Berulang kali Jimin memasukkan bola basket kedalam ring, namun tak sekalipun bola tersebut berhasil masuk.
Tak ingin menyerah. Jimin kembali memasukan bola berwarna orange tersebut tapi tetap saja gagal dan sontak membuat remaja itu kesal.
Dengan emosi tertahan Jimin membuang bola tersebut sembarang arah. Ia mengusap kasar wajahnya, terlihat frustasi dengan dirinya sendiri.
Hingga sebuah suara pantulan dari bola basket menyadarkannya. Sang pelaku yang sedang memainkan bola basket tersebut berlari kecil kearah tiang ring dan hanya perlu sekali tembakan bola tersebut sudah berhasil masuk.
"Mau bertanding?" Tawar orang tersebut yang tidak lain adalah Taehyung.
Jimin membuang muka kearah lain. Terlihat enggan dengan Taehyung dan tanpa menyahut ucapan Taehyung dengan tak acuh Jimin mulai beranjak meninggalkan sang sahabat.
"Heyy Park Jimini."
Jimin mendengus kecil dan tetap tidak memedulikan Taehyung. Taehyung menghela napas lalu berlari kecil dan sontak menahan tangan sang sahabat.
Mau tidak mau Jimin harus menghentikan langkahnya dan menatap Taehyung dengan tatapan datar.
"Shireo." Dingin Jimin.
"Arraseo."
"Kalau begitu lepaskan tanganku. Kita terlihat seperti kekasih yang sedang bertengkar, kau tahu?"
Taehyung sontak melepaskan tangannya dan membuat Jimin kembali melangkah tapi dengan cepat Taehyung memegang bahu sang sahabat.
"Ayo kita bicara Jim."
"Kita tidak punya pembahasan apapun."
"Aku bodoh jika setuju dengan mu."
"Cih!"
Jimin memutar malas bola matanya. Sekarang ini bukanlah waktu yang tepat untuk mereka berbicara berdua.
"Ada apa denganmu Jim? Apa kau ada masalah, sikap mu benar-benar aneh."
Jimin mendengus lalu menyentak kan tangan Taehyung dari bahunya.
"Memangnya sejak kapan kau peduli padaku?" Tanya Jimin seraya menatap Taehyung dengan tatapan kecewa "Untuk apa juga kau bertanya, apa aku punya masalah atau tidak. Bukankah sebelumnya kau tidak peduli akan hal tersebut? Wae? Kau lucu sekali Tae."
Taehyung terdiam mengingat kesalahannya "Mianhae." Lirihnya.
"Sudahlah. Lupakan. Apapun yang terjadi padaku, kau tidak berhak tahu." Sahut Jimin lalu melenggang pergi.
"Jimin-ah," Panggil Taehyung seraya menahan tangan sang sahabat, masa bodoh jika Jimin akan protes lagi yang terpenting mereka harus bicara sekarang juga.
"Jebal. Jangan seperti ini. Apa kau marah padaku? Geundae, Wae?"
Jimin menghela napas lalu melepaskan tangan Taehyung, ia tatap Taehyung dengan tatapan yang lebih bersahabat.
"Sepuluh tahun yang lalu, saat di Rumah sakit. Siapa anak yang datang bersamaan denganmu? Apa dia Jeon Jungkook?"
"Ah.. Wae? Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang itu."
"Marhaebwa,"
"Eoh.. Dia Jungkook."
Jimin mengangguk membuat Taehyung semakin kebingungan.
"Saat pertama kali kita berkenalan, kau terlihat sangat sedih. Apa itu karena Jeon Jungkook?"
Pertanyaan Jimin sontak membuat Taehyung terdiam. Pemuda itu lalu menundukkan kepalanya seraya menggigit bibir bawahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐇𝐈𝐒 𝐈𝐒 𝐌𝐘 𝐅𝐀𝐌𝐈𝐋𝐘 (ⒷⓉⓈ) ✅
Fiksi PenggemarBrothership. Family. Friendship. " Keluarga itu bukan hanya mereka yang terlahir dari rahim yang sama dengan kita. keluarga itu adalah tempat kita untuk pulang. mereka yang mengaku sahabat kita, bukankah sama dengan keluarga kita? tentu ... tapi...