Jeongin dan Putus

10K 1.1K 317
                                    

"Ayah, habis ini adek boleh jalan-jalan ke luar, nggak?" Tanya Jeongin sambil membiarkan sang ayah menempelkan tato hadiah ciki-cikian ke sekujur tangannya.

"Sama Han?"

"Bukan..."

"Emang ada yang mau jalan-jalan sama kamu selain Han?"

"Ih ada, ya..."

"Siapa?"

"Hyunjin..."

"Hyunjin siapa?"

"Pacarnya adek.." Jawab anak itu takut-takut

Yoongi mendelik, "Adek punya pacar? adek kan nggak boleh pacaran?!"

Yang ditanya terdiam, mengerjap-ngerjap, lalu menganggukan kepalanya lucu, "Adek sudah punya pacar... sudah mau setahun..."

Pria itu bangkit dan menggebrak meja, "Kok nggak pernah cerita ke ayah?!"

"Memang kalau cerita di bolehin?"

"Ya, enggak lah!"

"Bunda aja bolehin, kok!"

"Kamu anak bunda apa anak ayah?!"

"Dua duanya, kan."

"Oh iya lupa." Bapak-bapak tersebut terkekeh sendiri menyadari kebodohanya, "Tetep aja nggak boleh, dek! adek nggak boleh pacaran. titik. putusin aja pacarnya."

"Kenapa, sih... kok nggak boleh..." Rengek Jeongin sambil merunduk dan memainkan jari-jarinya sedih.

Yoongi langsung luluh dengan ekspresi itu. Melihat putranya sedih membuat amarahnya menyurut seketika, ia kemudian beranjak menghampiri anak bungsunya lagi dan mengelus-elus rambutnya sayang, "Nanti ayah kesepian kalau adek pacaran... Kakakmu aja sekarang sibuk terus sama pacarnya yang kaya tambal ban itu... Ayah nggak punya teman lagi dirumah..."

"Kan, ada bunda..."

"Bunda nggak bloon kaya adek... Nggak asik." Jawabnya sambil menatap Jeongin dengan wajah memelas, seakan tidak rela putra kesayangannya tumbuh semakin besar dan dimiliki orang lain.

Tapi sebenarnya, alasan Yoongi melarang Jeongin pacaran bukan hanya itu saja,

"Ayah juga masih sedih sekali kalau ingat adek nangis gara-gara anak kampang yang dulu itu. Adek nggak usah pacar-pacaran lagi, ya? Ayah nggak mau anak ayah patah hati lagi."

Mendengar ayah-nya bicara seperti tadi membuat Jeongin semakin tidak kuasa menahan kesedihannya, anak itu beringsut memeluk Yoongi rapat-rapat, bingung harus menjawab apa,

"Tapi adek sayang Hyunjin, yah..." Bisiknya sendu. Yoongi mengecup kening Jeongin gemas, sisi protektif-nya semakin meluap karena merasa anak-nya masih jauh dari kata dewasa. Meski nakal dan sulit diatur, dimata Yoongi, Jeongin masih anak kecil yang polos dan belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Ia tidak mau anaknya terluka.

Apalagi setelah dulu pancaran jenaka dari bola mata Jeongin mendadak redup saat hatinya dipatahkan oleh mantan pacarnya dua tahun yang lalu.

"Adek ayah suntik formalin aja, ya.. biar nggak makin gede."

"Ayah kalau ngomong jangan sembarangan, dong... Ayah aja sini bunda suntik mati." Sahut Jihyo yang tidak segaja mendengar percakapan suami dan anaknya saat hendak menuju pintu depan, "Itu bel pintu dari tadi bunyi kenapa kalian diam aja?" Omelnya kemudian.

Baik Jeongin maupun ayahnya benar-benar tidak sadar bel pintu itu berbunyi saking serunya obrolan mereka tadi.

"Eh... Ada nak Hyunjin... Masuk, nak. Jeongin-nya ada didalam." Suara Jihyo kembali terdengar, kali ini disahuti oleh suara Hyunjin yang berucap terimakasih karena telah di bukakan pintu, "Mau malam mingguan, ya?"

"Iya tante."

"Kalau boleh, tante mau nitip Jeongin menginap dirumah kamu lagi... Soalnya besok subuh tante sama ayahnya Jeongin mau ke Indramayu ada kondangan." Lanjut wanita itu sembari membawa Hyunjin melangkah masuk menemui anggota keluarganya yang lain.

Didalam sana, Hyunjin disuguhi pemandangan Jeongin yang sedang nyaman didalam pelukan ayahnya bersama ceceran mainan monopoli disekeliling mereka.

"Sore, om..."

Tegur pemuda itu canggung, ngeri sendiri melihat ayah-nya Jeongin yang sedang dipenuhi tato kartun warna warni sedang memberi tatapan permusuhan kepadanya. Yoongi bahkan tidak menjawab sapaan tersebut sampai Jihyo melotot dan berucap, "Jangan bandel!" tanpa suara.

"Iya, sore. Kamu Hyunjin?"

"Iya, saya Hyunjin, om. pacarnya Jeongin..."

"Cieeee...." Canda pria itu tiba-tiba, "Bentar lagi galau diputusin..."

"Hah?"

"Dek, ngomong dek.."

Jeongin menatap Hyunjin setelah itu, tubuhnya juga di penuhi tato kartun warna-warni, namun wajahnya terlihat sedih, Hyunjin jadi salah tingkah karena berfikir ia sedang melakukan kesalahan. Dan apa itu tadi? Putus?

"Hyunjin mau selingkuh, nggak?"

Hyunjin berkedip.

Kemudian berkedip lagi.

"Selingkuh?" Tanya-nya linglung.

"Kalau nanti kamu mau selingkuh mending sekarang putus aja..."

Pemuda itu berdehem sebentar sambil membenarkan posisi kacamatanya, meski tidak telalu jelas, sepertinya ia paham arah tujuan perkataan Jeongin barusan.

"Om, tante.. saya boleh bicara empat mata sama Jeongin?"

"Boleh. tapi om ikut—

Jihyo melotot lagi,

—Hehe iya, iya boleh."

Kemudian, setelah Jeongin menceritakan buah pembicaraan dia dan ayahnya sebelum Hyunjin datang, Hyunjin tidak kuasa lagi menahan senyumannya. Tangan lelaki tersebut terulur menyentuh pipi Jeongin dan memberinya sedikit kecupan,

"Buat aku selingkuh? Memangnya apa lagi yang mau aku cari, sayang? Kamu sudah punya semua. Kamu saja cukup."

Jeongin menghambur ke pelukan kekasihnya sedetik kemudian. Menangis tersedu-sedu dan meminta maaf karena bersikap seperti anak kecil.

Dipenghujung hari, Yoongi akhirnya mengalah dan memberi restu kepada dua sejoli itu, karena pertama; Istrinya marah-marah mendengar suaminya tersebut terlalu ikut campur urusan anak muda. Kedua, ia kagum juga dengan Hyunjin dan memiliki firasat bahwa anak ini adalah anak baik-baik yang akan selalu menyayangi putraya. Lalu terakhir,

"Janji dulu sama om, jangan macam-macam sama Jeongin sebelum kalian menikah."

























kenapa kaya atta halilintar gblk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kenapa kaya atta halilintar gblk

JANGAN BANDELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang