Jeongin dan Kepala Sekolah Chansung

10.7K 1.5K 82
                                    

Jeongin menghempaskan kepalanya kebelakang. "Paaak, saya minta maaf..." dengan nada penyesalan yang di buat-buat.

Pemuda berambut merah itu mengerinyit sebal. Salah tingkah sendiri karna Pak Kepala sekolah bukan hanya tidak menggubris apa yang ia ucapkan, namun juga tidak mau berhenti menatap nyalang kearahnya. "Kenapa Bapak menatap saya terus? Saya ganteng? Iya?" Tanya Jeongin narsis sembari menopangkan dagu ke meja besar milik sang kepala sekolah.

Melihat kelakuan bodoh itu, Pak Kepala sekolah Chansung memukul meja dengan amarah. "Jangan kurang ajar kamu!" Bentaknya tegas, membuat Jeongin kembali tersentak mundur.

Namun bukannya takut, Pemuda itu malah kembali merengek. "Bapak jahat....." Jeongin menghela nafas lelah, "Jangan panggil orang tua saya, dong!"

"Berani kamu bentak-bentak saya!"

"Makanya jangan aduin Jeongin sama bunda......"

Jeongin disidang di hadapan kepala sekolahnya bukan tanpa alasan. Ini salah Hyunjin, sebenarnya.

Jika saja dia mau melawan ketika Yugyeom menjahilinya siang tadi, Jeongin tidak mungkin terlibat perkelahian dan diadili disini.

"Kalau saja kamu bukan salah satu anak berprestasi disekolah ini, kamu pasti sudah saya tendang keluar sejak lama." Jeongin meringis. Terkekeh canggung sambil menggaruk-garuk rambut di kulit kepalanya yang lepek.

Kepala sekolah Chansung bukan orang jahat, malah sebenarnya beliau sangat sayang pada murid berandalan tersebut.

Meski nakal dan sering berbuat jahil, Jeongin tetaplah salah satu murid paling pintar dan berprestasi di sekolah ini. Bersamanya, Jeongin selalu berhasil membawa nama sekolah itu menjadi peringkat teratas dalam bidang sains dan teknologi.

Masa depan cerah seakan dengan senang hati menyambutnya.

Sayang pergaulan dan ego remaja yang tidak terkontrol membuat Jeongin sering kesulitan mengendalikan diri. Jeongin gemar mencuri perhatian.

Apalagi perhatian Hwang Hyunjin, pujaan hati-

Tunggu dulu.

Hyunjin!

"OMAYGAT!" Jeongin menjerit menepuk kepalanya sendiri.

"Ada apa?!" Kepala sekolah Chansung ikut terkejut dengan reaksi tiba-tiba itu.

"Pak, boleh ya saya boleh keluar sekarang?" Jeongin memelas, "saya janji tidak nakal lagi.."

Pak Chansung melotot, kecamata melorot dari hidungnya. Dan sebelum pria tersebut sempat bereaksi, Jeongin sudah kabur duluan.

























"Sudah berapa kali aku bilang, kamu tidak perlu menjadi sok jagoan!" Hyunjin menjewer telinga Jeongin gemas.

Jeongin yang dimarahi hanya merunduk seperti anak kecil yang dimarahi ibunya. "Maaf..." Gumam Jeongin lirih, berpura-pura merasa bersalah.

Padahal ia senang sekali dengan situasi ini, situasi dimana Hyunjin akan memusatkan seluruh perhatian dan kasih sayang padanya.

Melihat raut wajah kekasihnya seperti itu, Hyunjin mau tidak mau luluh juga.

Pria berkaca mata tebal itu mengangkat dagu Jeongin dengan jari-jarinya, memaksa Jeongin mendongak agar mata mereka bisa bertemu. Bibirnya mengulas senyum, namun kekhawatiran tersirat jelas dari wajah itu.

"Tolong jangan bertengkar. Apalagi kalau itu hanya untuk membela aku, Je."

"Kamu fikir aku akan diam saja melihat kamu disakiti orang-orang?"

"Bukan begitu maksudku.." Hyunjin mengusap lembut pipi Jeongin, bermaksud untuk menenangkan amarahnya. "Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan amarah. Aku tidak melawan karna aku malas ribut.. Kamu tahu itu."

"Iya, aku tahu."

"Lihat, pipi kamu jadi lebam begini, sayang.."

Jeongin menggigit bibir. Ia selalu lemah bila Hyunjin sudah memanggilnya sayang. Pipinya akan bersemu merah, dan Hyunjin akan jatuh cinta semakin dalam.

"Aku janji tidak main pukul lagi"

Hyunjin tersenyum, merengkuh tubuh mungil kekasihnya dalam pelukan. Dan bila sudah seperti ini, Jeongin yang jahil, nakal dan berandalan dimata dunia akan luruh menjadi Jeongin biasa yang telah ditaklukan oleh cinta.

JANGAN BANDELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang