DUA

19 0 0
                                    

2 hari setelah aku dan abangku ke tempat itu, seseorang yang tak ku kenal menghubungiku melalui di salah satu akun media sosial ku.

"Hai"

"Hai juga"

"Kayak kenal"

"Maaf, kakak siapa?"

"Adek mas Randi ya?"

"Iya. Abang siapa?"

"Abang Ahmad dek"

"Maaf Bang, bang Ahmad yang mana?"

"Yang di tempat nongkrong semalam. Yang di samping kamu waktu cari wifi, yang pakai baju putih"

"Oh, iya bang. Ada apa ya bang?"

"Gak ada apa2 sih, salam kenal ya"

"Iya, salam kenal kembali"

Akhirnya setiap hari ia menghubungiku menanyakan bagaimana kabarku, aku sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, pertanyaan standar ketika seorang laki-laki mendekati perempuan pada umumnya. Salah satunya ya modus alias modal dusta. Gombal dan syair beradu di dalam chat ku. Sampai akhirnya dia berkata ingin dekat denganku. Sebenarnya aku sudah tau dari awal, hanya saja aku pura-pura polos kalau kami memang berteman. Dia pernah berkata jika ingin dekat denganku. Ingin serius denganku. Sedangkan aku hanya menanggapi sebagai teman. Sangking seringnya aku pernah bilang "Abang bisa hubungi Rani seminggu sekali atau sebulan sekali", akhirnya dia tak pernah menghubungiku lagi sama sekali. Alasanku tak langsung menerimanya karena kami baru kenal, bahkan masih dihitung jari, tapi dia langsung menyukaiku sedangkan aku masih biasa saja.

Akhirnya aku memutuskan untuk menanyakan sesuatu pada teman abangku
"Bang, ada kasih nomor hp Rani ke orang ya?"
"Enggak, kenapa?"
"Ada yang hubungi Rani bang."
"Siapa?"
"Janji ya jangan bilang-bilang"
"Iyaa, siapa ran?"
"Bang Ahmad, bang"

"Omaakkk cepat kali bergerak si Ahmad"
"Jadi Abang tau?"
"Dek, dia memang suka sama Rania. Dia memang ada bilang 'aku suka sama Adek bang Randi', Abang pun bilang 'kalau suka sama adeknya dekati abangnya, pasti dapat adeknya' "
"Iii jadi gimana tu bang? Rani takut."
"Jangan takut"

"Oh jadi si Ahmad suka sama kakak kak? Op op, jadi bahan nih."
"Jangan ember laahh."
"Kakak gak tau kak, habis dibongkar hp kita walau udah di kasih kata sandi"

Akhirnya seorang temannya mengganggu si Ahmad dan berkata aku ada di tempat nongkrong mereka dan berkata jika aku titip salam untuknya. Bang Ahmad membalas kalau aku hanyalah temannya dan salam balik serta berkata I Love You untukku. Inginku tertawa namun urung dan aku berfoto bersama temannya dengan alasan ingin membuatnya cemburu.

Ia pun menanyakan apakah aku mengatakan sesuatu tapi aku mengelak. Ku katakan padanya jika aku tak memberitahu apapun.

Semua berjalan begitu saja. Ya, seperti kata lelaki pada umumnya, dia ingin serius denganku, dia ingin membuatku bahagia, dia berjanji akan membuatku bahagia tapi aku selalu mematahkan apa yang ia katakan

"Jangan menjanjikan apapun jika itu cuma sebuah kata"
"Jangan menjanjikan sesuatu jika mas gak bisa mewujudkannya."
"Gak lucu tau gak, bikin baper lalu pergi itu gak lucu ya. Biasa aja"

Selalu itu yang ku katakan setiap kali Bang Ahmad mencoba berkata serius tentang perasaannya. Katakanlah aku berhati batu, berhati dingin, dan pura - pura tak peka, tapi kenal baru sebentar apakah kamu mudah percaya dengan semua kata manisnya? Percaya tapi di hati masih ragu'kan?

Sampai akhirnya karena ada masalah ia harus pulang kembali ke Medan sedangkan aku belum mengajaknya makan es krim untuk membayar hutangku. Pernah ku ajak dekat kampusku yang kebetulan dekat dengan rumahnya, hanya saja dia tak mau dan akhirnya kami mencari waktu lain dan sampai sekarang belum ketemu.

Flashback

"Belum tidur ran?"

"Belum mas, tidur cepat hanyalah untuk orang2 yg lemah"

"Ohh, gitu. Ok. Siapa yg telat tidur dikasih hukuman"

"Ok, es krim ya"

Akhirnya aku tertidur di jam 11 sedangkan dia tidur jam 3 karena nonton club sepak bola favoritnya, yaitu Manchester United. Setiap kali dia suka menyebutkan "mana ya es krim Abang" untuk menagih janjiku sebagai hukuman.

Flashback end

Akhirnya dia pun pergi ke Medan. Beberapa hari setelah dia kembali ke Medan kami masih chattingan. Aku mengirimkan poster lomba ngeband padanya.

"You should join"

"Abang dimana, lombanya dimana."

"Abang menetap disana ya? enggak rencana kembali ke Aceh lagi?"

"hahaha"
"kawan abang bisa kok main gitar" seolah ia mengalihkan pembicaraanku

"kawan abang yang ini ya?" aku pun mengirimkan foto temannya yang mengikutiku di akun sosmedku

"Iya, Adek berteman ya dengan dia?"

"iya."

Ya memang, beberapa hari yang lalu. Seorang lelaki mengikutiku di akun sosmedku. Jujur saja aku tak terlalu kenal tapi karena pernah jumpa beberapa kali aku pun juga mengikutinya.

Setelah beberapa lama aku dan Bang Ahmad kembali chattingan. Entah angin apa kami pun konflik. Berawal dari jujur-jujuran dan aku menyinggung darimana ia mendapatkan kontak akun sosmed ku untuk kesekian kali. Dia berkata bahwa kontakku memang ada di akunnya, tapi gak mungkin karena memang jelas jika aku ditambahkan sebagai teman menggunakan nomor hp. Aku juga pernah menanyakan ini tapi dijawab dengan ketus dan seolah - olah seperti aku yang bersalah. Puncaknya ketika dia berkata "kalau memang Rani ngerasa gak nyaman, mas hapus kontaknya Rani, selesaikan masalahnya"

Padahal bukan itu maksudku. Aku gak marah kalau dia punya kontakku tapi aku pengen tau darimana dia punya kontakku. Itu aja.

Akhirnya kami pun lama-lama tak berkomunikasi lagi. Paling hanya untuk topik tertentu, selebihnya kami seperti orang asing yang tak saling mengenal. Hanya sekedar cukup tau saja, padahal dibalik itu pernah bercakap walau jarang bertatap. Aku pun mencoba melupakan itu dan mengaggap hal itu biasa dalam kisah percintaan. Lelaki yang mem-followku via sosmed? Siapa sangka ia yang menjadi orang lumayan berpengaruh dalam hidupku.

LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang