Zelia lebih banyak diam hari ini, tampak berpikir sesuatu yang tak diketahui oleh Amira. Jika biasanya Zelia bisa menceritakan apa pun perihal perasaannya pada Fira, kini ia hanya memendamnya sendiri. Kak Damar memperhatikan kameranya, pose Zelia tak senatural kemarin-kemarin pun mendekatinya.
"Kau sedang memikirkan sesuatu? Kau tampak berpikir, senyummu tak natural dan matamu tak sejernih kemarin. Lihat," kata Kak Damar yang menunjukkan layar kameranya pada Zelia.
Zelia merasa tak enak, sudah dua kali pria berkemeja hitam mengatakan itu padanya. "Maaf ya, Kak. Zelia pasti akan tampil lebih baik lagi."
"Oke, kalau kamu masih begitu kamu gantian sama Sella, oke?" tanya Kak Damar pada Zelia.
Zelia mengangguk sementara Amira mengacungkan jempol padanya menyemangatinya dengan senyum yang manis. Zelia menarik napas dan mengembuskannya melakukan pose yang dituntun oleh Kak Damar, sementara Sella yang menunggu Zelia selesai terlihat tak suka karena jenuh.
"Lama. Kalau emang enggak fit jangan duluan, bosen!" seru Sella yang mencibir setelah melihat sekilas ke arah Zelia.
Asisten Sella mengangguk mengiyakan pendapat Sella, hari ini Zelia memperlambat pemotretan Sella. Mestinya, sudah selesai empat puluh menit yang lalu dan Sella bisa pergi ke mall, terbebas dari jadwal yang membelunggunya saat ini. Sella merasa tak tahan dengan rasa jengah yang menderanya pun mendekati Kak Damar.
"Kak, masih lama ya?" tanya Sella tak sabar.
Kak Damar mengalihkan pandangannya dari layar kamernya. "Sebentar lagi."
"Dari lima puluh menit yang lalu juga Kak Damar bilang gitu, aku ada janji lain di luar." Sella memprotes.
Kak Damar menoleh ke arah Sella kemudian pada Zelia. "Zel, turun ya. Sella naik."
Zelia tersenyum mengangguk mendapatkan perintah dari Kak Damar, artinya posenya tak ada yang menarik dan Sella menggantikannya dengan wajah angkuh. Amira memberikan minum pada Zelia saat duduk di kursinya, menyadari benar jika Zelia tak fit, bukan soal raganya, tapi soal pikirannya mengakibatkan raut mukanya terlihat tak natural.
"Ada masalah ya Mbak Zelia? Mbak tampak berpikir." Amira bertanya dengan perasaan sedikit takut akan dibentak oleh Zelia.
"Sedikit, kalungku hilang di rumah, tak ada meski sudah kucari. Aku jadi merasa enggak enak sama Kak Nicco waktu sarapan tadi, dia mengira aku tak memyukainya karena langsung melepasnya." Zelia bercerita.
"Mungkin terselip di selimut, sarung bantal atau lipatan bed cover. Nanti Amira bantu boleh?" tawar Amira.
Zelia mengiyakan, Amira memang lebih sopan daripada Fira, tapi soal enerjik Fira lebih jauh dari Amira. Zelia menunggu Sella selesai sambil sesekali melihat ekspresinya, benar berbeda dengan dirinya karena sebuah pemikiran yang bercabang bisa membuat Kak Damar kecewa hari ini. Kak Damar selesai dengan Sella hampir pukul sebelas, memanggil Zelia di ruangan bukan di tempat pemotretan.
"Masuk, Zel." Kak Damar menoleh sekilas pada Zelia saat masuk.
"Aku mengecewakan ya, Kak?" tanya Zelia.
"Sedikit. Kau ada masalah? Jangan bawa ke tempat kerja, kau harus profesional." Kak Damar mengingatkan sambil melihat hasil potret Zelia.
"Iya, Kak. Maaf," kata Zelia tak enak.
"Nanti kuedit sedikit, untuk hari ini selesai meski sedikit mengecewakan. Oke, sampai jumpa lusa." Kak Damar memutuskan.
Zelia meminta maaf kemudian pamit ke ruangan pribadinya untuk berganti pakaian. Di sana sudah ada Amira yang mempersiapkan pakaian ganti untuknya, pun membantunya membersihkan make up yang menempel di wajah cantik Zelia. Amira memberitahu Zelia jika kran di kamar mandi ruangan itu tak nyala, ada kertas yang ditempel selotip memberitahu jika kran sedang diperbaiki. Zelia tak suka ini, karena ia harus menggunakan kamar mandi umum yang berada di ujung lorong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exquisite ✓ [Terbit : Ready Stock]
Romance21+ ⚠Don't Copy My Story ⚠ Zelia tak pernah tahu siapa yang telah berani meneguk kenikmatan tubuhnya malam itu. Ia sangat frustasi takut jika dunia tahu apa yang telah terjadi padanya. Zelia mencari sosok pria yang menjamahnya dengan cara-cara yang...