Getting Closer

660 110 31
                                    

"Kita bertemu lagi!"

Yoongi tersenyum canggung pada Namjoon yang entah sejak kapan berdiri di depan minimarket, namun bersikap seolah pertemuan mereka kali ini adalah kebetulan semata. Tidak, Yoongi yakin kalau sebenarnya Namjoon sudah berdiri di sana sebelum ia sampai ke minimarket.

Sudah lima hari lewat sejak pertemuannya dengan Namjoon di kedai ramyun, dan selama itu Namjoon tak henti mengiriminya pesan setiap pagi dan malam. Tidak, Yoongi tak merasa terganggu akan hal itu, ia justru senang mendapat kawan baru untuk berbincang. Tapi entah kenapa terkadang Yoongi merasa bahwa sikap Namjoon sedikit berlebihan padanya. Yoongi adalah orang yang peka, ingat? Ia sering merasa Namjoon memberikan perhatian yang sebenarnya tidak diperlukan olehnya.

Dia bukan lagi anak remaja yang senang jika diingatkan makan, atau dikirimi pesan ucapan selamat tidur. Yoongi tak membutuhkan basa-basi bernada perhatian macam itu lagi sekarang. Hanya saja, hampir setiap hari ia selalu diberikan semua basa-basi itu dari Namjoon.

"Mau belanja?" tanya Yoongi sebelum masuk ke dalam minimarket.

Namjoon menggeleng, "Tidak. Kebetulan aku baru pulang kerja dan busnya berhenti di halte dekat sini."

"Um, begitu."

"Kau dapat shift sore kali ini?" tanya Namjoon.

"Ya, mendadak temanku harus pergi ke luar kota bersama kekasihnya jadi lagi-lagi aku harus bertukar shift dengannya."

"Jam berapa kau akan selesai bekerja?"

"Hmm, mungkin sekitar pukul dua pagi."

"Ah, begitu ya," Namjoon mengangguk sedikit kecewa. "Kupikir kita bisa makan malam bersama di kedai ramyun seperti tempo hari."

Yoongi tercenung, "Kau berniat mengajakku makan malam?"

"Ya, kalau kau mau. Dan bisa."

"Um, begini saja. Kita bisa makan ramyun instan bersama di sini kan?" usul Yoongi kemudian.

"Oh! Benar juga!" Namjoon terperanjat, senang. "Kenapa tidak terpikirkan olehku ya?"

"Kau hanya kesulitan untuk berpikir secara sederhana, bung," Yoongi berdecak heran, "Tunggu di sini, aku harus mengecek barang-barang lebih dulu sebelum makan malam."

Namjoon tersenyum senang, "Roger!"

...

Taehyung baru menyelesaikan lukisannya ketika ia merasa perutnya bergejolak minta diperhatikan. Matanya melirik jam di dinding, dan seketika ia terhenyak.

"Pukul tujuh malam?! Ya ampun, pantas saja aku merasa sangat lapar," gumamnya saat menyadari bahwa ia telah melewatkan jam makan siang dan nyaris melupakan makan malamnya. Tapi mau bagaimana lagi, Taehyung tidak bisa meninggalkan lukisannya sebelum selesai sepenuhnya. Ia bukan tipikal orang yang suka menyicil pekerjaan. Ia akan lebih puas jika pekerjaannya langsung selesai saat itu juga.

"Uh? Apa Namjoon belum pulang?" gumam Taehyung begitu ke luar dari apartemennya lalu coba mengetuk pintu apartmen tetangganya itu, tapi rupanya tak ada jawaban.

"Haaahh. Aku tak suka makan sendirian begini."

Iapun berjalan ke luar apartemennya sembari memikirkan apa yang akan dia makan malam ini. Kalau ada Namjoon, sudah pasti ia akan mengajak kawannya itu makan kimbap dan ramyun di apartemennya. Tapi berhubung orang itu tak ada, maka Taehyung terpaksa mencari tempat makan sendiri.

"Roti ikan?" Taehyung tertegun sesaat ketika melihat gerobak penjual kue ikan langganannya terlihat cukup ramai oleh pembeli. Tapi bukan itu yang jadi fokusnya sekarang, melainkan ia jadi teringat akan pertemuannya dengan kasir berwajah pucat yang menemaninya makan beberapa hari lalu.

Twinkle Sparkle (Taegijoon) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang