kak, saya mau ngumpulin tugas." Han mendekati meja Minho dan menyodorkan laporan tugasnya.
Jangan heran mengapa Han memanggil Minho dengan 'kak', karena dosen muda itu sendiri yang tidak mau dipanggil 'pak'.
"Oke, tanda tangan dulu." Minho menyodorkan map berisi daftar nama mahasiswanya.
Han mengangguk kemudian segera membubuhkan tanda tangan di samping namanya.
Minho mendongak untuk menatap Han sekilas, pemuda itu selalu mengenakan topi setiap berada di lingkungan kampus, tidak pernah tidak. Padahal menurut Minho, Han memiliki rambut berwarna dark grey yang menarik.
"Han, kamu kok selalu pake topi di kampus sih? Coba dibuka, penasaran pengen liat rambut kamu." Pinta Minho.
"Ehehe, jangan deh Kak, saya gak pede kalo gak pake topi." Jawab Han.
Padahal jelas-jelas tujuannya menggunakan topi adalah untuk menutupi kedua telinga kucingnya.
"Loh kok gak pede? Kayanya kamu gantengan gak pake topi deh." Balas Minho.
"Apaan sih Kak, saya sama Kakak aja gantengan Kakak, pacar Kakak pasti cantik." Han mulai memancing.
"Haha saya belum punya pacar." Minho mengusap belakang lehernya dengan canggung.
"Masa sih Kak? Seganteng Kakak belum ada pacar?" Han pura-pura terkejut.
"Iya, belom. Kalo kamu mau cariin boleh sih, haha." Canda Minho.
"Boro-boro cariin buat Kakak, saya sendiri aja belum punya, hehe. Yaudah Kak, saya permisi dulu." Han membungkuk sopan kemudian segera meninggalkan ruang dosen itu.
"Jadi kak Minho bukan pacarnya Felix, berarti Felix masih jomblo."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER CAT || minlix (coмpleтe ✓)
Fanfiction"Gue benci musim dingin," ujar Minho. "Kenapa?" Felix bertanya bingung. "Ya karena suhunya dingin banget." Jawab Minho. "Tapi..." Pemuda tampan itu menggantung kalimatnya. "Apa?" Felix memandang dalam kedua manik Minho. "Lu bikin gue jadi suka musim...