3 | Promise

150 20 1
                                    

Beberapa hari berlalu. Musim telah berganti. Salju pertama yang ku nantikan telah menampakkan keberadaannya.

Terlihat dari kaca jendela, butir-butir salju menyentuh tanah.

Namun, tidak dengan dia. Dia yang masih tidak bersamaku hingga salju pertama menyapa.

Harapanku menyambut salju pertama dengannya gugur sudah. Gugur mengikuti guguran daun maple yang tertiup angin hingga musim gugur berakhir.

Jangankan ada di sini, membalas pesanku pun tidak. Pesan yang sudah lama kukirim waktu itu.

Aku memang tidak mengiriminya pesan spam ataupun meneleponnya berkali-kali. Kupikir biarkan saja entah ia menghubungiku balik atau tidak.

Aku tidak mau membuatnya risih dengan kegelisahanku. Aku juga tidak ingin menjadi pasangan yang terkesan over protective.

Tapi di lain sisi aku merasa lelah dengan semua ini. Perasaan diabaikan, menanti dalam ketidakpastian, merindu seseorang yang mungkin kini tidak merinduku balik.

Iya.

Hal itu bisa saja memang terjadi, kan?

Belum lagi soal rumor itu yang makin membebani pikiranku. Tidak aneh jika itu membuatku jadi berpikir yang tidak-tidak saat ini.

Aku begitu percaya pada Jonghoon. Pada awalnya aku tidak begitu ambil pusing soal rumor itu. Lagipula masih rumor, belum ada konfirmasi dari pihak yang terkait. Walau diawal, rumor itu sempat mengejutkanku.

Namun, mengingat ia yang hingga saat ini masih mengabaikanku juga tak kunjung menghubungiku, aku jadi merasa was-was dengan kebenaran rumor itu.

Hari-hariku belakangan ini hanya kuhabiskan dengan kegiatan magangku di Big Hit lalu berdiam diri melamun di rumah.

Kesibukanku di Big Hit tidak membuatku berhenti sejenak memikirkan hal itu. Aku benar-benar kehilangan semangat hidupku.

Hal yang seharusnya terasa begitu menyenangkan karena aku bisa bertemu dengan Bangtan hampir setiap hari terasa biasa saja akhir-akhir ini.

Aku jadi kehilangan antusias, semangat, juga senyuman walau dihadapkan dengan segala hal yang kusukai. Kupikir aku benar-benar sedang mengalami depresi ringan.

__

Bicara soal Bangtan, mereka telah memulai comeback stage-nya. Beberapa hari ini jadwal mereka benar-benar padat.

Sepulang dari Amerika langsung disibukkan dengan kegiatan comeback stage. Aku jadi tidak sempat menepati janjiku untuk mentraktir Taehyung.

Padahal setiap bertemu dengannya ia selalu menagih janjiku. Tapi ia sendiri yang membuatnya tidak kunjung kutepati.

Berhubung tadi saat berpapasan dengan manajer Sejin sempat ku tanyakan padanya apakah hari ini mereka masih ada jadwal dan manajer Sejin mengatakan tidak, aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk menepati janjiku pada Taehyung.

Kurasa hari ini benar-benar hari yang tepat untuk itu karena hari ini juga tepat hari ulang tahunku.

10 November. Hari yang ternyata pada tahun ini menjadi hari dimana salju pertama menghujani kota Seoul.

Setidaknya kenyataan itulah yang sedikit membuatku merasa lebih baik disaat-saat terpurukku.

Kenyataan yang terasa menyenangkan sekaligus begitu miris. Menyenangkan karena salju pertama hadir tepat di hari ulang tahunku, dan miris karena di hari yang menyenangkan itu Jonghoon tidak ada di sini bersamaku.

Itu benar-benar membuat bulir air mata menetes di sela-sela tawa pedihku.

Sudahlah. Kurasa aku harus berhenti memikirkan hal itu hari ini. Ya, setidaknya hari ini. Aku tidak mau hal itu membuat hariku kali ini terasa biasa saja seperti hari-hari kemarin.

It Called FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang