(12) deal

258 51 7
                                    

"Itulah mengapa tidak semua gejala sosial menyebabkan penyimpangan sosial di masyarakat. Tidak semua gejala sosial memberikan dampak negatif, ada pula yang positif." Seulas senyum terukir begitu Malvin selesai menggambar life mapping Gelaja Sosial di papan.

Keira hanya ngangguk-ngangguk sok paham.

"Ada yang bisa sebutkan ke saya contoh gejala sosial negatif?"

Sebagian murid sontak saling bersahutan. Terutama para siswi. Mereka nggak ketinggalan menampakkan diri di depan fotocopy-an Park Chanyeol. Tereshia apalagi, dia yang paling bersemangat.

"Konsumerisme, Pak."

"Hedonisme dan sekulerime."

"Penyimpangan seksual."

"Demoralisasi moral, lunturnya nasionalisme, berujung westernisasi meraja lela."

"Kei, jawab napa, lesu amat lo," cibir Lupit dari depan bangku cewek tersebut. "Katanya mau menonjol."

"Mau juga gue jawab, semua pada borong ngejawab gitu. Mana gue tahu juga jawabannya."

Tangan Dimas menengadah, mengacak rambut Keira yang berantakan se-berantakan hatinya sekarang. "Karma sih nggak pernah merhatiin pelajaran Bu Ayuan."

Kemudian, kedua teman micinnya itu ketawa ngakak.

"Lo kenapa bisa suka banget sama Sosiologi sih, Mid?" Keira berbisik. Memiringkan kepalanya untuk melihat wajah hitam-manis Dimas.

"Kenapa ya? Suka aja kali, kan gampang. Gampang dinalar," jawabnya asal.

Keira mencibir, kini tatapannya tertumbuk pada sesosok pria dengan almamater biru keabuan yang sedang men-slide layar PPT. "Andai Pak Malvin guru Geografi, ya."

"INGET TARUHANNYA KEIII." Lupit menarik pipi sahabatnya itu gemas sambil berkacak pinggang. "Lo nggak usah kebanyakan ngehalu deh, pikirin matang-matang supaya bisa menonjol di Society Unexpected."

"Omong-omong, Tereshia udah konfirmasi?" tanya Dimas sembari menulis penjelasaan Pak Malvin tentang bab Gejala Sosial di buku catatan.

"Udah."

"Terus ... dia mau?"

Sebagai jawaban, Keira hanya menggeleng lemah. "HUWAAAAA."

"Yang dibelakang, udah selesai nyatetnya?" tegur Pak Malvin halus sembari menarik langkah mendekati meja Dimas dan Keira yang ada di belakang paling pojok.

Mampus. Jangankan nulis, merhatiin aja enggak! Gue sibuk mantengin wajah cogannya sih.

Wah ini nih, pantes Lupit nyuruh gue cepet-cepet cari pacar. Supaya nggak kebanyakan halu tentang oppa!

"Ini, Pak. Masih OTW." Keira berusaha ngeles, dengan memamerkan senyum polosnya seakan buku catatan Sosiologi yang kosong melompong bukanlah masalah.

"Kenapa baru dicatet?" Malvin memburu jawaban Keira. Guru PPL itu tersenyum miring. Dia tahu. Catatan sikap Keira melalui Bu Ayuan yang amat nggak suka terhadap mata pelajaran Sosiologi.

Sosiologi sama Keira itu musuhan, Kang. Begitu kira-kira kata Bu Ayuan.

"Saya minus Pak hehehe, jadi baru minjem punyanya Dimas." Lagi, Keira berbohong.

Malvin mengangguk maklum seraya melemparkan tatapan penuh pada pamflet Society Unexpected yang tertindih tempat pensil kusut di meja Keira.

Tiba-tiba, percakapan tentang dua muridnya di ruang guru kemarin kembali mengusik. "Kamu jadi ikut Society Unexpected kan, Ra?"

"Eh?"

Keira mendadak salting ditanyai seperti itu. Gadis itu berusaha telepati dengan Dimas dan Lupit melalui tatapan mata.

Iyaaa Kei. Iyaa. Aluvito Kalvio jadi barisan terdepan pendukung lo nanti!

"Gimana, Ra?" Malvin memecah keheningan.

"Iya, Pak. Bapak nggak keberatan membimbing saya dan teman-teman lainnya 'kan?"

"Boleh. Besok sepulang sekolah bagaimana? Saya tunggu di perpustakaan."

Wajah Keira tiba-tiba berbinar. Bola mata gadis itu berkilat cerah---dari yang semula kusut sekusut pakaian kotor. "Kenapa nggak nanti aja, Pak?" tawarnya nyablak.

Lebih cepat lebih baik, kan?

Semakin dia bimbingan sama Pak Malvin semakin dia bisa ngegas modus.

"Saya ada buku pintar Sosiologi, lengkap. Buku itu yang saya pelajari ketika mengikuti Cerdas Cermat Sosiologi di UI waktu SMA," jelas Malvin bernostalgia. "Karena buku itu pula, saya meraih gold medal. Lumayan, dapet sertifikat nasional hingga akhirnya lolos SNMPTN UPI."

Keira kontan melonggo.

Apa katanya? Lumayan?

Coba saja dia yang meraih gold medal Cerdas Cermat Sosiologi begitu, pasti ibunya auto salto di tempat.

Atau bahkan ... Bu Ayuan bakal pingsan tujuh hari tujuh malam, ya?

Society UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang