Namjoon PoV
Kim Taehyung. 23 tahun. Asal Daegu. Profesinya adalah seorang seniman kontemporer di kotanya. Ia tak bercerita banyak mengenai karya-karyanya. Jadi aku tidak tau apakah dia sungguh seorang seniman atau hanya bualan. Tapi mungkin ada benarnya juga karena aku pernah tak sengaja melihat banyak lukisan terpajang di apartemennya.
Sejak bertemu dengannya, hari-hariku menjadi sedikit menyenangkan. Dia seorang tetangga yang cukup seru diajak berbincang. Apapun teman obrolannya, dia dengan mudah masuk ke dalamnya tanpa canggung sama sekali. Tipikal orang supel dengan kepribadian ceria, ramah meski sesekali dia mengeluh karena hidupnya yang membosankan. Satu alasan kenapa mendadak ia memutuskan untuk meninggalkan Daegu dan menetap sementara di kota kecil ini.
Sejujurnya, aku bukan orang yang suka penasaran dengan hidup orang lain. Jangankan teman, keluarga sendiri saja terkadang aku masih suka masa bodoh. Aku tidak peduli apa yang mereka lakukan, dan aku tidak ingin mereka peduli dengan segala apa yang kulakukan. Entahlah, mungkin karena aku terbiasa diabaikan sehingga menimbulkan efek yang menyebalkan seperti ini.
Kerabatku tak banyak, apalagi teman. Keluargaku hanya terdiri dari Ayah dan satu Kakak perempuan yang sudah menikah dan kini memilih tinggal di luar negeri. Sedang Ibuku.. Sampai sekarang aku tidak pernah mengenal Ibu kandungku sendiri. Kudengar dari kakak, sedari kecil kami hanya dirawat oleh pengasuh yang masih saudara jauh kami.
Aku terbiasa mandiri dengan hidupku, bahkan sejak sekolah menengah aku sudah membiayai diriku sendiri. Aku menjual karyaku yang berupa aransemen lagu untuk uang sekolahku. Menjadi pekerja paruh waktu di SPBU untuk membeli makanan sehari-hari.Jangan tanyakan soal Ayahku. Semenjak kakakku menikah, dia tak pernah lagi peduli soal diriku. Aku merasa seperti anak yang sengaja ditelantarkan karena tak memberinya keuntungan secara finansial. Haha ini lucu, mengingat Ayahku adalah seorang manajer di pabrik roti dengan upah yang cukup tinggi. Tapi sayangnya, dia hanya mau menghidupiku sampai aku berumur 16 tahun. Aku tak pernah menanyakan apa alasannya berbuat demikian. Toh untuk apa juga, tidak ada gunanya. Dan selanjutnya, aku hidup seorang diri di kota kecil ini.
Benar, aku sendirian. Sudah kubilang kerabatku tak banyak dan bertempat tinggal jauh dari apartemen kecilku. Temanpun tak ada yang bisa dibilang akrab. Kekasih? Sejak dulu aku tak memilikinya. Sama sekali tak ada gadis manapun yang dekat denganku.
Satu-satunya yang kini bisa dekat denganku, hanya si tetangga dari Daegu ini.
"Aku bosan makan ramyun. Mari kita cari makanan lain di luar!"
Taehyung menggerutu sembari memegangi perutnya. Seingatku tadi siang dia sudah makan dua porsi ramyun dengan satu rol kimpab buatan Bibi pemilik apartemen. Sekarang bahkan belum terlalu gelap dan dia sudah mengeluh lapar lagi?
"Apa yang ingin kau makan?" tanyaku akhirnya. Kuletakkan penaku di atas meja dan menghampiri Taehyung yang sudah membaringkan diri di atas karpet.
"Hmm, aku butuh sesuatu yang manis dan menyegarkan!"
"Misalnya?"
"Es krim!"
"Ya ampun," aku menepuk dahiku sendiri. "Apa kau ini bocah berumur lima tahun?"
Taehyung hanya terkekeh, menampilkan senyum kotak yang begitu unik itu. Ini aneh, mengingat dia pernah mengatakan tak pernah mengencani gadis meski banyak yang mengakui ketampanan dirinya. Sebenarnya apa yang salah dari manusia satu ini?
"Mau aku beri tau satu rahasia?"
Taehyung membuatku menoleh dengan tatapan penuh rasa penasaran.
"Apa? Katakan."
"Ini mengejutkan sekaligus menggelikan jika didengar. Jadi kuharap kau santai saja, oke?"
Aku tidak menyahut, hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Sebenarnya aku ini tidak menyukai perempuan."
Mataku membola, terbelalak dengan lebarnya. "Apa? M-maksudmu apa?!"
Taehyung terkekeh lalu menunjuk wajah terkejutku dengan telunjuknya. Usil sekali. Di saat begini dia malah tertawa begitu lantangnya.
"Oho, tenang Bung. Aku sama sekali tidak tertarik dengan fisikmu. Kau terlalu besar dan auramu tidak membuatku bergairah sedikitpun. Aku lebih suka pemuda dengan wajah kecil nan menggemaskan. Hmm, seperti itulah tipeku."
Entah aku harus menghela napas lega atau semakin takut dibuatnya. Sebuah pengakuan yang amat mendadak ini membuatku seketika canggung. Taehyung sialan! Apa sekarang waktu yang tepat untuk membicarakan ini? Perlukah kuingatkan bahwa kami masih berjalan kaki menuju ke pasar?
"O-oh. Baiklah. Terima kasih untuk infonya."
Taehyung hanya membalasku dengan senyum kotaknya yang konyol itu. Anak ini benar-benar luar biasa unik!
...
Satu kantung ayam goreng, satu bungkus kue ikan dan beberapa bir kaleng sudah berada dalam genggaman. Taehyung terlihat begitu senang karena akhirnya bisa menikmati kudapan favoritnya itu. Berbeda denganku yang tak begitu suka kue ikan, pemuda itu justru sangat menggemarinya. Dia selalu bilang bahwa ia ingin membeli kue ikan di penjual langganannya di Daegu, tapi sayangnya si penjual mendadak tutup kedai dan Taehyung kehilangan kesukaannya.
"Oh, Joon! Apa kau mau membeli stok ramyun?" kaki Taehyung berhenti di depan minimarket tak jauh dari apartemen.
"Aku masih punya banyak. Kau mau membelinya?"
"Uhm!" Taehyung mengangguk semangat lalu menarikku agar masuk ke dalam minimarket itu.
"A-aku di luar saja."
"Huh? Kenapa?"
"Karena aku tidak ingin membeli apapun."
"Baiklah, kalau begitu tunggulah di sini sebentar."
Taehyung masuk ke dalam minimarket bersamaan dengan diriku yang menghela napas lega.
Aku menyunggingkan senyum miris ketika mataku memandangi seseorang yang terlihat di balik dinding kaca. Seorang pemuda yang sama sekali belum pernah kulihat senyumnya seumur hidupku. Sosok yang berdiri di belakang meja kasir itu, sebenarnya sudah lama aku perhatikan. Aku tak mengerti kenapa tiap kali melewati minimarket ini, mataku selalu usil memandanginya dari luar dinding kaca. Sesekali aku menunggunya ke luar untuk membuang sampah, hanya demi melihat wajahnya lebih jelas.
Wajahnyaㅡpucat. Dia terlalu misterius. Terlalu pendiam. Hingga membuatku penasaran dan ingin sekali mengajaknya bicara. Tapi bagaimana mungkin, mengingat aku sendiri bukan tipikal yang supel macam Taehyung. Aku tak terbiasa mengajak orang asing bicara lebih dulu. Aku tak suka mengawali perbincangan. Rasanya sangat canggung.
Maka jadilah aku bersikap macam pengecut begini. Hanya memandanginya setiap kali lewat. Berdiam diri selama beberapa menit, lalu pulang dengan perasaan yang tak bisa kudeskripsikan.
Ah, satu hal yang sampai sekarang masih saja mengusikku. Karena hingga detik ini, aku belum tau siapa namanya.
"Hey, apa di kota ini mempekerjakan orang secara asal-asalan? Kenapa aku baru menemukan kasir sialan macam dia?!"
Aku tersentak, begitu Taehyung kembali dengan berbagai omelannya yang tidak kumengerti.
"Tunggu. Apa?"
"Kau lihat kasir itu? Dia sungguh menyebalkan!"
Dahiku mengernyit, "Menyebalkan bagaimana?"
"Aku hanya bertanya apakah aku mendapat potongan harga karena membeli banyak ramyun, tapi dia malah menjawab dengan ketus! Brengsek!"
Aku menggaruk pipiku yang mendadak gatal, "Uuhh, apa yang dia katakan?"
"Dia bilang, 'silakan kembali lagi lain waktu' dengan wajahnya yang begitu memuakkan! Tidak bisakah dia bersikap lebih ramah pada pelanggan? Auh, aku kesal sekali!"
Aku tercenung, dan membiarkan Taehyung berjalan mendahuluiku. Sedang aku kembali menoleh ke minimarket, tepat di mana sosok misterius itu tengah melayani pembeli lain.
Seketika otakku memikirkan satu hal,
Apakah aku harus sering berbelanja di sana agar bisa mengajaknya bicara?
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle Sparkle (Taegijoon) ✔
FanfictionKetika semua kerlipan cantik di malam hari tergantikan oleh sosok Min Yoongi. Warn! Boyslove It's Taegijoon AU! Taehyung x Yoongi x Namjoon ©®Min Chaera