Little Sureprise

608 105 46
                                    

"Sudah kubilang kan padamu kalau aku ini seratus persen sudah sehat!"

Taehyung langsung menyerbu Bang Shihyuk yang menunggunya untuk mengambil hasil pemeriksaan keseluruhan selama satu minggu lebih ini. Dokter pribadi Taehyung itu tersentak, sedikit tak percaya dengan hasil pemeriksaan itu. Tapi seketika mimik wajahnya berubah saat membaca lima lembar kertas yang menunjukkan keterangan bahwa sepenuhnya Taehyung bebas dari penyakit apapun.

"Ini sungguhlah keajaiban, Tae. Kau sehat! Kau sembuh total!" Shihyuk lantas memeluk Taehyung sembari berucap syukur yang tak terkira. Ia pikir usaha kerasnya membujuk Taehyung agar mau diperiksa akan berakhir tak sesuai harapan. Tapi rupanya semua kekhawatirannya terjawab setelah sembilan hari lamanya Taehyung menjalani pemeriksaan keseluruhan hingga hari ini hasilnya keluar.

"Setelah ini kau bantu aku untuk menghubungi kedua orang tuaku dan mengatakan pada mereka bahwa aku baik-baik saja, oke?"

"Kenapa kau tidak mengatakannya sendiri saja?"

"Mereka mungkin tidak akan percaya padaku, tapi sudah pasti dengan mudah memercayaimu. Sudahlah, aku ingin segera pulang ke Seongnam. Selama sembilan hari aku sudah membuat kekasihku menunggu tanpa kabar," Taehyung berdecih sebal, "Semua ini gara-gara kau menyita ponselku!"

Shihyuk menghela napas pendek, "Kau tau kenapa aku harus melakukannya kan? Ponsel mampu menghipnotismu agar lupa segalanya. Kau jadi tidak fokus pada pemeriksaan dan justru asyik bermain gim."

Taehyung mencibir sebal, "Sini, kembalikan barang berhargaku. Aku harus cepat-cepat menghubunginya sebelum ia pikir aku mati dan meninggalkannya."

...

Yoongi berjalan cepat menuju area apartemen studio Namjoon. Tapi setelah sampai di sana rupanya ia tak menemukan sosok itu. Pintu apartemen Namjoonpun terkunci, beberapa kali diketuk oleh Yoongi tak ada jawaban sama sekali. Detik berikutnya Yoongi melirik pintu yang berseberangan dengan milik Namjoon; pintu apartemen Taehyung. Bibir Yoongi mendecih, lalu menendang pintu itu sekeras mungkin. Semacam meluapkan kekesalan yang belakangan ia pendam.

"Kau ke mana sebenarnya, hah?!"

Mengabaikan pintu apartemen Taehyung, Yoongi kembali turun dan ke luar untuk mencari Namjoon. Kakinya melangkah menuju pertokoan yang biasanya Namjoon lewati menuju tempat kerjanya. Dan benar saja, rupanya di ujung jalan tepat di depan sebuah toko kue yang sudah tutup, Yoongi menemukan Namjoon yang terduduk lemas dengan sebotol vodka di tangannya.

"Yoongi?" Namjoon masih terlihat cukup sadar ketika Yoongi menghampirinya dan berkacak pinggang di hadapannya.

"Kau minum sendirian saja? Tidak berniat mengajakku, huh?"

"Memangnya kau mau kuajak? Bukankah secara tidak langsung kau sudah menolak hatiku, heum?" Namjoon beranjak dari duduknya dengan terhuyung. Beruntung Yoongi sempat menahan tubuhnya agar tak jatuh menimpanya.

"Sebenarnya-" Yoongi menghela napas pendek, "Apa sebenarnya kau tau di mana Taehyung sekarang? Jika kau tau, tolong beri tau aku. Aku sangat mencemaskannya, aku sangat merindukannya, tapi dia seakan menghilang ditelan bumi. A-apa kau tau betapa aku ingin bertemu dengannya, huh?! Apakah kau tau bagaimana perasaanku sekarang?!" Yoongi mencengkeram kerah baju Namjoon dan mengguncangnya keras.

"Tentu saja aku tidak tau," Namjoon menjawab sinis, "Yang aku tau hanya- aku melihat keputusasaan di matamu. Haha, aku benar kan? Apa kau sudah menyerah sekarang?"

Yoongi mendecih, "Menyerah? Jangan becanda!"

"Lantas kenapa kau datang ke sini demi menemui pria mabuk yang malang ini, hm?" Namjoon tersenyum penuh ejek, "Aku yakin kau pasti sudah berubah pikiran sekarang, kan? Ayolah mengaku saja padaku. Aku akan memaklumimu."

"Apa kau pikir aku selemah itu?"

"Tapi nyatanya hatimu memang lemah, Yoongi. Kau mudah terbawa perasaan. Kau mudah percaya dengan segala rayuan pria manja itu dan menyerahkan hatimu sepenuhnya kepadanya. Hahaha, lucu sekali melihatmu sekarang nampak menyesali keputusan untuk tetap mempertahankannya. Kau lelah ya menunggu tanpa kepastian?"

"Katakan padaku Namjoon, apa kau sungguh tak tau di mana dia berada sekarang?"

"Sejujurnya aku lebih senang jika dia menghilang, Yoongi. Karena dengan begitu, kau bisa sepenuhnya menjadi milikku. Bukan begitu?"

Yoongi tak menyahut, pikirannya terlalu kalut. Bahkan ketika Namjoon menggapai pinggangnya untuk dipeluk, ia tak bereaksi keras ataupun menolak. Yoongi tetap bergeming sampai akhirnya ia sadar beberapa detik berlalu begitu cepat, dan ketika ia sadar dari lamunan, Namjoon sudah menjamahnya perlahan. Bibirnya dikuasai dengan sedikit paksaan, ia bahkan merasa pinggangnya diremas kuat oleh Namjoon. Kedua mata Yoongi sontak terbelalak saat ia merasakan tangan Namjoon berpindah ke bagian bokongnya.

"KAU GILA?!" Yoongi mendorong Namjoon kuat-kuat diiringi sebuah tamparan keras di pipi kirinya. "Sadarlah Kim Namjoon!!"

Namjoon tersenyum puas sembari mengusap bibirnya yang berhasil mencumbu milik Yoongi tanpa izin, "Bibirmu manis, Yoongi. Bisakah aku menikmatinya lagi?"

Yoongi gelengkan kepalanya kuat, "Tidak. Ini salah. Harusnya- harusnya aku tidak ke sini. Ya, ini salah."

"Apanya yang salah, Yoongi?" Namjoon mendecih keras, "Keputusan tepat kau menemuiku saat ini. Karena hanya aku yang mampu mengerti keadaanmu, hanya aku yang memahami perasaanmu. Orang lain tak akan ada yang bisa merasakan kepedihan yang kita pernah rasakan, Yoon. Kita sama-sama pernah ditinggalkan, kita adalah dua orang yang sudah dibuang dan diabaikan. Kau dan aku sudah sepatutnya bersama, membagi perasaan yang sama. Hanya kita yang bisa saling memahami satu sama lain, Yoongi."

Yoongi tak merespon, pikirannya benar-benar kacau kali ini. Ia tak tau apa yang sebaiknya ia lakukan. Karena benar apa yang dikatakan Namjoon, ia sudah mulai putus asa. Ia putus asa karena Taehyung yang tak jua kembali. Ia putus asa karena kekasihnya itu tak muncul dan membalas semua pesannya. Yoongi meragukan apa yang selama ini ia yakini dan ia percayakan.

Dan segala ucapan Namjoon mendadak saja masuk dengan mudah dan mengacaukan pondasi yang ia bangun demi hubungannya dengan Taehyung. Yoongi tak sepenuhnya goyah, tapi tak seratus persen percaya pada kemauan hatinya sendiri. Yoongi berada di ambang keraguan saat ini. Hatinya tersesat, logikanya pun tak bersahabat.

"Yoon, kau baik-baik saja, hm?" Namjoon kembali menghampiri Yoongi, dan mengusap pipi tirus itu perlahan, "Apa yang kau cemaskan? Apa yang kau takutkan?"

Yoongi gelengkan kepalanya, "Aku tidak tau. A-aku benar-benar tidak tau, Namjoon." Tubuh Yoongi mulai bergetar, bahkan rasanya ia ingin menumpahkan semua air matanya tapi ia tidak bisa. Pertahanan dirinya yang menuntutnya untuk tetap berdiri tegar dan pantang baginya untuk menangis.

"Ssstt, hey, sudahlah," Namjoon kembali menarik pinggang Yoongi lantas memeluknya, "Ada aku di sini, Yoongi. Ada aku, jangan cemas."

Yoongi bergeming dalam pelukan Namjoon. Ia biarkan kedua tangan itu memeluk pingganya erat, menjaganya agar tetap berdiri dengan hati yang kuat. Meski tetap saja buliran bening itu luruh ke pipi, mengalirkan luka yang terlanjur tak bisa menepi.

....

Taehyung bersiul senang ketika turun dari mobil Bang Shihyuk sembari menenteng kopernya. Ia sudah tak sabar kembali ke apartemennya dan menemui Yoongi pada siang harinya. Tadinya ia berniat untuk menghubungi Yoongi, tapi ia urungkan berhubung ia ingin memberi kekasihnya kejutan dengan kedatangannya secara tiba-tiba.

"Aaahh, pasti dia akan mengomel dengan gemas sekali. Jadi tidak sabar mau ketemu!" gumam Taehyung lalu mengeluarkan kunci apartemen di dalam tasnya. Tapi sesaat sebelum ia membuka pintu apartemennya, ia mendengar suara pintu tetangganya terbuka. Dan begitu ia menoleh, ia mendapati Namjoon dan Yoongi ke luar bersamaan dari pintu yang sama pula.

Taehyung sontak terhenyak. Begitupun Yoongi dan Namjoon yang kompak terbelalak.

"Yoongi?"

"T-Tae.."

"Kenapa kau- kenapa kau berada di apartemen Namjoon?"


To be continued..


Yang kemaren nebak Namgi bakal ena-ena sapa neeeehh???

Twinkle Sparkle (Taegijoon) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang