9 | Heartbeat

80 9 0
                                    

Aku merasa bersalah pada Taehyung akibat kejadian semalam.

Aku berlari kembali ke hotel meninggalkannya begitu saja. Aku tidak kuat lagi menahan rasa tangis yang terus mendesak untuk keluar. Aku tidak mau Taehyung melihatku yang begitu menyedihkan. Karena itu aku terus berlari walau ia terus memanggilku.

Semalam seperti scene pahit dalam drama-drama.

Sialnya aku adalah pihak yang menyedihkan.

Hatiku masih terasa dicabik-cabik jika teringat Jonghoon.

Bukan karena aku membencinya, hanya aku masih tidak menyangka jika orang yang selama ini terlihat begitu tulus mencintaiku bisa melukai sesakit ini.

Caranya mengakhiri hubungan kami yang melukaiku.

Harusnya lama tak bertemu pelukan dan kata rindulah yang menjadi pembuka pertemuan kami.

Aku bahkan belum sempat bercerita banyak hal yang ku lewati selama ini selama kami terpisah jarak, waktu, dan keadaan.

Apa yang sebenarnya membuat Jonghoon mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan kami, aku sungguh tidak habis pikir.

Bagaimanapun rumitnya urusan pribadiku, tidak seharusnya Taehyung terlibat entah secara langsung ataupun tidak.

Aku takut tindakannya semalam membuat Jonghoon berspekulasi yang tidak-tidak tentang aku dengannya.

Tapi kejadian semalam tidak pernah terpikirkan olehku.

_____

Suasana backstage sibuk sekali. Konser baru saja dimulai 30 menit yang lalu. Semua staf sibuk menyelesaikan tugasnya masing-masing, sedang aku berdiri cemas memantau pertunjukan mereka di layar.

Sejak tadi ku perhatikan Taehyung terlihat murung, mungkin karena kondisi kesehatannya yang menurun. Wajahnya menampakkan dengan jelas sekali jika stamina tubuhnya kurang fit. Seharusnya ia perlu istirahat lebih tapi jadwal tour konser masih berlangsung.

Kejadian semalam dan melihat kondisinya sekarang membuatku sangat cemas. Aku jadi khawatir dan membayangkan kemungkinan yang tidak-tidak, dan benar, apa yang aku khawatirkan benar terjadi. Suara Taehyung tidak keluar di bait tengah lagu yang sedang mereka nyanyikan sekarang.

Hatiku benar-benar pilu melihat Taehyung seperti ini.

Hingga layar pemantau menunjukkan pertunjukan lagu tersebut selesai, semua member turun ke backstage dan aku segera menghampiri mereka. Menghampiri Taehyung tepatnya.

"T-Taehyung-ssi.." ucapanku terhenti begitu kulihat Taehyung tiba-tiba mulai menitikkan air mata dan menangis tersedu-sedu.

Para member berusaha menenangkan Taehyung, menghiburnya dengan tingkah-tingkah konyol dan kata penenang mereka tapi tetap saja tidak berhasil.

Sepertinya Taehyung begitu merasa kecewa karena tidak dapat menampilkan performa terbaiknya.

Dadaku ikut bergejolak menahan perasaan pilu melihatnya seperti ini. Tapi aku tidak bisa apa-apa selain menatapnya dalam diam.
Kamera channel video mereka sedang merekam mereka. Tidak mungkin bagiku untuk mendekat ke Taehyung.
Jadi ku putuskan untuk mundur, mungkin nanti saat ia sendiri aku akan menghampirinya kembali.

_____

Saat aku sedang berjalan seorang diri hendak menuju ke mobil, tiba-tiba satu suara panggilan menyebut namaku, membuatku lantas berhenti dan membalikkan diri menoleh ke sumber suara.

Ternyata manajer Sejin.

Ia berjalan cepat menghampiriku dan menyerahkan bingkisan makanan. "Seoyoo-ssi, bisa aku minta tolong bawakan makanan ini untuk Taehyung? katakan padanya untuk segera beristirahat. Aku harus segera kembali mengurus hal lain."

It Called FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang