Seperti pagi yang biasanya, lagi lagi Gea berangkat mepet dengan jam masuk.
"Tumben udah berangkat ?"tanya Jean, sahabat Gea yang duduk di depan meja Gea dan Natasa.
"Si Jean mah aneh. Harusnya pertanyaan lo itu lo ungkapin pas Gea datang jam setengah tujuh."timpal Fiyo.
"Terserah lo deh." Jean mengakhiri perdebatannya dengan Fiyo.
"Eh, udah ngumpulin makalah biologi yang kemarin ?"tanya Gea.
"Udah. Baru aja si Pandu ke ruang guru."jawab Jean.
"Lah terus punya gue gimana dong ?"tanya Gea.
"Lo kejar aja tuh si Pandu palingan juga belum sampe." Natasa langsung angkat suara.
Gea langsung lari mengejar Pandu yang membawa tumpukan laporan praktikum biologi. Gea mencoba menambah kecepatannya agar bisa menyusul Pandu.
Brak
"Njay."umpat Gea
"Lo ?"
Gea kaget ternyata yang menabraknya itu Naren, si Ketos songong.
"Apa ?"ucap Gea menantang Naren.
"Kalo jalan tolong sinkronin antara mata sama kaki."
"Bodo." Gea langsung mencari laporan biologinya yang tadi terjatuh.
"Laporan gue..." mata Gea langsung berkaca kaca. Bagaimana tidak ? Dia udah ngerjain laporannya sampai jam 2 pagi (ketahuan deh kalo SKS) dan apa yang dia lihat sekarang laporan itu hanyut di comberan.
"Gitu aja nangis, cengeng."cibir Naren.
"Gue harap ini terakhir kalinya gue ketemu sama lo. Dan lo cowok terkejam yang pernah gue temuin. Permisi."ucap Gea. Selanjutnya Gea pergi meninggalkan Naren dkk.
"Ya udah yuk, Ren. Ke kelas."ajak Zio.
Naren, Zio, dan Seno berjalan menuju kelasnya.
"Ya elah, Ren tuh muka masih ditekuk aja. Udah pagi nih jemur sono keburu gak kering nanti."celetuk Gibas saat melihat Naren yang masuk kelas dengan wajah yang masam.
"Lo kira muka Naren pakaian basah ?"ucap Kenzo.
"Ye muka lo tu yang kayak sempak basah."timpal Seno.
Sementara Naren yang menjadi topik pembicaraan hanya diam di kursinya.
"Ren, lo gak papa kan ?"tanya Zio yang sebangku dengan Naren.
"Hm."
Selang beberapa menit
"Selamat pagi anak-anak." Bu Ana masuk ke kelas XII IPA 2.
"Pagi bu"
"Kita lanjutkan pelajaran yang kemarin."
"Kemarin yang mana bu ?"
"Itu yang kemarin ku melihatmu kau bertemu dengannya, yang kurasa sekarang kau masih memikirkan tentang dia. Apa kurangnya aku di dalam hidupmu hingga kau curangi aku. Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia..."
"Cielah si ibu malah konser dadakan."
"Hae hae hae hae solo solo jos."
"Udah udah buka bukunya halaman 219. Kita lanjut materinya."
Bu Ana pun menjelaskan tentang limit. Semua siswa memperhatikan Bu Ana, Bu Ana memang guru yang bisa menempatkan dirinya dengan baik, jika waktunya bercanda maka beliau akan bercanda, dan waktunya serius maka beliau juga serius.