1 | Begin

222 32 13
                                    

Hari pertamaku di Big Hit telah usai.

Aku bangkit dari kursi kerjaku setelah seharian menyelesaikan dan mempelajari apa saja yang harus ku kerjakan selama di sini beberapa bulan ke depan.

Aku melirik ke arah jendela di sampingku. Kulihat senja mulai menampakkan dirinya, pertanda hari mulai gelap.

Semua staf juga sudah pulang. Mereka bilang hari ini tidak begitu banyak pekerjaan seperti biasanya. Jadi, jam kerja tidak melebihi porsinya.

Segera kukemas barang-barangku lalu memasukkannya ke dalam tas dan berjalan keluar meninggalkan ruanganku. Lebih tepatnya ruanganku beserta staf-staf lain.

Sepanjang berjalan keluar menyusuri koridor, ku amati deretan ruangan di sini. Sepertinya aku akan betah selama di sini.

Semua staf di sini begitu ramah dan menyambutku dengan baik. Mereka membimbingku dengan sabar.

Kuharap aku tidak akan melakukan kesalahan yang membuat mereka kecewa.

Bagaimana dengan PD-nim? aku tidak melihatnya di hari pertamaku ini.

Saat aku ke ruangannya bersama Hwamin beserta satu staf yang mendampingiku untuk memperkenalkan diri, PD-nim tidak ada di ruangannya.

Jadi aku belum tahu bagaimana kesan pertama seorang PD-nim kebanggaan Big Hit ini.

Tapi benakku berkata bahwa pasti dia orang yang baik dan sangat ramah.

dan BTS sendiri... aku belum bertemu mereka. Aku kurang beruntung hari ini.

___

Hari ini tidak begitu melelahkan. Jadi ku putuskan untuk berkunjung ke kafe Jonghoon sebelum pulang ke rumah.

Yah walaupun disana ku pastikan aku tidak akan menemukannya, tapi kupikir kunjunganku ini akan sedikit mengobati rasa rinduku padanya.

Sudah satu tahun belakangan kami jarang bertemu. Sangat jarang.

Ia sibuk dengan kegiatan karirnya di Jepang. Walau seringkali ia pulang.

Sesekali kami berkomunikasi lewat telepon. Mulai dari chatting hingga video call. Benar-benar tipikal Long Distance Relationship.

___

Kafe milik Jonghoon sangat dekat dengan gedung Big Hit. Jadi, kemungkinan aku akan sering mengunjungi kafenya.

Setelah beberapa meter berjalan, kini aku tepat di depan kafenya. Senyumku seketika mengembang. Terbayang beberapa momen kami di kafe ini.

Kubuka pintu kafenya perlahan. Aku suka interior kafe ini. Nuansa klasik yang kental dipadu konsep hidden place benar-benar menyatu dengan serasi.

Dari luar terlihat sepi dan berkesan bukan sebuah kafe, lebih seperti ruang tengah sebuah rumah. Tapi saat menemukan sebuah lemari di samping kaca lonjong yang sudah terpampang saat memasuki kafe, dan membuka pintu lemarinya, barulah meja kursinya terlihat.

Sungguh ide desain tempat yang keren.

aku berjalan mendekat ke arah barista di depanku. Kutengok kanan kiri dengan seksama.

Ternyata hari ini kafenya cukup ramai. Pantas saja barista itu terlihat kewalahan.

Ia membelakangiku yang tengah menopang dagu dengan tangan kananku yang bertumpu di meja bar nya. Ia fokus meracik kopi pesanan pelanggan.

Sembari menunggunya membalikkan badan, ku amati sekeliling. Dekorasinya sedikit berubah. Kulihat ada beberapa pajangan baru di salah satu sudut juga cangkir yang digunakan pelanggan berbeda dari biasanya.

It Called FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang