Bab 12
Hold You
Sebelum tidur tadi, Lyra dan Erlan sempat mengobrol. Bukan tentang perusahaan, tapi tentang keluarga mereka. Lyra bilang, ia merindukan saat mereka berlibur bersama di Tawangmangu. Erlan pun lantas bercerita tentang Damar dan Anna, hingga Lyra tertidur.
Erlan menatap wajah tidur Lyra dan mengusap kepalanya lembut. "Aku cinta kamu, Lyr. Tolong, jangan pergi terlalu jauh." Erlan mengecup kening Lyra lembut, sebelum memutuskan untuk tidur.
Namun, Erlan baru saja terlelap ketika merasakan gerakan di sebelahnya. Erlan membuka mata dan hatinya mencelos melihat Lyra menangis dalam tidurnya. Suaranya penuh ketakutan ketika ia memanggil nama Erlan.
"Erlan ... Erlan ..."
Erlan mendekat dan memeluk Lyra. "Aku di sini, Lyr. Itu mimpi buruk. Sshh ..." Erlan menenangkan Lyra.
Lyra tersengal ketika akhirnya terbangun. "Erlan ..." panggilnya panik.
Erlan melepas pelukannya dan mengusap wajah Lyra, menghapus air matanya. Dada Erlan terasa sakit melihat ketakutan dan kepanikan Lyra. Bahkan, rasa sakit tusukan pisau di perutnya kala itu tak berarti apa-apa dibanding sakit yang ia rasakan kini.
"Itu cuma mimpi buruk, Sayang. Aku di sini. Aku baik-baik aja." Erlan berusaha tersenyum.
Namun, Lyra kemudian menangis lega dan memeluk Erlan.
"Erlan, maafin aku. Maaf, karena aku nggak bisa jagain kamu. Maaf, karena aku udah bikin kamu terluka. Maaf ... maaf ..." tangis Lyra. Wanita ini terdengar begitu hancur. Dan itu menghancurkan Erlan.
"Kamu nggak perlu mita maaf, ini bukan salahmu," ucap Erlan.
Namun, Lyra masih terus menangis dan menyalahkan dirinya.
Astaga ... apa yang telah Erlan lakukan pada Lyra? Ia tahu trauma Lyra, tapi ia kini membuatnya lebih parah. Sungguh, Erlan takut, ia akan benar-benar kehilangan Lyra.
***
Lyra baru tersadar ia melamun lagi siang itu ketika Milla mengetuk mejanya. Lyra berdehem.
"Kenapa, Mil?" tanya Lyra.
Milla tak menjawab, tapi ia menepi. Lalu, tampaklah sosok Erlan yang berdiri di pintu ruangannya, tersenyum lebar.
"Ayo makan siang," ajak pria itu.
Lyra tersenyum dan mengangguk. Begitu Milla meninggalkan ruangannya, Lyra dan Erlan duduk di sofa ruangan Lyra.
"Kamu masak sendiri?" tanya Lyra kaget ketika melihat kotak makan yang dibawa Erlan.
Erlan mengangguk. "Aku pengen masak buat kamu."
Lyra tersenyum geli. "Kenapa? Biar aku nepatin janjiku nanti malam?"
Erlan tergelak. "Syukur deh kalau kamu tahu."
Lyra mendecih pelan.
"Nanti jangan lupa bilang ke Milla sama Ken kalau akhir pekan ini kamu nggak bisa diganggu," ucap Erlan seraya membuka kotak-kotak makanan yang dibawanya.
Lyra tersenyum geli. "Oke."
Erlan menoleh kaget. "Serius?"
Lyra mengangguk. Mereka menikmati makan siang sambil mengobrol santai.
"Besok Senin aku mulai kerja," Erlan memberitahu Lyra.
"Kamu nggak pa-pa?" tanya Lyra.
Erlan mengangguk. "Aku nggak enak karena Kak Arman sibuk bantuin aku di kantor."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying My Enemy (End)
Roman d'amourAda yang pernah mengatakan, menikah adalah tentang memilih teman bertengkar seumur hidup. Hal itu sepertinya berlaku untuk Lyra. Karena akhirnya, setelah melewati sekian pertengkaran dan perdebatan, Lyra akan menikah dengan musuhnya sendiri, Erlando...