Bab 3 - How Far I Should Fall For You?

7.2K 511 27
                                    

Bab 3

How Far I Should Fall For You?

Ketika Lyra membuka pintu untuk menyiapkan makan malam petang itu, ia terkejut melihat Erlan sudah berdiri di depan pintu. Pria itu pun tampak terkejut.

"Kamu mau makan? Aku belum masak," ucap Erlan panik.

Lyra menghindari menatap Erlan ketika menjawab, "Aku aja yang masak."

Erlan tak menanggapi. Lyra akhirnya menatap pria itu lagi.

"Lyra, aku ... tentang apa yang aku omongin ke kamu tadi pagi ... di menara itu ..." Erlan mengernyit, "tolong lupain aja."

Lyra tertegun.

"Aku pasti udah gila ngomong kayak gitu tadi." Erlan mendengus pelan setelah mengatakannya, seolah menertawakan dirinya sendiri. "Aku cuma khawatir aja kamu kecapekan." Erlan tak menatap Lyra ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.

Bohong. Namun, Lyra tak sanggup untuk mengungkit itu. Terlebih, ketika Erlan kembali menatapnya dan tersenyum.

"Makan malamnya aku aja yang masak. Aku masakin pasta, ya?" tawar Erlan.

Lyra mengangguk, menerima pengakuan kalah Erlan, entah untuk yang keberapa kalinya.

"Ya udah, kamu tunggu sebentar, ya, biar aku masak dulu," ucap Erlan lagi, masih sambil tersenyum.

Ketika pria itu berbalik, Lyra memeluknya dari belakang. Erlan terkejut, tapi ia tak bertanya. Pun ketika Lyra hanya memeluknya seperti itu selama beberapa saat, tanpa mengatakan apa pun.

Begitu Lyra melepaskan pelukannya, Erlan berbalik dan menatap Lyra. Pria itu menunduk dan mengecup kening Lyra.

"Maaf, kalau aku udah nyakitin kamu. Kamu tahu, lebih dari apa pun di dunia ini, aku nggak mau nyakitin kamu," ucap Erlan tulus.

Erlan salah. Seharusnya Lyra yang meminta maaf. Namun, Lyra masih tak mengatakan apa pun dan kembali mengangguk. Lagi-lagi, ia hanya menerima pengakuan kalah Erlan.

"Aku pengen bantuin masak. Atau seenggaknya, biarin aku nemenin kamu aja. Aku nggak akan ganggu," Lyra berkata.

Erlan menelengkan kepala, tampak ragu. Lyra berjinjit dan mencium bibir Erlan singkat. Ia merasakan pipinya panas, tapi Erlan tergelak puas dan menangkup wajahnya. Pria itu mengecup kening Lyra dan berkata,

"Oke. Kalau bayarannya kayak gitu, apa pun oke."

Lyra tersenyum geli. Ketika Erlan menggandengnya, Lyra menatap tangan pria itu. Sungguh, Lyra tak ingin tangan ini melepaskan genggamannya. Karena, jika itu terjadi, Lyra ... benar-benar akan jatuh.

***

Erlan refleks ikut tersenyum ketika Lyra juga tersenyum saat mereka menonton film di ruang tamu malam itu. Seharusnya, sejak awal Erlan tidak membuat Lyra marah. Bahkan hanya dengan melihat senyum Lyra saja Erlan sudah cukup bahagia.

Ketika Lyra menoleh padanya, istrinya itu tampak heran. "Kenapa kamu nggak nonton filmnya?"

Erlan tersenyum. "Aku lebih suka lihat kamu."

Lyra menyipitkan mata. "Ada yang mau kamu omongin?"

Erlan mengangguk. "Aku cinta kamu."

Lyra mendekat pada Erlan dan membalas, "Aku juga cinta sama kamu."

Erlan merangkul Lyra dan mengecup puncak kepalanya.

"Besok kita mau ke mana?" tanya Lyra.

"Kamu pengen ke mana?" Erlan balas bertanya.

Marrying My Enemy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang