Bab 1
A Sweet Start ... Or Not
Setelah penerbangan panjang yang meski nyaman, tapi melelahkan, akhirnya Lyra dan Erlan tiba di Shine World Resort yang terletak di pulau yang berada di sebelah barat Vancouver, Kanada. Selama tiga tahun, Lyra bekerja keras di Kanada untuk pembangunan resort itu, yang juga menjadi salah satu kunci keberhasilannya untuk kembali ke kantor pusat keluarganya, Grup Brawijaya.
Begitu sekretaris Lyra meninggalkan Lyra dan Erlan di villa Shine World, Erlan langsung memeluk Lyra dari belakang.
"Aku kangen kamu," Erlan berkata.
Lyra mendengus geli. Ia mengangkat tangan dan mengusap lembut kepala pria itu.
"Perasaan dari kemarin kita bareng-bareng terus, deh," balas Lyra.
"Tapi kamu nggak ngizinin aku meluk kamu kayak gini dari kemarin," keluh Erlan.
"Ya karena ada banyak orang di bandara, di pesawat. Kamu juga aneh. Masa cuma kayak gitu aja udah kangen," ucap Lyra geli.
Tak ada jawaban. Lyra menoleh, tapi saat itu juga, Erlan langsung menciumnya. Lyra menarik diri dan menatap pria itu kesal. Erlan merengut.
"Kapan kamu mau sadar, sebesar itu cintaku ke kamu, sampai aku masih bisa kangen kamu bahkan meski kamu ada di sampingku."
Lyra tertegun. Ia berdehem sembari menarik diri dari pelukan Erlan.
"Kita gimana makan siangnya? Mau masak atau ke restoran? Aku belum cek kulkas sih, tapi Milla bilang, dia udah belanja," Lyra berkata seraya menjauh dari Erlan.
Seperti biasa, Erlan tak kaget dengan reaksi Lyra dan membalas, "Terserah kamu aja. Kalau kamu capek, biar aku aja yang masak. Atau, kalau kamu mau makan di restoran juga nggak masalah."
Lyra menghentikan langkah di depan kulkas dan menatap Erlan. "Aku tanya kamu karena minta pendapatmu. Kamu capek, nggak? Mau aku yang masakin atau kalau kamu udah lapar dan nggak capek, kita ke restoran aja?"
Erlan tampak terkejut.
"Kalau kamu lupa, aku juga cinta sama kamu," sebut Lyra. "Jadi, berhenti bertingkah seolah cuma kamu yang jatuh cinta di sini."
Erlan tersenyum mendengarnya. "Maaf. Selama tiga belas tahun aku terbiasa sama itu, soalnya."
Lyra mengernyit. Namun, ia tak mengatakan apa pun. Toh, Erlan mengatakan yang sebenarnya.
Sebelum mereka menikah, hubungan mereka tak bisa dibilang baik. Selama tiga belas tahun, Lyra selalu menganggap Erlan musuh dan saingannya. Sejak mereka SMA, hingga Lyra masuk ke perusahaan. Bahkan, hingga beberapa bulan yang lalu.
Selama itu pulalah, Lyra hanya menunjukkan sikap permusuhan dan kebencian pada Erlan. Meski Erlan adalah orang yang selalu ada di sampingnya setiap kali Lyra terjatuh. Bahkan, setelah semua perjuangan pria itu untuk melindungi Lyra. Juga, ketika Lyra akhirnya menyukai pria itu.
Lyra sadar, betapa ia telah menyakiti Erlan, berapa lama ia membuat pria itu menunggu. Pikiran itu juga menyakiti Lyra. Namun, ia tak tahu bagaimana harus meminta maaf pada Erlan untuk itu. Ia tak tahu ...
Kecupan di ujung hidungnya menarik Lyra dari pikirannya. Ia terkejut mendapati Erlan sudah berdiri di hadapannya.
"Kenapa kamu malah ngelamun?" tanya pria itu. "Kita jauh-jauh ke Kanada buat bulan madu, kan?"
Lyra mendengus pelan, mengangguk.
"Gini aja, deh. Kita makan siang di restoran, habis itu kita balik dan tidur. Istirahat," putus Erlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying My Enemy (End)
RomanceAda yang pernah mengatakan, menikah adalah tentang memilih teman bertengkar seumur hidup. Hal itu sepertinya berlaku untuk Lyra. Karena akhirnya, setelah melewati sekian pertengkaran dan perdebatan, Lyra akan menikah dengan musuhnya sendiri, Erlando...