Tanpa buang waktu, Yoongi menarik Taehyung agar masuk ke dalam apartemen. Ia dorong kekasihnya itu hingga terdengar bunyi benturan punggung dengan dinding di belakangnya. Taehyung tersentak, terlebih ketika melihat gurat di wajah Yoongi yang tak mampu ia pahami.
"Yoon, kenap-"
"Ke mana saja kau selama ini hah? Kenapa kau menghilang dan tak memberiku kabar sama sekali?"
Taehyung menghela napas pendek, harusnya ia langsung tau bahwa sebenarnya Yoongi hanya mengkhawatirkannya.
"Maaf, keadaanku yang tidak memungkinkan untuk mengabarimu. A-aku akan jelaskan nanti tapi bisakah kita duduk dulu, hm?"
"Jawab pertanyaanku, Kim Taehyung!"
"Oke aku akan ceritakan semuanya padamu tapi-"
"Jelaskan. Sekarang," Yoongi menahan pergerakan Taehyung yang mengajaknya duduk di sofa. Kedua tangannya berada di bahu Taehyung, meremasnya kuat-kuat. "Jangan membuatku menanggung segala gelisah ini sendirian!"
Taehyung tatap kedua mata yang memancarkan keputusasaan itu dengan lembut. Ia mengusap pipi tirus Yoongi, sebelum akhirnya menarik pemuda itu dalam dekapannya.
"Maaf, maafkan aku. Aku sudah sangat keterlaluan ya?" ucap Taehyung sembari mengecup pucuk kepala Yoongi, "Tenangkan dirimu dulu. Aku tak ingin bicara dalam keadaan emosi begini, Yoongi."
"Kau yang sudah terlanjur membuatku emosi!"
"Iya iya ya ampun maaf," Taehyung terkikik. Ia melepas pelukannya sesaat lalu mengecup bibir cherry Yoongi singkat. "Merindukanku?"
"Kenapa kau masih bertanya?! Bodoh!"
.
Setelah menaruh secangkir teh hijau hangat di atas meja, Taehyung kembali menghampiri Yoongi yang kini sudah duduk di sofa. Wajahnya sedikit lebih tenang meski Taehyung sadar bahwa Yoongi hanya sedang mati-matian menahan emosinya.
"Aku.. " Taehyung mengulum bibirnya, "Sebenarnya aku tidak pergi untuk urusan bisnis. Aku pergi bersama dokter pribadiku untuk pemeriksaan lanjutan terhadap pernyakitku."
Yoongi tersentak, "Kau sakit?!"
"Hum, dulu aku pernah operasi pengangkatan tumor di kepala. Dokterku dulu sudah menyatakan aku sembuh total tapi kedua orang tuaku tak memercayainya. Haha, ini lucu karena tiap kali aku mengeluh sakit kepala atau mimisan, mereka pikir penyakitku belum sembuh. Untuk itulah mereka mengirim dokter pribadiku untuk kembali melakukan pemeriksaan. Dan itulah yang sebenarnya kulakukan di Seoul selama hampir dua minggu ini Yoongi," Taehyung bercerita sembari menggenggam jemari Yoongi lembut. "Maafkan aku, aku bukannya tak mau jujur padamu. Aku hanya- aku tak mau membuatmu khawatir, Yoongi. Maka itu aku terpaksa berbohong."
"Lalu kenapa kau tidak menghubungiku sama sekali? Bahkan untuk sekadar mengirimkan pesan?"
"Haahh, dokterku itu sangat menyebalkan. Dia menyita ponselku selama di Seoul. Aku sudah mengatakan padanya bahwa aku memerlukan ponsel untuk menghubungimu. Tapi dia melarangku memegangnya. Dia takut aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gim dan tidak mengikuti prosedur dengan baik."
Yoongi menghempaskan genggaman tangan Taehyung dengan kesal, "Bedebah!"
"Yoon, kumohon jangan marah. Aku kan hanya-"
"Dokter pribadimu itu yang bedebah!" Yoongi mendengus kasar, "Bisa-bisanya dia berbuat seenaknya begitu padaku! Gara-gara dia aku nyaris mati karena menghawatirkanmu tau!"
"Yoon.."
"Aku ketakutan, Tae!" Yoongi memukul dada Taehyung cukup keras, "Kau tau betapa cemasnya aku, hah? Kau tau betapa gelisahnya aku menunggu kau membalas pesanku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Twinkle Sparkle (Taegijoon) ✔
FanfictionKetika semua kerlipan cantik di malam hari tergantikan oleh sosok Min Yoongi. Warn! Boyslove It's Taegijoon AU! Taehyung x Yoongi x Namjoon ©®Min Chaera