Cahaya matahari membakar aspal jalan yang menghitam. Dedaunan terasa rindang menyejukkan di depan gedung Fakultas Ilmu Komputer yang kini tengah aku lewati dengan berlari. Waktu menunjukkan pukul 13.30, artinya sudah setengah jam yang lalu mata kuliah di kelasku sudah dimulai.
"Permisi, Pak!" Tubuhku berhenti mendadak begitu sampai di ambang pintu kelas.
Benar saja, semua mata tertuju padaku yang siang ini menjadi Ms.Late. Ralat. Tidak hanya siang ini. Tapi setiap hari.
Mataku tertumbuk ke arah kursi dosen yang kosong.
Loh? Kok nggak ada dosen? Aku berjalan linglung ke belakang kelas, mengambil kursi dan duduk di samping Nanang--yang tumben nggak telat.
"Kenapa baru datang?" Satu suara menyentakkanku.
Aku celangak-celinguk mencari suara siapa itu. Ah, sial! Seorang cowok berkemeja biru dengan lengan digulung sesiku menghampiriku. Disitu rupanya dari tadi ia duduk. Pantas saja kukira dia murid biasa. Bukan Pak Haryo yang masuk kelas, tetapi asistennya yang menyebalkan ini.
"Pak Haryo mana?" tanyaku berbisik ke Nanang.
"Pak Haryo tadi masuk sebentar memberi pengantar, saya yang melanjutkan. Kenapa? Kamu nggak suka?" Dia berdiri menjulang di depanku.
Aku meliriknya lalu meringis. Nanang di sampingku malah pura-pura bego, 'bukan teman saya', begitu pikirnya. Awas aja nanti lo, Nang!
"Maaf, Bang... saya telat, hehehe," jawabku nyengir.
Dia berlalu sebelum perkataanku selesai dan cengiranku tertutup. Kupukul tangan Nanang, protes.
"Lo kenapa nggak bilang kalau Bima yang ngajar siang ini? Gue WA bukannya dibales," rutukku.
"Hape gue lagi dipegang sama cewek gue! Gue aja tadi masuk hampir telat," balasnya.
Bola mataku berputar jengah. Kulihat di depan Bima sedang membuka laptopnya sambil mengoceh soal tugas Kecerdasan Buatan yang kami kerjakan kemarin. Ternyata cowok absurd yang tiba-tiba meminta nomor teleponku menjadi asisten dosen, kayaknya otaknya lumayan.
"Mi, bantuin gue dong..." Nanang mencolekku.
"Ngapain?"
"Cewek gue marah, nih."
"Lah, terus? Gue harus ngapain? Jadi topeng monyet biar dia ketawa gitu? Mending elo aja, lo lebih mirip, nggak usah pakai topeng juga udah mirip."
"Dia marah karena nyangka gue selingkuh sama elo, makanya hape gue disita ama dia."
"Hah? Selingkuh sama gue?! Hahahaha!" Tanpa sadar tawaku menggelegar hingga memecah keheningan kelas. Lagi-lagi aku mendadak jadi rusa di antara singa lapar yang siap menerkamku.
Terutama singa di depan sana yang menatapku nyalang. Matilah aku.
"Ada yang lucu?" tanyanya datar.
"Engg... Enggak, Bang," sergahku.
"Kamu santai banget, apa karena tugasmu paling bagus diantara yang lain?" tanyanya nggak aku mengerti. Nih orang ngomong apa sih?
Dia melanjutkan, "Saya sudah memeriksa seluruh tugas AI kelas ini. Yang paling sempurna adalah tugas milik Army Senarya Al Fatih dan Lanang Satrio. Kalian mendapat algoritma yang berbeda. ANN dan Fuzzy." Jeda sebentar. "Silakan terangkan ke teman-teman apa yang telah kalian kerjakan."
Mati aku!
Mataku melotot sempurna dan bibir terbuka menganga. Yang benar saja! Yang mengerjakan tugas kami 'kan Koko. Aku dan Nanang saling melempar pandangan dan menyumpah dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARMY (Completed)
Ficção GeralGue Army. Orang yang baru sadar kalau cinta itu tersusun dari banyak hal. Tercermin dari banyak perlakukan. Dan dirajut dari banyak perasaan yang berkelindan. Jatuh cinta itu rumit. Serumit menenun kain. Apalagi untuk orang yang nggak ahli, kayak g...