(8) olimpiade

311 49 9
                                    

Berjarak tiga meja dari tempatnya mengaduk jus jeruk, Keira melayangkan tatapan nyalang pada gadis berkucir kuda yang kini bergosip-ria bersama kloningannya.

Cantik. Satu kata yang mampu mendeskripsikan seorang Tereshia Bianca. Dengan wajahnya yang khas orang Tionghoa, dirangkap ciri ras Proto Melayu, kulit cewek berwajah kalem itu berbanding terbalik dengan Keira yang kuning langsat sedikit kecoklatan.

"Kei, lo napa dah?" Lupit menyeletuk. Disambarnya jus jeruk Keira lalu menegak isinya sampai setengah.

"Galau dia, mah." Dimas menanggapi acuh, perhatian cowok itu sedari tadi nggak teralihkan dari PUBG.

"Tumben lo ada gebetan, Kei? Biasanya juga nggak," ujar Lupit dengan mulut penuh nasi goreng. "Selera lo mah tinggi banget kayak oppa-oppa korea."

Sedangkan yang dibicarakan, hanya melengos sebal.

Hiruk pikuk kantin SMAN 14 Bandung istirahat pertama tampak sepi di mata Keira. Berkali-kali gadis itu mengedarkan pandangan, mencari sosok jangkung beralmameter biru keabuan dengan logo Universitas Pendidikan Indonesia.

Namun hasilnya nihil. Sosok itu nggak kelihatan batang hidungnya.

Ah, Pak Malvin kok nggak ada di kantin sih. Jangan-jangan di kantor?
Wah, di kantor.

Apa iya Keira harus modus ke kantor dulu supaya bisa bertemu dengan kloningan Park Chanyeol?

Lupit dan Dimas yang menyadari keabsenan Keira membicarakan segala hal berbau Korea---tersadar kalau sahabatnya itu memang senewen.

"Keira, jadi gimana?" Dimas mencairkan hening yang sedari tadi menguasai.

"Maksudnya?"

"Misi lo."

Keira mencibir sekilas. "Otak gue nggak pernah bersahabat sama Sosio," keluhnya sambil meneguk jus jeruk itu sampai tandas. "Nggak ada plan B apa?"

"Nggak. Tapi nanti gue pikirin dulu." Dimas mengeleng dengan pandangan tetap ke layar ponsel.

"Gue bad mood gara-gara Sosio. Ah, pokoknya gue harus bisa!" ujar Keira berapi meski tersalip perasaan malas karena sejak awal ia benci Sosio.

"Kalian bicarain apa sih!?" Lupit yang nggak terima dikacang, tiba-tiba menyenggol lengan Dimas keras. Ia menoleh pada Keira dengan tatapan seolah mengatakan curang-banget-gue-nggak-diceritain.

"Bicarain masa depan Keira Anantha bersama Malvino Geraldy," tukas Keira malas seraya memutar bola mata gusar.

"Lo termasuk degem Pak Malvin, Kei!? Astaga, apa gue harus berubah jadi oppa-oppa Korea dulu supaya lo naksir gue waktu SMP?"

"Ih, apa sih Lupit." Keira mengerucutkan bibir sebal. Tangan kanan cewek itu bergerak melempar botol minuman isotonik kosong ke arah Aluvito Kalvio yang kini menahan tawa dengan nasi goreng yang sedikit menyembur ke luar.

"Mamam tuh botol mijon," maki Keira sebal. Lalu, melirik Dimas nggak sabar. "SAMIDDD, INI GIMANAAA? JANGAN SAMPE NASIB LO MIRIP KAYAK LUPIT."

Dimas memutar bola matanya ke atas---pertanda cowok berlesung pipit tersebut berpikir keras. "Umm, gimana ya? Nanti deh nanti gue pikirin, gue lagi mabar nih, Kei."

Lupit tiba-tiba berdiri. Cowok itu menjetikan jari telunjuknya persis di hadapan Keira dengan seulas senyum cemerlang. "Gimana kalo lo ikutan Olimpiade Society Unexpected, Kei?"

"ITU SIH NAMANYA BUNUH DIRI, KUTIL," teriak Dimas dan Keira bersamaan.

"Gue kan bege Sosio, Pit," omel cewek berambut sebahu itu dengan gerakan mencekik leher Lupit.

"NAH ITU, NAH ITUU," Lupit menggebrak meja kantin antusias---membuat beberapa pasang mata menatap mereka bertiga nggak suka. "Lo ikut aja Olimpiade Society Unexpected supaya bisa modus-modus manja ke Pak Malvin."

"Caranya?"

"Nanti gue kasih tau."

tbc

Society UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang