(6) aksi

343 59 10
                                    

"Gejala sosial adalah suatu ... peristiwa alam---eh ralat. Suatu fenomena ... yang ditandai ... yang...."

"Yang apaan? Yang Dingin?" Dimas mencibir, "Kei, revisi," ujarnya datar dengan wajah masam.

"Ini masih istilah Sosiologi dasar. Lo belum mengenal istilah homogenesis-homogenesa, disentrigasi-integrasi, stratifikasi-diferensiasi, dan lain sebagainya." Cowok itu menggeleng, kemudian menutup buku paket Sosiologinya gusar.

Keira memberengut kesal. Diletakannya buku paket Sosiologi itu asal-asalan lalu merebahkan tubuh di ranjang corak monokrom milik Dimas.

Semilir angin malam menerobos masuk melalui balkon kamar. Menggelitik tengkuk Keira. Memainkan kecil helaian poni tengah gadis itu. Udaranya terasa dingin, menusuk---membuat Keira menarik selimut di kasur Dimas.

"Heh, Bahlul. Lo niat tobat nggak sih?" cibir Dimas seraya melempari Keira dengan berondong jagung.

"Niatlah, Samid," balas Keira malas di balik selimut. "Gue udah berkorban tau. Harusnya sekarang tuh gue lagi nonton drakor di kamar. Nggak malah belajar Sosio gini di kamar lo."

Cewek itu menghela napas kasar. Ingatannya kembali berputar dengan rencana Dimas satu jam yang lalu.

"Gini, kalo lo mau diliat sama Pak Malvin, lo harus menonjol di pelajaran Sosiologi."

"Astaga Dimas Abbinaya bin Samid Abbiniya. Lo tau kan kalo gue benci Sosiologi!?"

Mengetahui nama lengkapnya disebutkan Keira seperti itu, Dimas kontan mendelik. Nama lengkapnya selama ini Dimas Abbinaya, nggak ada embel-embel Samid Abbiniya---karena itu nama bapaknya.

"Lo mau kloningannya Park Chanyeol lo itu direbut si Teri?"

"NGGAK." Mendengar Tereshia disangkut-pautkan dengan pembicaraan ini, semangat Keira kembali membara. "SEMANGAT, KEI."

"Keiraaaa."

Belasan berondong jagung tiba-tiba menghujani wajah Keira. Gadis itu tersadar. Menegakkan tubuh dari yang semula berbaring, Keira merebut bugkus berandong jagung itu. "Samiddd, apa-apaan sih lo."

"Bodo, lo gue ajak ngobrol malah tidur."

Mendengus gusar, Keira menyahut. "Siapa yang tidur? Gue nggak tidur. Cuma ngelamun bentar tadi."

Dimas beranjak menuju sisi  tempat tidurnya, mraih kalender kecil di nakas meja, lalu mengulurkannya pada Keira. "Liat, Kei."

Menoleh singkat, Keira menautkan kedua alisnya. "Maksudnya?"

"Besok hari apa?" Dimas malah balik nanya.

"Rabu," jawab Keira polos sambil menggaet kalender tersebut.

"Terus?"

"Ada...."

"Ada?" pancing Dimas geregetan.

Keira berdecak, kemudian mengacak rambutnya frustrasi. "Ada jam pelajarannya Bu Ayunan."

"KAN KAN, LO TUH KOBAM." Mulai. Dimas kalau sudah kelewat geregetan, cowok berahang tegas itu bisa ngegas tiba-tiba.

"Bu Ayunan kesayangan lo, ralat. maksud gue kesayangan kita---kan udah diganti sama Pak Malvin selama satu bulan penuh, Keiraaaa."

Keira refleks menepuk keningngnya tersadar. "Ah, besok ada pelajarannya Pak Malvin dua jammmm."

"Lo belajar sana supaya besok bisa caper ke Pak Malvin."

"Bisa nggak, Pak Malvin jadi guru Geografi aja? Gue benci Sosio."

"Lo benci Sosiologi, tapi lo cinta sama guru Sosiologi." Dimas mencemooh.

Dan, cibiran itu tepat mengenai sasaran.

tbc

Society UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang