After Words

13.4K 1K 141
                                    

warning : cringey ass smut. step out if you're underage </3

----

"Kamu harus jadi pacarku!" Ucapmu di lorong sekolah kala itu. Suaramu terdegar lantang tanpa keraguan, bersama ulasan senyum lebar dan mata berbinar-binar yang sedang ramai orang bicarakan. Aku yang mendengarnya terhenyak merasakan pening tiba-tiba akibat aliran darahku terpompa naik ke kepala.

Kamu?

Meminta aku menjadi pacarmu?

Kamu bercanda, ya?

Kemudian aku menolak. Tentu saja. Bagaimana mungkin aku bisa percaya orang seperti kamu akan dengan serius bicara seperti itu pada orang sepertiku.

Pikirku saat itu, kamu hanya bermain-main karena penasaran kenapa aku selalu curi-curi pandang ke arahmu, atau kenapa kedua bola mataku selalu mengekori semua tingkah lakumu yang lucu. Aku begitu takut kamu menyadarinya, karena aku kira aku sudah lihai sekali menyembunyikan perasaanku untuk diriku sendiri selama ini. Tidak ingin rasanya aku menjadi bahan cemoohan seisi sekolah karena telah lancang menyimpan rasa pada pemuda yang jauh sekali untuk aku jangkau seperti kamu.

Tapi mau bagaimana lagi? Senyumu memang manis sekali....

Aku tidak mampu menahan. Sungguh. Sejak aku pertama kali melihatnya, aku rasa aku telah jatuh sayang.

Tapi cinta itu ternyata lebih konyol dari yang ku kira. Kamu mengaku menyukai aku sejak aku marah dan mengusirmu saat kamu tertidur di bangku miliku tanpa sengaja tempo lalu.

Padahal aku sudah menyukaimu jauh sebelum itu, Jeongin.

Aku suka kamu. Kamu dengan segala tingkah nakal dan kekanakanmu. Kamu dengan keluguanmu. Kamu dengan perangaimu yang jahil dan sulit diatur. Kamu dengan canda tawamu. Kamu dengan pola berfikirmu yang hanya kamu dan tuhan saja yang sanggup mamahaminya. Semuanya. Aku suka semuanya. Aku sayang. Aku cinta.

"Hyunjin.... Aku mandinya sudah..."

Aku hanya berdehem singkat sebagai jawaban sambil tetap fokus pada tugas sekolah dalam laptop di hadapanku, karena aku sedang tidak sanggup melihat kamu sekarang. Aku takut kehilangan kendali jika berani sekali saja melirik kerutan lucu diwajahmu yang kedinginan setelah mandi- dengan rambut basah dan kaos kebesaran milikku itu. Aku tidak mau menyakitimu.

Karena kamu milikku yang berharga.

"Kamu nggak mandi?" Tegurmu sekali lagi.

Kakimu yang mungil membawamu mendekat ke arahku. Aku meneguk ludah, masih menahan diri untuk tidak kalah dan menghujami wajahmu yang manis dengan ciumanku saat ini juga.

"Hyunjin kok diam? Kamu wajahnya merah... Kamu sakit?"

Jangan sayang. Jangan sentuh wajahku, aku baik-baik saja. Kamu yang membuatku menggila.

"Hyunjin?"

Aku harus berterimakasih kepada siapa sebenarnya? Kepada Ayahku yang mendadak punya urusan di luar kota-kah? atau kepada ibuku yang menyuruh kita belajar di dalam kamar, sementara dia pergi menyusul ayah karena ponselnya ketinggalan? Karena kalau mereka tidak begitu mungkin kita tidak akan memiliki jarak sedekat ini, Jeongin.

"Apa, yang? Tugasnya belum selesai ini..."

Padahal aku hanya mengetik sembarangan sejak tadi. Konsentrasiku telah lama hilang sejak kamu dan suara lembut nyanyianmu terdengar bersahutan bersama guyuran shower dari balik pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

"Mandi dulu, biar aku yang lanjutkan." Jawabmu hati-hati. Kamu sering bilang bahwa kamu takut jika melihat datar air mukaku. Maafkan aku, sayangku. Aku sengaja seperti ini agar tidak salah tingkah di hadapanmu.

JANGAN BANDELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang