Outro: Moving On

982 110 35
                                    

Namjoon's POV

Di mana aku? Tempat ini sungguh terasa asing. Rasanya seperti terdampar ke dimensi lain. Tubuhku ringan dan tak merasakan apapun. Oh, tidak, aku masih bisa merasakan deru napas dan denyut nadiku. Aku masih hidup, syukurlah.
Kepalaku menoleh lalu mengamati sekeliling. Yang terlihat oleh mata hanya hamparan pasir yang sangat luas, tak ada apapun selain itu. Aku tak mengerti di mana aku sekarang dan kenapa bisa aku ke sini? Siapa yang membawaku? Karena sangat mustahil aku membawa diriku sendiri ke tempat antah berantah ini.

Kucoba langkahkan kakiku perlahan, tapi sesaat aku tertegun. Harusnya aku bisa merasakan kakiku menapak pada pasir, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Aku merasa kakiku mengambang di udara. Ini aneh, apakah ini yang dinamakan berjalan di atas angin? Tidak, tidak. Bukan seperti itu, Namjoon. Aku menampar pipiku sendiri dan lagi-lagi aku dibuat tertegun lantaran aku tak merasakan sakit sama sekali.

Tu-tunggu. Jadi sebenarnya aku berada di mana? Apa aku benar-benar masih hidup? Atau jangan-jangan aku sudah..

Crassshhh!!

Dengan sangat mendadak aku dibuat tersungkur akibat sesuatu yang menyerupai laser menyerang tubuhku. Napasku tercekat, lantas mencoba untuk berdiri seperti semula tapi sayangnya aku gagal. Seperti ada magnet dari dalam bumi yang terus menarikku agar tak bisa berdiri. Sedang di sisi lain, sesuatu yang menyerupai laser itu mengilang, membuatku semakin bingung dengan apa yang terjadi.

Sebenarnya apa ini? Apa yang sedang terjadi padaku?

"Namjoon-ah.."

Huh? Aku tercenung akibat mendengar seseorang melirihkan namaku. Tapi siapa?

"Buka matamu. Ada ayah di sini.."

Tunggu. Apa? Siapa yang memanggilku?

Di tengah segala kebingunganku, sebongkah cahaya datang hingga menyilaukan pandanganku. Dan ketika kututup mataku rapat-rapat, aku justru semakin jelas mendengar namaku disebut berulang kali.

"Namjoon, sadarlah. Buka matamu."

"Namjoon-ah."

"Kim Namjoon.."

Slap!

Aku tidak paham apa yang terjadi. Aku tak mengerti kenapa kini yang kulihat adalah pemandangan yang jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Bukan lagi hamparan padang pasir, melainkan wajah seseorang yang amat kukenali. Seseorang yang selalu coba untuk kubenci tapi aku tak berhasil melakukannya.

"Ayah?"

...

Dua minggu kemudian, aku diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Jika ada yang menanyakan apa yang terjadi padaku, aku hanya bisa menjawab bahwa aku baru saja melakukan sebuah kesalahan konyol yang sangat fatal. Aku baru ingat segala yang telah kulakukan saat melihat dua orang itu masuk ke ruanganku dengan menampilkan raut wajah yang paling tak kusukai. Iba, kasihan. Cih, aku tidak membutuhkannya.

"Jangan lakukan hal bodoh lagi. Berjanjilah pada kami, hum?"

Kim Taehyung, pemuda Daegu yang notabene adalah tetangga apartemenku itu masih sudi memelukku setelah semua yang terjadi. Meski aku tak membalas perlakuannya, bukan berarti aku tak berterima kasih. Aku sangat berhutang nyawa pada Taehyung karena dialah yang pertama kali menemukanku sekarat di depan kamar mandi.

"Jaga dirimu baik-baik. Kami pamit ya?"

Yoongi, si manis pujaan hati yang meruntuhkan dinding pertahananku dengan sekali hentakkan itu berucap lembut. Ia tak memelukku, hanya menggenggam kedua tanganku seraya tersenyum cantik. Ya, Yoongi sangat cantik. Dia berkilau, dia indah, mengalahkan pemandangan Seongnam di malam hari. Yoongi terlalu spesial untuk dilupakan, Yoongi terlalu istimewa untuk aku buang dari hatiku.

Twinkle Sparkle (Taegijoon) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang