Bab 15
Cause Your Love is My Everything
Lyra tak dapat menahan senyum melihat sosok Erlan yang berjalan ke arahnya. Lyra pun dengan langkah mantap berjalan menuju Erlan. Erlan tersenyum dan berucap tanpa suara,
"I love you."
Lyra baru akan membalas ketika seseorang menabrak bahunya, melewatinya, lalu menghampiri Erlan dan menusuk Erlan. Lalu, Lyra melihat Erlan memegangi perutnya yang mengucurkan darah. Pria itu jatuh berlutut di hadapannya.
"Erlan!" jerit Lyra seraya berlari menghampiri Erlan. Lyra menangis ketakutan melihat darah yang terus mengalir. Namun, ketika Lyra menunduk menatap tangannya, ia terkejut melihat pisau yang sudah berlumuran darah di tangannya. Lyra menggeleng. Tangannya gemetar, pisau itu jatuh.
"Lyra!" Panggilan keras Erlan itu menyentak Lyra. Ia membuka mata dan dilihatnya Erlan membungkuk di atasnya, tampak cemas. "Itu cuma mimpi, Lyr."
Lyra menangis lega dan menarik Erlan dalam peluknya. Syukurlah, itu hanya mimpi. Itu hanya mimpi ....
"Aku takut, Lan. Aku ... nyakitin kamu. Aku takut ..." tangis Lyra.
"Nggak, Lyr. Kamu nggak nyakitin aku. Aku baik-baik aja dan aku bahagia sama kamu," ucap Erlan sungguh-sungguh. "Karena kamu, aku bahagia."
Erlan melepas pelukan dan menarik diri. Ia mengecup kening Lyra, lalu matanya, hidungnya, terakhir bibirnya.
"Setiap detik yang aku lewati sama kamu, aku bahagia, Lyr," ucap Erlan lagi. Lalu, pria itu mencium Lyra lembut. Kelembutan yang perlahan melenyapkan ketakutan Lyra, menyingkirkan mimpi buruknya.
Entah apa yang akan Lyra lakukan tanpa Erlan.
***
Erlan menatap wajah lelap Lyra. Setelah terbangun karena mimpi buruk tengah malam kemarin, untungnya Lyra tak lagi bermimpi buruk. Erlan melewatkan tidurnya untuk memastikan itu. Apa yang bisa Erlan lakukan untuk Lyra? Erlan akan melakukan apa pun untuk istrinya.
Erlan mendekat dan mengecup kening Lyra. Disingkirkannya helaian rambut yang jatuh ke wajah wanita itu ke balik telinga.
"Jangan mimpi buruk, Lyr," ucap Erlan pelan.
"Aku nggak mimpi buruk."
Erlan terkejut mendengar Lyra menjawab, meski matanya masih terpejam. Bibir wanita itu menyunggingkan senyum sebelum ia membuka mata.
"Mana mungkin aku mimpi buruk kalau kamu jagain aku sampai nggak tidur?" sebut Lyra.
Erlan tersenyum. "Aku suka lihat wajah tidurmu."
Lyra mendengus. "Jam berapa ini?"
"Masih jam empat. Kamu tidur lagi aja," ucap Erlan.
Lyra menggeleng. Ia menyelipkan tangan ke bawah kepala Erlan dan berkata, "Kamu aja yang tidur. Sekarang, aku yang akan jagain kamu."
Erlan terkejut, sebelum tersenyum. Lyra memeluk Erlan dan mengusap kepalanya. Namun, alih-alih mengantuk, Erlan malah mengerang merasakan tubuh mereka bersentuhan.
"Sejujurnya, sekarang ada hal lain yang kupikirin selain tidur," aku Erlan.
Lyra melepas pelukannya dan menatap Erlan heran. "Apa?"
Erlan menatap bibir Lyra, lalu menggulingkan tubuh hingga ia berada di atas Lyra.
"Ini," ucapnya sebelum mencium bibir Lyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying My Enemy (End)
RomanceAda yang pernah mengatakan, menikah adalah tentang memilih teman bertengkar seumur hidup. Hal itu sepertinya berlaku untuk Lyra. Karena akhirnya, setelah melewati sekian pertengkaran dan perdebatan, Lyra akan menikah dengan musuhnya sendiri, Erlando...