(3) modus

505 84 25
                                    

"Saya nggak mau manggil Pak Malvin, saya juga nggak mau manggil Kak Malvin," jeda sejenak. "Saya maunya manggil Bebeb Malvin. Boleh?" tawar Keira dengan wajah yang dibuat sepolos mungkin. Padahal, dalam hati cewek itu sudah mencak-mencak kegirangan.

Samid alias Dimas menepuk keningnya frustrasi kala mendengar penuturan teman sebangkunya---yang ia yakini kehabisan obat dari Rumah Sakit Jiwa.

Seisi kelas kompak terbahak geli tanpa dikomandoi.

Sedangkan Keira?

Cewek itu mempertahankan tampang polos tak berdosa seolah urat malunya sudah putus.

"Boleh ya, Beb?"

"NGGAK BOLEH! PAK MALVIN MILIK TERESHIA SEORANG. HAK PATEN ITU," nyolot Tereshia nggak terima. Tuh kan, dari depan Theresia memang keliatan kalem, tapi kalau masalah cogan, bisa sebengis ini.

"Yeuw mimpi!" balas Keira sambil mencebikkan bibir.

Menjadi sumber perdebatan dua murid yang baru dikenalnya nggak sampai tiga puluh menit, Malvin mengingit bibir bagian bawah. Tampak menahan tawa yang siap meledak.

Menghela napas berat, pria itu berujar meski dengan sisa-sisa tawa. "Sudah-sudah, tapi saya lebih merasa terhormat kalau dipanggil Pak Malvin."

Duh Pak Malvin, bisa nggak sih sedetik aja nggak usah senyum?
Gue bisa fangirling iniiii.

"Oke, boleh saya lanjutkan perkenalannya?"

"Boleh banget, Beb," tandas Keira tanpa tedeng aling-aling. Sedetik kemudian, gadis itu menarik ucapannya. "Ralat. Maksud saya boleh banget, Pak. Hehe."

"Baik, jadi saya akan menggantikan posisi Bu Ayuan sebagai guru Sosiologi kalian selama lima bulan penuh."

Keira mendesah, dia ingin sekali protes.

Kenapa nggak selamanya aja? Bisa betah berjam-jam kalau guru Sosiologinya setampan Chanyeol!

"Kalau di luar jam sekolah, kalian bisa memanggil saya Kak. Saya masih muda, loh. Umur saya 18 tahun selisih dua tahun saja dengan kalian."

"Loh, kok gitu? Boong ya?" Kali ini Lupit yang menginterupsi.

Tertawa kecil, Malvin menggeleng tegas. "Tidak, umur saya memang 18 tahun. Saya alumnus SMA Negeri 5 Surabaya, mengambil program akselerasi di sana, jadi bisa lulus SMA satu tahun lebih cepat."

Sedikit info tambahan dari Malvin membuat Tereshia dan Keira mau nggak mau menjerit heboh ala fans yang ketemu bias. Pasalnya, untuk diterima di kelas akselerasi SMA Negeri 5 Surabaya harus memiliki IQ di atas 130!
Kalau begitu, IQ Malvin pasti di atas 130.

"Nah sebelum itu, saya mau kenalan dulu sama kalian."

Mendengar penuturan Malvin, Keira buru-buru mengacungkan tangan kanannya sebelum diserobot sama Tereshia.

"Nama saya Keira Anantha, Pak. Bisa dipanggil Kei, Keira, Sayang juga boleh khusus buat Bapak."

"Gaz teroz, Cyin," sindir Tereshia pedas.

"Bodo."

"Pak Malvin, Pak."

"Ya?"

"Nama saya Tereshia Bianca biasa dipanggil Ter---"

"TERI, PAK," ledek Keira sambil ketawa gila disusul Samid dan seisi kelas.

"TERESHIA!"

Sepertinya, untuk pertemuan minggu depan, Malvin harus meminum jus baygon terlebih dahulu untuk menetralisir pening di kepalanya ketika berada di kelas X IPS 1.

tbc

Society UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang