①⑨

6.1K 980 92
                                    

Next chapter rules:- vote min

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Next chapter rules:
- vote min.100
- comment min.30

"LU APAIN SIH JIN?!"

"ASTAGA KAK! GUE TUH GAK NGAPA-NGAPAIN!" Hyunjin memandang frustasi ke arah Minho, tetangganya itu langsung saja mengomelinya habis-habisan saat melihat Felix tengah menangis sesenggukan.

Minho pikir Hyunjinlah yang menjadi penyebab tangisan Felix, karena ini pertama kalinya Minho melihat Felix menangis sejak hybrid manis itu tinggal dengannya.

"Hiks... Hiks..." Felix sama sekali tidak berniat merespon perdebatan antara Minho dan Hyunjin, pemuda kucing itu masih saja betah menangis dalam pelukan Minho.

"Udah Lix, jangan nangis terus donk... Lu kenapa hm?" Minho melembutkan suaranya dan mengusap punggung Felix, berusaha menenangkannya.

"Hiks... Sakit, hiks..." Felix berbicara lirih di tengah tangisannya.

"Sakit? Apanya yang sakit? Diapain sama Hyunjin?" Minho ganti mengusap rambut Felix.

"YAELAH KAK, DIBILANGIN BUKAN GUE!" Hyunjin tetap berusaha membela diri, meyakinkan Minho bahwa bukan dirinyalah penyebab Felix menangis.

"LU BISA DIEM KAGA SIH?!" Minho menatap tajam ke arah Hyunjin, membuat Hyunjin jadi kesal dan berjalan sembari menghentakkan kakinya ke arah sofa ruang tamu.

Persetan, ia bersumpah bahwa dirinya akan ganti mencakar Felix jikalau hybrid itu berkata bahwa dirinyalah penyebab tangisan kucing jadi-jadian itu.

Sementara di kamarnya, Minho masih berjuang untuk menenangkan Felix hanya agar hybrid itu bisa bercerita apa yang menyebabkannya menangis.

"Mau susu hm?" Tanya Minho pelan. Tangannya kini tengah mengusap punggung tangan Felix.

Felix tidak menjawab, hanya menggeleng pelan.

"Mau tidur?" Minho kembali bertanya.

Felix tidak langsung menjawab, namun akhirnya mengangguk.

"Oke." Minho membaringkan tubuh mungil Felix ke ranjang, kemudian bersiap akan berbaring juga disampingnya, namun Felix sudah terlebih dulu menaiki tubuhnya dan memeluknya erat. Kepalanya berbaring nyaman di dada Minho, sementara ekor putihnya bergoyang pelan.

TOK TOK TOK

"Kak! Gue pulang!" Pamit Hyunjin dari luar kamar.

"Iya Jin, ati-ati!" Balas Minho.

Terdengar suara pintu ditutup, tanda bahwa Hyunjin sudah keluar dari rumah itu.

*****

"Yeu kampret emang para manusia negara maju ini." Hyunjin lagi-lagi menggerutu kesal saat ia baru saja hendak memasuki rumahnya, namun dilihatnya tempat sampah di depan pintu rumahnya telah berisi beberapa gumpalan tisu.

Salah satu tugas Hyunjin selain membantu sang ibu mengurus coffee shop adalah membuang sampah, dan jika di pagi hari sang ibu menemukan tempat sampah yang masih terisi penuh, sudah dipastikan Hyunjin akan diomeli habis-habisan.

Akhirnya dengan kesal Hyunjin mengangkat tempat sampahnya dan berjalan ke arah tempat sampah besar yang berada tidak jauh dari rumahnya.

Hyunjin mengeryit bingung saat ia sudah membalik tempat sampah plastik tersebut agar gumpalan-gumpalan tisu yang berada di dalamnya segera jatuh, namun tidak juga keluar.

Dengan benar-benar terpaksa akhirnya ia menggunakan tangannya untuk mengeluarkan sampah tersebut, toh nanti di rumah ia bisa cuci tangan lagi.

"Fuck! Ini apaan sih?!" Hyunjin merasa geli sendiri saat terdapat sisa-sisa cairan putih di dasar tempat sampahnya. Akhirnya ia segera berlari kembali ke halaman rumahnya dan memutuskan untuk mencuci tempat sampah tersebut di bawah keran air.

Selesai dengan tugasnya, akhirnya Hyunjin masuk ke rumah dan menyamankan diri di ranjang empuknya. Kebetulan sang ibu sudah terlelap duluan.

Baru saja hendak memejamkan kedua matanya, Hyunjin membatalkan niatnya itu dan malah memandang jauh ke arah langit-langit kamarnya. Sepertinya baru tersadar akan sesuatu.

"Itu tadi... Sperma ya..."

*****

"Han, kok obat heat kamu yang minggu ini belum diminum?" Bangchan memasuki kamar Han dan mendekati anak angkatnya yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliah tersebut.

"Eh? Minum kok, Pa." Jawab Han, berusaha tenang.

"Loh ini masih sisa 7, seminggu 2 butir kan? Berarti kamu belum minum yang satunya."

"Eum..." Han bingung hendak menjawab apa.

"Minum dulu nih, jangan sampe heat kamu gak kekontrol." Bangchan menyodorkan obat tersebut dan memberikan segelas air kepada Han.

Han akhirnya menurut dan memasukkan tablet putih itu ke dalam mulutnya, kemudian segera meneguk air putih banyak-banyak.

"Nah, gitu donk. Tidur, jangan dipaksa nugas kalo capek." Bangchan mengecup kening Han kemudian meninggalkan kamar anak angkatnya itu.

Sepeninggal Bangchan, Han segera berlari ke toilet kamarnya dan memuntahkan obat yang sedaritadi disimpannya di bawah lidah tersebut.

Cara kerja obat tersebut adalah mengontrol hormon dan feromonnya, namun karena Han sudah 'menyelesaikan' heatnya bersama Felix, ia tidak perlu lagi mengonsumsi obat tersebut karena efek sampingnya bisa menyebabkan rasa pusing ataupun demam.

Han mematikan laptopnya kemudian berjalan ke arah ranjangnya lalu berbaring disana.

Ia memandang ponselnya yang tengah menampilkan chatroomnya bersama Felix. Han ingin mengirim pesan, sekedar ingin meminta maaf karena sudah bersikap kasar dan memaksa Felix untuk memuaskan nafsunya, namun tidak ada keberanian di dalam diri hybrid berbulu hitam tersebut.

Pada akhirnya Han memejamkan kedua matanya dan jatuh tertidur.

TBC

WINTER CAT || minlix (coмpleтe ✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang