(9) mading

286 53 9
                                    

Secarik pamflet berlatar hijau tosca dengan tulisan Society Unexpected tercetak tebal menarik perhatian tiga siswa SMAN 14 Bandung yang kini saling bersisian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Secarik pamflet berlatar hijau tosca dengan tulisan Society Unexpected tercetak tebal menarik perhatian tiga siswa SMAN 14 Bandung yang kini saling bersisian.

Satu di antaranya membaca pamflet kompetisi itu dengan mimik serius.

"Gils," komentar gadis berambut sebahu tersebut seraya melirik pemuda di sisi kanan dan kirinya secara bergantian.

"Aluvito Kalvio gitu, loh." Lupit menyugar rambutnya bangga. Detik berikutnya, memborong Keira dengan berbagai pertanyaan. "Lo ikut kan, Kei? Ya, ya? Kapan lagi coba? Lo mau ikut olimpiadenya, kan?"

Sedangkan yang ditanya, hanya mengedikan bahu nggak minat. "Beri gue pencerahaan supaya ikutan olim sialan ini."

Bukannya menjawab, jemari Lupit justru mengetuk-ngetuk papan mading dengan wajahnya yang sok cool itu. "Gue jamin deh, ide ini bakal jauh lebih brilian daripada idenya Samid."

"Gimana, Mid?" Keira menoleh kepada Dimas. Memberikan tatapan seolah di atas kepala cowok itu tumbuh tanaman jengkol.

"Kalo lo sekedar deket terus stalker-stalker Pak Malvin aja gimana?" usul Dimas ragu sembari memperhatikan pamflet olimpiade tersebut.

"Kei, gue jamin dengan ini modus lo lancar jaya." Tiba-tiba dengan lancangnya, Lupit menarik pamflet olimpiade di papan mading itu lalu menyerahkannya pada Keira. "Pikirin matang-matang dulu, Kei. Tapi gue yakin, lo pasti bisa."

***

Hawa sejuk pendingin udara ruang guru menampar-nampar lembut wajah Keira. Memainkan juntaian kecil rambut sebahunya. Membuat gadis itu ingin segera berlalu darisana kalau saja nggak ingat apa tujuan utamanya di ruang guru.

Secarik pamflet olimpiade Society Unexpected kini lecek akibat lipatan nggak beraturan di setiap sisinya, untuk menetralisir rasa gugupnya, ia meremas pamflet olimpiade.

Ayo, Kei. Lo kudu modus. Tak modus maka tak kenal.

Baru saja ia menghampiri meja Pak Malvin, pria dengan wajah sebelas-duabelas mirip Park Chanyeol itu berjalan berpapasan menghampiri Keira.

Tanpa dikomandoi, kadar fangirling Keira mulai kumat.

Gimana nggak?

Persis di hadapannya sekarang, berdiri sesosok figur dengan wajah menyerupai salah satu personil boyband EXO. Menggenakan almamater Universitas Pendidikan Indonesia, dipadu rambut fringe-nya yang terkesan manly, belum lagi senyum sejuta watt yang sukses membuat Keira klepek-klepek seperti ikan kekurangan air.

Untuk masalah fisik, Malvino Geraldy memang paket komplit.

Keira sampai heran apa jangan-jangan ketika Tuhan bagi-bagi kelebihan dia yang paling maruk, ya?

"Halo, Pak Malvin." Keira menyapa gugup dengan wajah yang dia yakini memerah seperti udang rebus.

"Hai juga...," jeda sejenak. Malvin melirik name tag yang terjahit di kemeja Keira. "Keira Anantha."

"Bapak kapan ngajar ke kelas saya lagi? Kelas X IPS 1, Pak." Mulai. Aksi modus yang telah disusun sekarang terealisasikan.

"Oh X IPS 1 ya, hari jumat, Ra."

Sebuah perasaan aneh tiba-tiba menyusup  di hati Keira.

Ra? Beb Malvin manggil gue Ra?

"Memangnya kenapa?"

Menggeleng singkat untuk menghilangkan rancauan, Keira berujar senormal mungkin. "Saya mau ikut olimpiade Sosiologi, Pak. Mungkin, bapak bisa bantu saya?"

"Saya jugaa mau." Tereshia tiba-tiba berdiri tepat di samping Keira. Gadis berdarah Tionghoa itu menyambar pamflet yang dipegang Keira heboh. "Society Unexpected kami datanggg."

Oh shit. Tampaknya, dewi fortuna nggak berpihak pada Keira.

Hari pertama modus dinyatakan GAGAL.

***

a/n

Jadi, kamu tim Malvin dengan Keira atau Malvin dengan Tereshia? Atau jangan-jangan, Samid dengan Lupit 😂 *plak homo anjir

Society UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang