7

3.8K 156 8
                                    

Naren membuka jas almamaternya.

"Asal lo mau jadi partner nyanyi gue di Pentas Seni 2 bulan lagi."

"Kenapa gue ?"

Naren menunjukkan berkas Gea, yang menunjukkan bahwa Gea pernah menjuarai lomba menyanyi.

"Gak. Masa gue cuma minjem jas lo. Lo nya minta yang aneh aneh."

"Gue cuma minta lo jadi partner gue bukan jadi pacar gue."

"Gak. Nanti fans lo marah lagi."

"Lo udah pinter ngatur soal itu." Naren tersenyum kala mengingat pertengkaran tadi pagi.

"Gak. Pokoknya."

"Ya udah pulang sono."

Naren mengusir Gea. Dengan menghentakkan kakinya, Gea bangkit dari duduknya. Masa bodo sama roknya yang kotor kena darah.

Melihat kondisi Gea yang seperti itu Naren merasa iba kepadanya. Dengan cepat Naren mencekal tangan Gea yang hendak pergi. Lantas Gea membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan Naren. Karena posisi keduanya yang sangat dekat, saat membalikkan badan kening Gea tak sengaja menyentuh bibir Naren.

Cup


"Anjay jidat gue kena cipok."heboh Gea sambil memegang jidatnya.

Naren hanya terkekeh melihat Gea yang heboh dengan ciuman tak sengaja tadi.

"Apa ?"garang Gea.

Naren tersentak dengan suara Gea yang sedikit membentak.

"Nih." Naren menyerahkan Jasnya.

"Gitu kek dari tadi."

"Tunggu sini. Jangan kemana-mana sampai gue dateng." Naren lantas beranjak dari ruangannya.

Naren pov

"Lucu juga tuh cewek."pikir gue sembari berjalan keluar ruang OSIS

Entah kenapa cewek yang bernama Gea itu, bisa buat gue jatuh cinta lagi. Anak baru yang suka datang telat, suka bikin gara-gara, lebih tepatnya baru bikin gara gara. Entah keberanian dari mana tuh cewek berani nantang Siena, cabe SMA Semesta. Patut gue acungi jempol nih anak.

Gue gak nyangka cewek yang berhasil gue cyduk Senin kemarin karena bolos upacara, sekarang dia malah nyiduk hati gue. (Kek judul ftv dah 😂✌)

"Buk, beli pembalut."pinta gue pada ibu koperasi.

Ibu Koperasi hanya cengo. Entahlah kenapa mungkin dia heran.

"Oh, mau yang bagaimana ? Yang ada sayapnya apa yang gak ada sayapnya ?Yang ada sayapnya yang panjang apa yang pendek ? Yang ada antiseptiknya apa yang gak ada ? Yang merek apa ? Yang ini apa yang ini ?"

Banyak juga macamnya, gue kira cuma satu. Ini mah lebih kayak nama nama hewan yang diklasifikasikan ke genus mana ? Spesies mana ? Ordo ? Kelas and whatever again.

"Terserah, ibu aja."

Ibu Koperasi kemudian memberikan pembalut itu. Dan anehnya kenapa harus bungkus plastik hitam, biar kekinian pake apa gitu. Monoton banget bungkusan.

"Bu, minta kertas sama bolpoin."

Langsung saja memberikan stick note dan bolpoin. Setelah itu, gue menuliskan beberapa kata kata di stick note tadi.

"Dah. Makasih bu."

Bergegas gue menuju ruang OSIS. Di tengah jalan gue bertemu dengan Cika, anak Seksi Keagamaan. You know lah, dia muslimah banget, ukhti rohis lah.

My Cool KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang