12 | Still You

70 4 0
                                    

Semalam aku bermimpi, entah itu bisa ku katakan sebagai mimpi indah atau mimpi buruk. Begitu abu-abu.

Jika diingat, ini ketiga kalinya aku bermimpi tentang Jonghoon. Aku tidak tahu mimpi-mimpi itu muncul karena kami yang lama tidak bertemu dan aku yang begitu merindukannya atau karena mimpi itu memberi pesan tersirat.

dalam dua mimpi pertama aku terlihat begitu berusaha untuk bertemu Jonghoon, tapi tidak membuahkan hasil. Hingga di mimpi ketiga inilah kami akhirnya bertemu.

Aku sungguh tidak dapat menemukan kalimat apapun begitu dihadapannya. Aku hanya terdiam haru melihatnya di hadapanku. Dadaku seketika sesak seakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar namun hanya tertahan di tenggorokan. Berada di hadapannya adalah momen yang benar-benar kutunggu selama ini.

Banyak sekali yang ingin ku sampaikan padanya hingga aku selalu bertanya-tanya kapan aku akan bertemu dengannya, lagi. Semenjak hari dimana ia mengakhiri hubungan kami aku tidak lagi pernah melihatnya baik disengaja atau tidak. Dia semakin sulit untuk ditemui. Tidak lagi selalu ada di cafe nya. Ya, aku tahu. Itu karena kesibukannya yang sekarang berbeda.

Hatiku benar-benar terasa diaduk. Semua rasa menyatu menimbulkan sesak di dada. Dari semua kata yang ingin kusampaikan padanya entah kenapa yang keluar dari bibirku hanyalah ucapan "aku mencintaimu" yang kubisikkan lembut di telinga kanannya dengan menahan isakan tertahan di tenggorokanku.

Rasanya begitu lega, terlebih saat ia membalas bisikan cinta itu dengan senyumannya. Senyuman yang menjadi favoritku. Senyum yang lama tidak kulihat secara langsung.

Aku sedikit merasa tersentak dan kembali mendapatkan kesadaranku yang beberapa detik lalu seakan menghilang begitu saja.

Tidakkah begitu memalukan untuk mengatakan kalimat itu di hadapannya setelah apa yang terjadi sebelumnya?!

Tapi aku memang merasa begitu lega setelah mengucap kata itu. Kata singkat yang "tidak" atau mungkin "hampir tidak" pernah aku ucapkan padanya sejak hari pertama kami.

Walaupun mungkin ini akan dianggap sebagai hal yang memalukan tapi aku merasa lega telah menyampaikan isi hatiku selama ini padanya.

Aku tidak peduli dia hanya diam atau membalas pernyataanku. Aku tidak lagi peduli dengan isi hatinya yang mungkin masih mencintaiku atau tidak. Aku hanya ingin menyampaikan semuanya saat ini saat aku berhadapan dengannya.

Responnya?

Senyum tipis yang setidaknya tidak terkesan dipaksakan. Ia tidak mengatakan apapun setelah itu.

Walau hanya itu aku sungguh tidak apa-apa. Itu membuatku setidaknya merasa lega dari pada ia tidak memberikan tanggapan sama sekali lewat mimik wajahnya sekalipun.

Tapi rasa lega tersebut seketika runtuh dengan hal yang tak kuduga. Bagaimana detik selanjutnya ia meninggalkanku, pandangannya teralih dan senyumnya begitu mengembang hingga menampakkan deretan giginya.

Aku menengok seketika ke belakang, melihat apa yang ia lihat yang membuatnya tersenyum lebar.

Wanita cantik yang dibalut gaun panjang indah. Wanita itu begitu cantik menawan dengan senyuman dan tatapan menggodanya pada Jonghoon dengan gaun cantiknya yang melambai-lambai anggun diterpa sepoi angin.

Begitu saja mimpi itu hingga akhirnya aku terbangun.

Sungguh mimpi yang aneh. Kurasa mimpi itu muncul karena rasa kekhawatiranku. Iya, mungkin.

Tapi mengingat bagaimana aku membisikkan kalimat tulus yang keluar begitu saja dari bibirku itu membuatku menangis, menumpahkan semua rasa sesak yang timbul sepanjang aku bermimpi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It Called FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang