Akhirnya kami pun pulang ke Banda Aceh menggunakan bus yang memakan waktu 12 jam. Yaps, sehari semalam kan? Sesampai di Banda Aceh aku pun beristirahat agar besok mempersiapkan untuk konsul ke dosen pembimbing.
___
Hari - hariku berlalu sejak pulang dari Medan. Kontak Bang Febri, Bang Ahmad, dan Bang Damar seketika ku hapus agar mudah melupakan mereka. Hatiku sakit. Sakit sekali ketika mengingat mereka, apalagi mengingat bang Febri, seketika air mataku jatuh turun deras.
____
Hari - hariku berlalu dengan tugas akhir, konsul, revisi, konsul, revisi lagi. Lelah rasanya tetapi harus ku jalani. Aku harus konsul hari ini. Kebetulan doping (dosen pembimbing) menghadiri sepupunya menikah disana jadi aku menjumpainya disana. Siapa sangka saat aku di parkiran aku bertemu Bang Febri. Tertatap aku gak sanggup tersenyum, luka itu masih segar lalu kembali mengaga. Aku di hadapannya sok kuat seolah - olah tidak ada yang terjadi.
"Dek Rani"
Aku hanya tersenyum
"Apa kabar?"
"baik"
"udah sombong ya sekarang"
aku hanya membalasnya dengan senyum
"ngapain kesini dek?"
"konsul"
"dluan ya bg"Aku pun pergi melewatinya tegap sampai tak terlihat olehnya. Lalu aku menangis sesegukan. Aku pun menghapus air mataku.
"gak, gak boleh nangis. konsul dulu. masa jumpa dosen nangis - nangis"
Aku menghapus air mataku dengan telapak tangan lalu kembali berjalan tegap memberikan senyuman lalu menjumpai dosenku di samping mesjid raya.
setelah perbaikan aku pun pamit pulang tiba - tiba saja air mata ini kembali menetes mengingat perjumpaanku dengan bang Febri. Aku galau gak ketulungan dan menangis sambil membawa motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkaran
Любовные романыSatu titik tanpa ujung. Satu garis tanpa ujung, tapi tak mungkin aku berlari di arena yang sama. hidup memang berputar terus tapi bukan berputar di tempat yang sama. ~Rania