He's Cute

1.3K 172 25
                                    

Yoongi's PoV

Aku benci keadaan ini.

Aku benci keadaan di mana aku tak bisa lakukan apapun, sedang dalam hati aku begitu menginginkan hal tersebut terjadi. Otakku tak pernah singkron dengan hati. Mereka bermusuhan bak karakter kucing dan tikus yang kulihat di televisi.

Kenapa aku tak bisa bergerak di saat begini? Kenapa hanya hatiku yang cerewet dan memaksaku untuk berjalan menuju dia di sana? Kenapa otakku tak memberi perintah pada sendi-sendi di setiap tulangku untuk digerakkan? Hey, ayolah. Aku tak mau berdiam diri saja di sini!

"Haish! Apa aku tersesat?"

Dia, yang sejak sepuluh menit lalu kupandangi tanpa kata, kembali mengeluh. Dia, yang sejak kantong berisi sampahku masih berada dalam genggaman hingga terlempar di penampungannya, masih berjalan frustasi dengan secarik kertas di tangannya. Dia, yang melewatiku dan menebarkan semerbak aroma menggiurkan, lantas mengambil ponsel dalam saku celananya.

Kurasa dia coba menghubungi seseorang.

"Paman Kang? Benar, aku sudah sampai di alamat yang Paman berikan. Tapi aku tidak mengerti, di mana letak apartemennya? Ini di tengah kota, harusnya aku bisa melihat gedung tinggi dengan mudahㅡapa? Apartemen studio? A-astaga yang benar saja?!"

Dahiku mengernyit, masih dengan kedua mata yang menatapnya tanpa kata. Sepertinya aku bisa menebak keadaaannya saat ini. Dia hanya seseorang yang baru pernah menginjakkan kaki di Seongnam dan belum paham bahwa di sini tidak ada gedung apartemen seperti apa yang dibayangkannya.
Andai aku memiliki keberanian, dan semua sendiku dapat digerakkan, aku akan menghampirinya dan kalau perlu membantunya untuk menemukan apa yang tengah ia cari.

Tunggu, yang dia maksud mungkin apartemen studio dekat bukit itu. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya saja perlu perjuangan untuk sampai ke sana karena harus menaiki puluhan anak tangga.

"Haaahh, baiklah. Aku mengerti. Aku akan ke sana sekarang. Terima kasih karena sudah membuatku kerepotan. Huh!"

Aku mendengus geli. Apakah dia tengah kesal? Karena setelah itu dia menarik kopernya dengan berbagai gerutuan juga keluhan selagi kedua kaki jenjangnya perlahan melangkah pergi. Ya, akhirnya dia pergi dan yang bisa kulihat punggungnya perlahan-lahan menghilang dari pandanganku.

"Dia sungguh lucu."

Aku menghela napas, sebelum akhirnya kembali ke tempat di mana harusnya aku berdiri.

"Selamat datang. Selamat berbelanja."

...

Malam ini terasa cukup berbeda, karena pelanggan tidak terlalu banyak yang datang. Hanya beberapa anak berseragam SMA yang membeli permen karet, dan seorang nyonya muda berpenampilan menor yang membeli alat kontrasepsi. Setelah itu, tidak ada pengunjung lagi.

Aku sendirian, dan bosan. Teman kerjaku entah sedang kabur ke mana. Biasanya dia yang selalu usil menggangguku di waktu senggang begini. Tapi ketika aku membutuhkannya, justru dia menghilang seenaknya.

Selesai membereskan rak makanan, aku kembali ke mejaku. Dan di saat itu, pintu terbuka menandakan ada pengunjung yang datang.

Akhirnya!

"Ramyun! Ramyun! Aku mau ramyuuuunn!"

Tunggu, sepertinya aku mengenali suara itu. Meski tidak yakin, tapi kurasa aku pernah mendengar suara yang sama di waktu yang berbeda.
Maka itu kuputuskan untuk menoleh padanya yang kini berkutat di rak makanan instan. Kedua mata kecilku kutajamkan untuk memerhatikan, apakah aku memang mengenalinya atau tidak.

Dan, beberapa detik kemudian aku menemukan jawabannya.

"Permisi, apakah aku bisa mendapat potongan harga untuk ramyun-ramyun ini?"

Twinkle Sparkle (Taegijoon) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang