Chapter 9 - Seperti Biasa

12 0 0
                                    

Tak terasa, sudah 2 bulan lebih aku berpisah dengan Arian. Aku menjalani kehidupan seperti biasa lagi, hanya saja tanpa Arian didalamnya. Yang biasanya kami selalu menanyakan kabar, sekarang tidak. Yang biasanya jikalau ada acara fakultas kami selalu bersama-sama pergi dan pulangnya, sekarang tidak. Bahkan, pada saat berpapasan pun kita seperti orang yang tidak pernah kenal. Apakah memang seperti itu ya jika kedua insan telah menjadi mantan? Namun akupun mengerti, kita sedang sama-sama menghapus luka dan alangkah lebih baiknya memang seperti itu, karena meski aku masih sayang padanya dan rasa sayangku menambah tiap harinya, namun aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama, aku tidak mau sakit hati untuk orang yang tidak menghargai perasaanku, meski orang itu adalah Arian, orang yang aku cintai.

Dari kandasnya hubunganku dengan Arian, ada banyak hikmah yang bisa aku ambil sebenarnya. Jujur, memang sedih pada awalnya, kesal, bingung, karena perpisahan kita tidak dilandaskan alasan yang jelas dari Arian, istilahnya pada saat berpisahpun, aku digantung dengan alasan yang tak jelas. Dan bodohnya aku, aku selalu bodoh dalam hal cinta. Tetap menyayanginya meski ia sudah memperlakukanku seperti itu. Tapi hubungan inilah yang membuatku sadar, bahwa ada prioritas lain yang harus kuutamakan selain masalah perasaan.
Pertama, aku menyadari bahwa aku harus lebih mencintai diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain, dan aku masih mengusahakan itu untuk sekarang.
Kedua, berakhirnya hubunganku ini membuatku sadar akan kewajiban-kewajiban ku dan tanggung jawabku. Aku menjadi orang yang lebih giat dalam menjalani hari-hariku, pola hidupku pun berubah. Dari yang biasanya aku jarang membereskan tempat tidur saat bangun tidur, sekarang aku selalu membereskannya. Dari yang biasanya aku selalu mengantuk bahkan tidur di kelas, sekarang malah tidak pernah merasakan itu lagi. Itu contoh kecilnya.

Dan terimakasih kepada Allah, aku tidak merasakan down yang terlalu lama. Jujur sebenernya aku memang sempat down, cuma ya itu hal biasa dan berakhirnya hubunganku dengan Arian malah tidak mempengaruhi aktivitasku, karena justru kenyataan berakhirnya hubunganku ini malah membuatku merasa ditampar.

Apalagi tahun besok, 2020, adalah tahun terakhirku di kampus ini. Tak terasa, sekarang angkatanku sudah menjadi angkatan tertua di kampus. Dan tahun besok adalah fase dimana aku harus sudah memulai merancang masa depanku. Mulai dari sibuk membuat proposal penelitian - kolokium - penelitian - seminar - sidang - daaan step akhir yaitu wisuda! Dan setelahnya aku akan menjadi pengangguran yang akan luntang lantung mencari pekerjaan. Karena itulah, mungkin Allah juga memisahkan ku dengan Arian karena Allah ingin aku lebih fokus terhadap kehidupanku dulu. Aku pun percaya Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Kehidupanku berjalan seperti biasanya. Kuliah, organisasi, kosan, kuliner, mengerjakan tugas, yaa kegiatan mahasiswa di kampus pada umumnya. Rasa sakit yang aku rasakan setelah aku berpisah dengannya pun mulai terobati oleh berjalannya waktu, meski butuh proses untuk itu.

Aku dan Arian tetap kontakan, meski hanya sebatas pekerjaan. Jadi, selain menjadi anggota di himpunan profesi, akupun menjadi anggota di BEM fakultasku. Nah, aku masuk ke dalam Departemen Olahraga dan menjadi sekretaris departemen sekaligus penanggungjawab cabor badminton. Saat ini, kampusku sedang mengadakan sebuah olimpiade antar fakultas. Sebagai sekretaris, tentunya aku mempunyai tugas untuk verifikasi data para kontingen dari fakultasku. Arian yang ditunjuk oleh kepala departemenku sebagai penanggungjawab kontingen untuk fakultas pun tentunya akan sering berkoordinasi denganku terkait data kontingen. Aku juga sering bertemu dia ketika cabor badminton fakultasku akan tanding karena verifikasi kontingen untuk tanding selain dilakukan oleh manager atau official, harus dilakukan juga oleh penanggung jawab kontingen.

Mau tidak mau, ingin tidak ingin, meski saat ini sedang masa recovery, aku harus tetap mempertahankan profesionalitas diatas perasaan. Aku juga sudah mulai biasa saja ketika Arian menghubungiku dengan suasana yang berbeda sekarang, hanya sebatas pekerjaan.

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang