Ada banyak hal yang ingin Zelia katakan dan tanyakan pada pria yang dirasa sok baik padanya. Jika benar pria itu adalah pria baik-baik, mengapa ia menidurinya sedemikian misterius? Zelia tak serta merta langsung memarahi pria itu, pertama, pria itu tak membuang benihnya di dalam dirinya selama ini. Kedua, pria itu membersihkan dirinya sedemikian lembut, perhatian dan tak brutal selepas nafsunya. Pria itu tahu jika Zelia menangis kesal, ingin menumpahkan semua amarahnya, tapi ia hanya diam saja dan tetap memperlakukan Zelia begitu lembut.
Penerang ruangan kamar mandi itu mempertontonkan jelas wajah pria yang memperlakukannya vulgar tadi. Pria itu mendongak ketika kaki Zelia tak terangkat sama sekali dan tetap melihat wajahnya dengan begitu jelas. Pria itu berkedip dan menyentuh betisnya, memberi Zelia kode untuk mengangkat kakinya sekarang juga.
"Kenapa kaulakukan ini padaku? Aku tidak mengenalmu. Kenapa kau memperkosaku!"
"Angkat kakimu, Zelia." Pria itu masih di posisinya.
Zelia mengangkat satu kakinya, pria dewasa yang berjongkok di depan Zelia mengenakan dengan benar celana dalam milik model wanita cantik. Zelia tak mau melewatkan wajah pria sedekat itu, pria di depannya benar-benar pria yang telah menidurinya berkali-kali.
"Jawab aku!"
Pria itu berbalik mengusap wajahnya dengan handuk. "Karena kau milikku."
Zelia tertohok. "Kau tak lebih dari seorang bajingan! Beraninya memuaskan nafsumu ketika aku tak berdaya!"
Pria itu berbalik menatap Zelia dengan mata tajamnya. "Jadi, kau mau kau yang memulai? Boleh. Aku juga suka kau yang memimpin."
Zelia marah dan kesal bukan main. "Akan kulaporkan kau ke polisi atas tuduhan pemerkosaan!"
Zelia keluar dari kamar mandi dan mengambil tasnya, ketika berbalik pinggangnya telah direngkuh pria itu.
"Laporkan saja, jika pemerkosaan kenapa milikmu seakan mendamba milikku, berharap jangan berhenti dan terus bergerak, hmm?"
"Pria gila! Sinting! Tak waras! Edan!" Zelia melepaskan dirinya dari rengkuhan erat itu.
"Aku gila, sinting, tak waras dan Edan karenamu. Kau yang harus tanggung jawab." Pria itu menjawab pernyataan Zelia.
Zelia membuka pintu kamar rawat inap itu dengan mudah karena kenop pintu yang sama dibuka dari luar. Pria muda yang diketahui Zelia bernama Matt datang dengan senyumnya yang khas.
"Kakak mau pulang?" tanya Matt.
Zelia terhenti dan kaget. "E, e, iya aku harus pulang tapi besok aku akan datang kok."
"Paman Arvind mau pulang sekalian? Biar aku saja yang jaga kakek, Paman pulang bareng Kak Zelia saja." Matt menoleh ke arah pria di belakang Zelia.
"Boleh."
"Jangan!"
Matt menoleh ke arah Zelia kaget karena tiba-tiba berseru menolak. "Kakak tenang saja, Paman Arvind ini anaknya Kakek Daven paling kecil dan paling baik. Kakak pasti aman diantar pulang Paman Arvind."
Zelia ingin sekali menyangkal perkataan Matt soal betapa baiknya pria di belakangnya. Tapi, ia hanya bisa mengomel dalam hati, "Baik apanya?? Apa yang telah pamanmu lakukan itu justru sebaliknya! Menjagaku? Meniduriku yang benar!"
"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Aku bawa kendaraan kok. Permisi," kata Zelia pamit keluar dari ruang rawat inap Kakek Daven tak mempedulikan dua pria yang masih menahannya.
Zelia berjalan dengan cepat, sedikit meringis karena kewanitaannya terasa nyeri akibat Arvind tak melepaskannya sampai puas. Zelia menekan tombol lift dua kali ketika melihat sosok pria yang tak ingin dilihatnya mendekat. Pintu lift tertahan tangan Arvind, menatap lurus ke arah Zelia yang terlihat enggan menatapnya. Arvind masuk ke dalam dan bersandar di sisi kiri lift, menatap Zelia yang menghadap lurus ke depan dengan angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exquisite ✓ [Terbit : Ready Stock]
عاطفية21+ ⚠Don't Copy My Story ⚠ Zelia tak pernah tahu siapa yang telah berani meneguk kenikmatan tubuhnya malam itu. Ia sangat frustasi takut jika dunia tahu apa yang telah terjadi padanya. Zelia mencari sosok pria yang menjamahnya dengan cara-cara yang...