Chapter 13 - Tak Terduga

8 0 0
                                    

Siklusnya hampir sama, atau bahkan persis sama. Mengapa?
Mengapa di saat aku benar-benar sayang pada satu orang, hubungan itu tidak pernah bertahan lama dan selalu berakhir dengan aku harus merelakannya. Tapi di saat aku sudah lelah, takut untuk memulai hal seperti itu lagi, dan memang benar-benar tidak terbesit pikiran untuk memulai kembali, selalu saja datang seseorang yang tulus peduli padaku tanpa perlu aku minta dan bahkan keberadaannya pun tidak pernah aku harapkan sebelumnya.
_____________________________

Hari Rabu menjadi hari kuliah termager yang selalu aku jalani tiap minggunya. Mengapa? Karena pada hari itu ada mata kuliah dari jurusan lain yang sangat membosankan, entah memang akunya yang susah beradaptasi. Jadi semester ini selain mengambil mata kuliah mayor yang diwajibkan di tiap jurusan, akupun mengambil mata kuliah Supporting Course atau mata kuliah penunjang sks, karena syarat untuk lulus yaitu harus menyelesaikan mata kuliah sebanyak 144 sks. Supporting Course sendiri diambil dari mata kuliah jurusan lain, tidak dari jurusanku. Akhirnya ku memutuskan untuk mengambil mata kuliah yang ada di jurusan komunikasi masyarakat, yaitu mata kuliah Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam. Pada awalnya, aku sangat mengerti dan memahami materi mata kuliah ini. Namun semakin kesini, semakin chaos saja materinya apalagi mata kuliah ini ada kelas praktikumnya. Yang membuatku mager sebenarnya karena kelas praktikumnya yang dijadwalkan pada jam 3 sore dan bahkan terkadang selesai sebelum maghrib pas, yang seharusnya aku sudah pulang ke kosan.

Teman-teman sejurusanku yang mengambil mata kuliah ini hanya ber-5, termasuk aku yaitu Anisa, Dhia, Ilsyad, dan Andri. Baik pada saat masuk kelas maupun keluar kelas, kami selalu berbarengan dan tidak terpisahkan, mungkin karena kami mahasiswa SC yang menjadi minoritas di kelas jurusan orang lain wkw.

Pada saat pembagian kelompok kerja untuk kelas praktikum, kami ber-5 menjadi terpecah ke beberapa kelompok karena asisten praktikum yang menginginkan mahasiswa SC untuk berbaur dengan mahasiswa mayor mata kuliah itu. Alhasil aku berpisah dengan Anisa, Ilsyad, dan Dhia, sedangkan aku sekelompok dengan Andri. Akhirnya aku mendapat teman kelompok yang not so bad lah yaa. Apalagi ada salah seorang anak mayor bernama Rasya yang jago dan aktif berbicara karena aku melihatnya aktif pada saat kelas kuliah. Jadi, aku sekelompok dengan Andri dan 4 orang mahasiswa mayor jurusan komunikasi, yaitu Rasya, Zurya, Shifa, dan Safa.

Agak sedikit awkward memang pada saat awal terbentuknya kelompok, karena aku tidak mengenal semua teman kelompokku kecuali Andri. Namun pada akhirnya, baik aku maupun Andri bisa mengenal ke-4 orang anak mayor di kelompok kami.

Setiap minggu, kelas praktikum pasti aja selalu ada tugas dan harus presentasi. Tugas tersebut di share sekitar 5 jam sebelum kelas praktikum dimulai agar bisa segera dikerjakan dan pada saat dikelas bisa langsung didiskusikan dan dipresentasikan. Kelompokku selalu membagi-bagi tugas sebelum kelas praktikum sehingga pada saat kelas, kami hanya tinggal menyatukannya di powerpoint untuk dipresentasikan. Oiya sebelum itu, Rasya membuat grup baru di Line untuk kelompok, agar koordinasi untuk tugas jelas.

Awal mula beradaptasi dengan anak jurusan lain sebenarnya agak susah, terlebih aku sendiri merupakan seorang introvert, meski tidak terlalu introvert juga. Aku tidak bisa terbuka lebih dulu ke orang lain, tapi ketika orang lain terbuka lebih dulu padaku, maka dengan ramah aku akan menerimanya. Kalau dilihat-lihat, karakter dari tiap teman kelompokku memang sangat berbeda. Mulai dari Rasya, ia memiliki skill berbicara yang bagus dan sepertinya memang public speakingnya good. Dia memiliki sifat merangkul, dia juga yang merangkulku dan Andri agar di kelompok kami merasa nyaman. Dia juga seorang debater, sering mengikuti perlombaan di luar kota. Lalu Zurya, orangnya kalem, baik juga. First impressionku awalnya dia itu cuek dan judes, tapi tidak setelah ku mengenal lama. Lalu ada Shifa, sifat dan karakter yang ia miliki tidak beda jauh dari Rasya. Ia baik dan pintar, yang paling sering memberikan gagasan idealis di kelompok kami setelah Rasya. Lalu yang terakhir itu Safa, ia terlihat sedikit ambisius karena ia yang selalu langsung membagi-bagikan soal yang telah dikasih yang nantinya harus dikerjakan.

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang