Getaran | 23

5.2K 251 19
                                    

Zelia hanya melongo dan hampir melompat ketika Arvind membisikkan sesuatu di telinganya usai percintaan panas mereka. Arvind mengambil sesuatu di tas karton berwarna cokelat itu, tampak membuka sesuatu dengan membelakangi Zelia. Zelia tak paham—awalnya—pada benda dibawa pria yang doyan menikmati tubuhnya. Sebuah benda yang berbentuk aneh dan berwarna merah muda menyala.

"Itu apa? Buat apa?" tanya Zelia.

Arvind hanya tersenyum tipis dan memasangkan benda itu di 'pintu' masuk kenikmatannya. "Jangan dilepas, janji?"

"Ini apa?"

"Ayo, mana kakimu!" seru Arvind memakaikan celana dalam Zelia yang sempat dibuangnya tadi. Zelia masih penasaran dengan benda yang menempel di bagian intimnya oleh Arvind. "Lapar kan? Aku mau ke kamar mandi, gerah. Kau bisa meminta kue pada koki dadakan di luar."

Zelia menuruti perkataan pria tampan itu, keluar dari kamar selain haus juga sedikit lapar. Aroma kue yang menguar makin membuatnya makin lapar pun mendekat ke dapur.

"Aromanya enak, boleh aku minta?"

"Nona yang baru berolahraga malam tengah kelaparan, ini sepotong besar." Wanita di sisi Ravid memberi Zelia sepotong kue yang baru matang.

Zelia duduk dan mulai menyendokkan kue itu ke dalam mulutnya. Tiba-tiba ia tersentak oleh sesuatu di selangkangannya, benda itu bergetar tepat di klitorisnya meski dengan getaran kecil dan kemudian hilang. Tapi, sentakan itu diketahui Ravid dan pembantunya, pun menjadi pertanyaan tersendiri.

"Kenapa? Kuenya tak enak?" tanya Ravid.

Zelia menahan gejolak dari dalam dirinya karena benda itu bergetar. "Tidak, tidak! Ini enak kok, ya, ini enak!"

Ravid mengangguk setuju, kuenya malam ini lebih lezat dan harum dari sebelumnya. "Baguslah, kalau gitu ambilkan untuk kekasihmu juga."

Zelia mengangguk dan mengambil pisau kue, tepat saat benda itu bergetar lagi kali ini lebih kencang dari yang tadi sampai tangannya bergerak seperti tremor.

"Pisaunya kenapa?"

"E, enggak kok, pi-pisaunya enggak kenapa-napa." Zelia benar, yang kenapa-napa justru bagian intimnya.

'Benda sialan itu, ouh bergetar lagi seperti lidah Atvind yang mengorek klitorisku! Ouh, rasanya geli sekali!'

Ravid merasa jika wajah model seksi di depannya itu makin merona, seperti tengah bersenggama tapi sendirian?

"Kau baik-baik saja, Zelia? Mau kuperiksa?"

"E, tidak. Aku baik-baik saja, Ravid. Terima kasih," jawab Zelia.

"Wajahmu memerah, alergi atau kenapa?"

Zelia mendesis karena rasa geli di bagian kecil nan sensitif dari bagian intimnya terasa seperti dijilat cepat dan digigit gemas. "Mungkin iya, huh, panas, ya? Aku bawa kuenya ke... ke kamar saja."

"Iya, kalau merasa tak enak badan ketuk saja kamarku." Ravid meninggalkan dapurnya sambil membawa Cassey.

Zelia turun dari kursi meja makan sambil menahan rasa gatal plus geli yang diterimanya mendadak dan bersamaan. Ia berusaha tak menjatuhkan piring-piring kecil di tangannya dan itu berakibat pada laju jalannya yang seperti ibu hamil mau melahirkan segera. Zelia menggigit bibirnya ketika klitorisnya berkedut dan makin bergetar pula benda pipih yang menempel di miliknya.

Zelia susah payah sampai ke kamar belakang, meringis menahan desahan juga kantung kemihnya agar tak membuka dan melepaskan sisa cairan metabolisme tubuhnya. Ia harus mengapit bagian intimnya yang terus menerus menerima rangsangan itu, mengutuk Arvind yang sudah menempelkan benda perangsang itu di miliknya.

Exquisite ✓ [Terbit : Ready Stock] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang