Di halte sekolah, Gea tengah termenung. Meratapi nasibnya yang terjebak di halte karena hujan deras sejak pulang sekolah tadi.
"Ah, sial kenapa hujan gak tau kondisi banget. Angkot juga mana lagi ?."umpat Gea.
Brummm brummm
Gea mendengar ada motor berhenti di sampingnya. Gea lantas menoleh dan yang ia dapati adalah Naren. Gea hanya cengo menatap Naren.
"Ngeliatinnya biasa aja."cibir Naren tanpa menoleh ke arah Gea.
"Dih. Ge er"cibir Gea untuk menutupi kegugupannya.
Gimana gak cengo coba, lo bayangin aja. Kancing bajunya udah kelepas semua, hanya melihatkan kaos dalam berwarna putih, rambut yang acak-acak dan basah hingga airnya menetes ke wajahnya (kayak ilernya Gea pas ngeliatin Naren) jangan lupakan tangan Naren yang mengacak-acak rambutnya.
Naren hanya terkekeh mendapati Gea yang ke grep.
Gea memejamkan matanya. Di dalam hatinya ia mengucapkan beberapa hal agar abang atau pangeran dari entah brantah menjemputnya.
"Cantik."ucap Naren tanpa sadar.
"Udah banyak yang bilang."jawab Gea santai dengan mata yang masih terpejam.
Beberapa saat, Gea membuka matanya dan menoleh ke arah Naren. Gea mendapati wajah Naren yang mendangak ke atas bersandar pada tiang halte dengan mata terpejam.
Gea mengamati wajah Naren. Saat mata Naren terbuka. Naren mendapati mata Gea yang tengah menatapnya.
Keduanya saling tatap, melalui manik mata mereka menyelami kehidupan pemilik mata tersebut. Mencari kenyamanan yang dihadirkan.
3 menit kemudian, Naren memutuskan kontak mata. Pergi menuju motornya. Memakai helmnya dan menaiki motornya.
Melihat itu, Gea kesal. Kenapa coba ada cowok kek dia. Bukannya nawarin nganter pulang gitu kek. Ini malah di tinggal di halte sendirian, mana udah sore. Gak peka banget tuh cowok. Woy peka dong.
"Naik."tanya Naren.
Gea lantas mendongakkan kepalanya menatap Naren dan menganggukan kepalanya.
Motor Naren langsung berjalan di jalanan ibu kota yang basah karena di guyur hujan. Naren mengendarainya hanya dengan kecepatan rata-rata.
Tiba tiba di tengah jalan, hujan kembali mengguyur dengan spontan Naren melajukan motornya dengan cepat. Dan Gea hanya bisa mengeratkan pelukannya pada Naren.
Kemudian Naren menepikan motornya di depan cafe. Keduanya lantas turun dari motor. Naren melangkahkan kakinya ke dalam cafe semetara Gea hanya mengekor dibelakangnya Naren.
Berada di pojok cafe nomor 24. Naren dan Gea duduk sambil menikmati minuman hangat yang mereka pesan.
"Nih. Pake." Naren menyodorkan jaketnya yang berada di dalam tas.
"Lo aja yang pake. Kan lo yang bawa motornya. Pasti lo lah yang kedinginan. Gue kan masih ke tutupan sama tubuh lo yang GEDE."terang Gea.
"Baju lo tipis."ucap Naren dengan sorot mata yang sulit diartikan.
"Terus kenapa ?"
"Gue gak mau kalo kita berakhir di hotel."ucap Naren datar.
"Dasar Ketos mesum." Gea lantas mengambil jaket Naren dengan kasar.
"Heh, ketos juga laki-laki. Dan juga punya nafsu."ucap Naren lantas menyentil dahi Gea.
"Gue pikir lo alien."cibir Gea