Jeongin dan Cemburunya Hyunjin

10.8K 1.4K 200
                                    

Menjadi pacar Yang Jeongin nyatanya tidak selamannya adem ayem. Anak itu— sungguh, adaaaaa saja tingkahnya. Kepribadiannya yang menyenangkan terkadang menjadi tidak menyenangkan di mata Hyunjin jika sifat nempel-nempelnya mulai kumat.

Awalnya Hyunjin mencoba memaklumi, ya... namanya juga kesayangan semua orang. Tidak ada yang tidak mau dekat-dekat dengan Jeongin dan menjadi temannya.

Tapi terkadang Hyunjin keberatan juga. Mana ada orang yang rela kalau pacarnya— kesayangannya, dipeluk-peluk, ditempeli, di uyel-uyel dan dialihkan perhatiannya dari dirinya.

Seperti sekarang contohnya.

Lihat itu, maksudnya apa tiduran di paha Jisung seperti itu; sambil tertawa-tawa dan meluk-meluk perutnya.   

Hyunjin maklum kalau mereka bersahabat. Tapi haruskah persahabatan diumbar terang-terangan dengan mesra layaknya sepasang kekasih? sebenarnya pacar Jeongin itu siapa?

"Jeongin." Pemuda itu akhirnya menegur karena tidak mampu lagi menahan cemburu saat Jisung mulai mengelus-elus rambut kekasihnya.

Yang di tegur melengok saat itu juga. "Sayang!" Sapanya girang.

Jeongin melompat dan menghambur ke pelukan Hyunjin sedetik kemudian, "Tutornya sudah?" Pemuda itu mendongak, memperhatikan cengiran khas-nya dengan mata berbinar-binar.

Hyunjin mengangguk, hampir lupa kalau belakangan ini ia jadi sering mengabaikan Jeongin karena punya kewajiban memberi tutor pada salah seorang anak tertinggal di kelasnya. "Sudah. Kamu sudah makan?" Se-cemburu apapun, Hyunjin tetap menahan diri untuk tidak memarahi kekasih kecilnya ini di depan umum.

"Belum... Nungguin kamu..." Jawab Jeongin jujur. masih belum sadar kalau Hyunjin memang ingin mengajaknya makan agar diberi waktu berdua saja—

"Yuk, makan."

Jeongin mengangguk semangat, lalu berpamitan pada Jisung (dan mencium pipinya) sebentar, baru kemududian kembali lari kepada Hyunjin untuk segera melangkah ke kantin; Memesan dua porsi ketoprak dan es teh manis, lalu membawa makanan itu ke sisi paling pojok di ruangan kantin yang lumayan sepi— karena jam istirahat sudah mau berakhir.

"Makannya harus cepet nih, bentar lagi masuk." Jeongin sudah hampir menyuapkan sesendok perdana ketoprak kedalam mulutnya, namun urung karena Hyunjin mencekal, "Aku mau bicara."

Jeongin mendadak gelisah, nada bicara Hyunjin monoton sekali. Biasanya kalau sudah seperti ini, Jeongin pasti ada buat salah.

"Aku mau makan..." Jawabnya setengah bercanda. Maksud hati agar Hyunjin bisa luluh dengan kerjapan matanya yang sok polos itu.

"Aku cemburu, Jeongin. Aku serius."

Jeongin menyentuh tangan Hyunjin di atas meja, lalu menyunggingkan senyum manis, "Cemburu kenapa?" Tanyanya.

"Dengan sikap kamu yang nempel sana sini itu. Nggak suka aku lihatnya."

"Kamu nggak suka sama Han?"

"Bukan sama Jisung. Tapi kedekatan kalian itu, lho. Sudah tidak wajar."

"Gara-gara aku cium dia tadi, ya?"

Hyunjin mengangguk, ekspresi seriusnya masih sama. "Salah satunya itu."

"Salah duanya?"

"Salah duanya kamu tiduran di paha dia sambil peluk-peluk."

"Salah tiganya?"

"Salah tiganya kamu yang enteng banget ngerangkul-rangkul temen-temen kamu yang lain, sampai yang perempuan juga."

Jeongin mulai merasa bersalah, "Oh..." Gumamnya sambil merunduk sedih.

"Nggak mau dengar salah empatnya sekalian? salah lima, salah enam, salah tuj—

"Banyak banget.... salahnya...." Rengek pemuda itu. Bibirnya merengut lucu, Hyunjin hampir saja luluh kalau tidak ingat dia memang harus mendidik Jeongin tentang ini.

"Kalau aku yang seperti itu kamu cemburu, nggak?" Nada bicaranya mulai lembut, membuat Jeongin mulai berani mendongak.

"Cemburu..."

"Ya sudah jangan seperti itu lagi, ya? berubah ya?" Hyunjin tersenyum simpul, mengelus pipi Jeongin lembut karena kekasihnya itu terlihat seperti ingin menangis. "Aku suka sebel kalau kamu deket-deket, ndusel-ndusel sama orang lain. Suka cemburu aku."

"Ya kalau suka gas-in aja."

"Nggak lucu."

Lagi-lagi Jeongin menunduk, "Maafin aku, ya... Sekarang aku jadi tahu harus gimana."

"Iya, sayang... Aku begini karena aku sayang kamu. Aku nggak mau mendam cemburu dan malah nyuekin kamu tanpa kamu tahu salah kamu apa."

"Aku janji nggak nempel-nempel lagi."
Hyunjin tersenyum lagi, "Lagian kalau Minho lihat dia pasti juga cemburu, tau. Jisung kan juga punya pacar."

"Bisa gitu, ya?"

"Ya bisa... Sekarang aku mau tanya, kalau aku sama Jisung tenggelam di laut, tapi cuma kamu yang bisa nolongin. Kamu mau duluan nolongin siapa?"

Jeongin diam berpikir. Ekspresinya terlihat kalut. Merengut sambil menunduk dalam-dalam.

Lalu setelah lama Hyunjin menunggu, pemuda itu akhirnya mendongak, menatap Hyunjin sambil meringis tertahan, "Maaf— aku nggak bisa renang...."

JANGAN BANDELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang