TIGA

18 0 0
                                    

Hari minggu. Hari minggu adalah hari libur tetapi aku harus jualan keliling alun - alun di kotaku untuk memenuhi Mata Kuliah Kewirausahaan. Aku dan temanku berkeliling menjajakan dagangan kami. Well, not bad. Menjemput bola, kami pun banyak bertemu dengan orang - orang baru, mengalami tolakan, dan berjalan sambil mengomentari orang - orang dengan suara berbisik.
"Ada liat abang tadi?"
"yang mana?"
"ituu, yang jalan sm cewek."
"oh, yayaya."
"cowoknya ganteng bangeeettt, ada lu liat Ran, ceweknya biasa aja. Rasanya pengen ku tekong."
"untung lu cantik, boleh laahh ditekong."

Di alun - alun, kami jumpa dengan temannya teman dan sepupuku. Ya, langsung saja ku paksa mereka membeli dagangan yang ku jajakan. hahaha, mission complete. memang gak banyak untung tetapi lumayan untuk pengalaman.

"Jujur nda, seumur hidup aku tak pernah ditolak, sekarang aku ditolak." kata temanku

aku tertawa terbahak - bahak. memang, ku akui dia memang cantik, putih, tinggi, berisi, dan tajir, wajar saja kalau dia tak pernah tertolak, malah dia mampu menolak.

Ketika temanku kedatangan pacarnya (red : katanya masih TTM), tiba - tiba saja aku teringat abang yang menfollow diriku, Yups, bang Febri. Aku pun mengirim pesan untuknya agar ia datang ke alun - alun bantuin biar daganganku cepat habis tapi ia tak kunjung membalas. Aku pun membeli es krim dan mengirimkan foto es krim ku ke Bang Ahmad sambil berkata "hutangnya lunas ya" dan dia membalas pesanku "gak aci tu, masa foto es krimnya doang". aku hanya tertawa saja.

Akhirnya kami tutup stan. Habis tak habis daganganku sudah tutup. Bang Febri pun baru membalas pesanku dan berkata dia baru aja bangun karena ini hari libur. Dan ku katakan padanya bahwa daganganku sudah laku dan tak jadi minta bantu. Sejak saat itu kami jarang berkomunikasi.

Lama. Aku dan bang Febri lama tak berkomunikasi. Paling kalau aku membuat story, jika menarik menurutnya, dia akan berkomentar via DM, kadang dia hanya sekedar melihat. Ya salah satunya ketika aku membuat story tentang pilihan.

Jika hujan turun meninggalkan apa? Genangan atau Kenangan?

Mas Febri pun membalas storyku. Dia menjawab meninggalkan....

AIR

aku pun bingung. bukannya air dan genangan itu sama? dia menjawab, air belum tentu tergenang sedangkan genangan sudah pasti ada air. Kan ada air yang di tampung, Air galon misalnya.

Rasanya ingin ku teriaakkk. Ini cowok ngeselinnya kebangetan. Aku memang pernah jumpa dengannya. Berbicara dengannya membuat kita harus berfikir keras. Bang Febri itu orangnya sangat berlogika. berfikir dengan logika. Jumpa langsung ngeselin banget, di dunia maya pun sama saja, menyebalkaan.

ini adalah salah satu hal menyebalkan darinya yang masih ku ingat. Selain itu pernah ku katakan "iya deh, abang pujangga." lalu dia berkata "bukan dek, abang bukan pujangga, abang hanyalah seonggok daging yang diberi nama". Ya Ampun, dimana - mana nyebelin, terdiam kita dengan argumennya. Ku balas "ya bang, yaaa. Abang menang bang". Ia pun menjawab "abang gak menang dek, adek juga gak kalah. Adek selalu menang kok di hati abang.". Trust me, gue melted banget walau aku berusaha menutupi itu.

Yang paling lucu ini. Kami bahas tentang cewek, dan ku katakan padanya bahwa aku itu adalah cewek. Lalu dia bertanya apa itu cewek? ku jawab jika cewek itu ya seperti aku, seperti mamanya, yang pakai hijab, pakai rok, dan shalat juga pakai mukenah. Lalu ia berkata "Salon dekat rumah abang juga abang2nya pakai rok dek". Sangking kesalnya ku bilang "Lu samain gue sama Lucinta Luna?". Lucu sekali chat kami, tak terhitung betapa banyak lelucon, lucu, berukar fikiran, saran bijak, atau candaan yang saling kami lontarkan. Padahal aku sering banget bilang padanya kalau becanda jangan lucu - lucu banget, nanti teringat lalu baper, jangan hubungi Rani jika mulai baper, tapi siapa sangka. Argumenku malah kena pada diriku sendiri dan bahkan perlahan - lahan aku mampu melupakan Bang Ahmad dan jatuh pada kebersamaanku dengan Bang Febri.



LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang