"Kenapa tuh muka ? Lecek amat."celetuk Natasa saat Gea duduk di sampingnya.
"Biasa."lesu Gea sambil menopang wajahnya di atas tangannya sebagai penyangga. Sahabatnya sudah tahu maksud dari kata 'biasa' nya Gea ialah dimarahi Mama karena bangun kesiangan.
"Lagian jadi anak demen banget ngebo."cibir Fiyo yang tiba-tiba nimbrung.
"Iya, itu udah mendarah daging dan mengalir dalam darah diri gue. Mau gimana lagi ?" Gea menoleh ke arah teman-temannya malas.
"Ya ilangin aja kebiasaan lo. Pas-"celoteh Fiyo terpotong oleh Pak Bio yang sudah datang ke kelas mereka.
"Selamat pagi anak-anak."sapa Pak Bio.
"Ilangin aja noh pak Bio. Biar ada faedahnya hidup lo."bisik Gea di telinga Fiyo.
"Baik buka bukunya halaman 765. Kita lanjutkan pelajaran yang kemarin."jeda Pak Bio.
☆☆☆
"Anjay."kesal Gibas sambil menghempaskan dirinya di kursi sebelah Seno.
"Kenawhy sih, Gas ?"ucap Seno sambil mengelus pundak Gibas.
"Ih, dont touch me !"tegas Gibas karena risih dengan usapan Seno.
"Elo tuh ya nggak bisa melow dikit."cibir Seno.
"Melow ya melow gak harus pegang-pegang juga kali."ucap Gibas.
"Serah lo."kesal Seno pada Gibas. Sehingga Seno mengalihkan pandangannya pada game yang sempat tertunda.
"Masak gue tadi dikerubungin sama fans nya Naren. Pada nanyain Kak Naren gimana kak kabarnya. Gimana keadaannya. Sampe-sampe gue dihadang terus ditodong pertanyaan juga tentang Naren. Kebas telinga gue."curhat Gibas.
"Terus ?"ucap Seno sambil pura-pura menguap.
"Taek lo." Gibas menoyor kepala Seno.
"Eh, nglunjak ya lo." Kini Seno berdiri menghadap Gibas sambil berkacak pinggang.
"Terus lo mau apa ? Hah ?" Gibas pun ikut bangkit dari duduknya sehingga kini keduanya berhadapan.
"BERANTEM HAH ?"teriak Gibas sambil mencicingkan lengan bajunya. Karena teriakannya itu, keduanya menjadi pusat perhatian.
"AYO." Seno meyenggol bahu Gibas.
Seno dan Gibas saling menatap sengit. Seperti akan ada perang kelima di kelas XII MIPA 2. Perang yang akan di mulai sebentar lagi. Tatapan meremehkan mulai ditunjukan oleh kedua belah kubu. Nafas mereka yang mulai memburu karena emosi.
"Pada ikut cabut gak ?"ucap Zio sambil menenteng tasnya dan bangkit dari tempat duduknya yang diikuti Kenzo di belakangnya.
"Kemana ?"tanya Seno semangat. Dasar anak bandel, diajak bolos mau.
"Nyari Papanya keluarga Khong Huan. Kasian bentar lagi mau puasa, takut kalo ikut bang thoyib."celetuk Kenzo.
"Gue ikut. Kepo gue sama Papa Khong Huan."ucap Gibas sambil bersiap menenteng tasnya dan menyusul Zio dan Kenzo.