Jeongin dan Syarat

16.4K 1.9K 238
                                    

Hyunjin tidak keberatan.

Sungguh, ia benar-benar tidak masalah kalau posisinya sebagai murid terpintar di sekolah harus lengser dan digantikan oleh si cecunguk kecil itu.

Ia sama sekali tidak ambil pusing jika nama Yang Jeongin-lah yang kini bertengger di tempat teratas dalam urutan "20 besar nilai UTS 2019 Kelas 11 Semester Ganjil"— bukan nama dirinya seperti semester-semester yang lalu.

Menurut Hyunjin semua orang berhak mendapat gelar tersebut, karena mereka bisa saja menjadi pintar kalau mereka belajar dengan sungguh-sungguh, ya kan? Hyunjin hanya memberi mental note kepada dirinya sendiri untuk belajar lebih giat lagi karena saingannya cukup berat sekarang.

Tapi yang menjadi masalah disini adalah,

Setelah berhasil merebut posisi Hyunjin sebagai yang pertama, mengapa Yang Jeongin tidak mau berhenti mengganggunya?

Jeongin akan mengikuti ekstra kulikuler yang Hyunjin ikuti, merebut spot-spot favorit Hyunjin di setiap tempat, mendebat semua pernyataan Hyunjin ketika mereka berada di dalam kelas, ia bahkan sering datang ke sekolah pagi-pagi hanya untuk numpang tidur di bangku Hyunjin. Kemudian tertawa cengegesan seperti orang bodoh saat Hyunjin datang mengusirnya.

Dan yang lebih parahnya lagi, Hyunjin akan sering mendapati ia dan Jeongin "kebetulan" berada di tempat yang sama.

"Kamu sengaja, kan!" Hari itu Hyunjin sudah tidak tahan lagi. Dia ingin tahu apa maksud hati Jeongin mengganggu hidupnya selama ini.

"Kamu marah ya?" Jeongin memiringkan kepalanya, mengerjap sambil tersenyum malu-malu. Pipi Jeongin yang gembil memerah sempurna, menatap Hyunjin dengan kedua bola matanya yang berkilauan.

Hyunjin membenarkan posisi kaca matanya dengan canggung. "A-Aku tidak marah! Aku cuma pingin tau kenapa kamu selalu ngikutin aku!"

Jeongin merunduk. Memainkan jari-jari kecilnya dengan gugup, "Kamu benar mau tau?"

Tentu saja Hyunjin kelimpungan melihat gelagat Jeongin yang seperti itu. Bukankah Jeongin itu seorang berandalan? Kenapa sekarang dia terlihat begitu... manis?

sangat manis hingga Hyunjin ingin sekali menculik dan mengikat tubuh mungil itu di ranjang.

eh?

"Iya. Tolong katakan." Hyunjin menelan ludah ketika Jeongin mendongak, memperlihatkan mata coklatnya yang besar dan polos. Pipi pemuda itu semakin merah, Hyunjin bisa membayangkan betapa hangat dan lembut kedua pipi itu bila disentuh.

"Ada syaratnya!" Dalam hati Jeongin bersorak gembira karna telah berhasil menjerat Hyunjin kedalam perangkapnya.

Ia naksir Hyunjin sejak dulu, tau! sejak pertama kali Jeongin menjadi murid baru dan ditempatkan di kelas yang sama dengan pemuda itu.

Hyunjin dimata Jeongin adalah sosok yang cerdas, misterius dan tampan...

Hyunjin adalah pria tertampan yang pernah Jeongin lihat dalam hidupnya. Saat Hyunjin tersenyum— meski jarang sekali, Jeongin merasa dunia di sekeliling Hyunjin seolah berhenti berotasi.

Jeongin kecanduan dengan senyum Hyunjin.

Dan ia menginginkan senyum Hyunjin itu untuk dirinya sendiri.

"Apa syaratnya?"

Jeongin tersenyum, lesung pipinya muncul seketika, "Kamu harus jadi pacarku!"






































"Kamu masih digangguin bocil itu, Jin?" Minho bertanya cepat, penasaran sendiri kenapa anak femes seperti Jeongin selalu menempel pada sepupu culunnya ini, "Kamu nggak di jahilin, kan?"

"Nggak, kok. Dia lucu juga sebenernya."

JANGAN BANDELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang