Chapter 5 - Indah

17 0 0
                                    

Bersamanya, aku merasa bahwa aku telah menemukan apa yang selama ini kucari. Akhirnya ku menemukan seseorang yang begitu peduli padaku, selalu ada disaat ku membutuhkan, dan sama-sama berkomitmen untuk tidak mencari yang lain karena memang hatiku dan hatinya sudah lelah dengan siklus pendekatan pada umumnya. Kami juga menyadari bahwa kami sedang dalam fase akan dewasa, maka harus belajar dewasa dalam menyikapi hubungan kami. Kami juga sepakat untuk selalu terbuka apabila memang ada yang harus dibicarakan.

Hari-hari yang kulalui bersamanya, Arian, adalah hari-hari yang sangat membuatku bahagia. Walaupun kebahagiaan kami itu begitu sederhana yaitu makan di warkop, atau tempat makan khas dekat kampus kami yaitu "chick n tea" yang murah meriah, ataupun hanya sekedar jalan-jalan sekitar kampus dan mungkin tidak seperti orang-orang yang harus di restoran dan mewah, namun kebahagiaan kami begitu bermakna. Selain itu, kebiasaan Arian sebelum kita berangkat naik motor, ia selalu mengarahkan kaca spion motor kirinya ke arah mukaku, katanya sih biar selalu bisa menatapku hehe. Namun yang terpenting, kami selalu bersama, maka dari itu kami selalu lupa untuk mengabadikan momen itu karena kami benar benar menikmati waktu kami, kami mengabadikannya di ingatan agar cukuplah kami yang tahu betapa bahagianya.

Jalan-jalan terjauh kami adalah ke Depok, tempat asal Arian. Entahlah karena waktu itu kami sedang sama-sama ada waktu luang, lalu dengan mendadak so ide kita akhirnya ingin ke Ragunan. Aneh kan? Wkwk. Namun ditengah perjalanan, karena kami rasa ke Ragunan akan menghabiskan waktu yang lama sedangkan hari besoknya aku dan Arian ada urusan organisasi, jadi kami memutuskan untuk menonton film di salah satu bioskop di Cinere Bluevelle Mall Depok. Sebenarnya itu random banget, kami tidak tahu apa yang ingin kami tonton. Akhirnya kami asal saja memilih film yang penting nonton. Sepulangnya nonton film, akhirnya kita berdua mampir dulu ke McD Cinere dekat mall. Disana, kami membicarakan banyak hal, termasuk bagaimana perasaan kita berasal dan tiba tiba akhirnya bisa jadi sedekat ini, dan sesayang ini.

Karena waktu telah hampir Maghrib, Arian pun menanyakan padaku apakah kita akan salat di mushola saat perjalanan atau mampir dulu ke Masjid Kubah Emas. Sisi lain yang membuat aku bersyukur bisa memiliki Arian karena ia selalu mengerti bahwa ketika waktu salat tiba, ia selalu mengingatkanku dan ia selalu mengerti bahwa aku selalu cemas jika belum melakukan salat karena memang kami sedang dalam perjalanan. Aku akhirnya memutuskan untuk mampir dulu aja. Kamipun melaksanakan ibadah maghrib terlebih dulu. Kami berpisah untuk menuju shaf masing-masing. Arian menuju ke shaf laki-laki, aku ke shaf perempuan. Setelah itu, kami pun memutuskan untuk pulang ke Bogor.

Bagiku, waktu bersamanya adalah waktu yang berharga. Bahagia, itu yang selalu aku rasakan. Obrolan kecil kami ditengah malam baik itu langsung atau saat chat dan telfon, saling berlempar humor receh, ngomongin hal dari yang penting sampai tidak penting, dan apapun itu. Tidak hanya itu, dengan hanya melihat senyum dan ketawa bahagianya, itu sudah membuatku bahagia. Dan aku tidak mau ini berakhir. Tidak.

Ketika di perjalanan pulang menuju ke Bogor, aku pun sedikit mengantuk, lalu aku bilang ke Arian kalo aku mengantuk.

M: yan aku ngantuk
A: yaudah sini tangannya mana?
M: hah tangan buat apa?
A: (memegang kedua tanganku, didekapkannya kedua tanganku ke pinggangnya) udah, kamu tidur, pegang yang erat ya
M: (dalam hatiku senyum) iyaa

Akhirnya, akupun terlelap tidur sembari tanganku didekap olehnya. Sebenarnya aku tidak tidur, hanya sedikit memejamkan mata dan lenyap sekejap karena aku takut terjatuh dari motor hahaha.

Hampir sesampainya di Bogor, akupun terbangun dari tidur ku. Arian sedikit tertawa melihat ku baru terbangun. Lalu aku bilang padanya

M: kamu ga liat aku pas tidur kan?
A: hmm liat ga yaa? Hehe
M: iih mukaku pasti jelek banget
A: gapapa mei.. Lucu.. Aku seneng liatin kamu

Dengan kondisi dimana aku baru terbangun, aku tidak terlalu menghiraukan ucapannya karena memang benar-benar baru bangun tidur dan aku lihat Arian senyam senyum melulu. Sesampainya di Bogor, akhirnya Arian pun mengantarkanku ke kosan dan seperti biasanya kita tos tangan dan saling melempar senyum.

Aku bahagia bisa jalan-jalan bareng Arian ke kota asal dia, Depok. Meski cuma sekedar nonton-McD-dan ke mesjid Kubah Emas, tapi momen di setiap perjalanan itu yang akan selalu ku ingat.

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang