.prologue.

5.8K 402 16
                                    

✧✦

BYURRR.

Satu ember besar berisi air dingin tumpah ke seluruh tubuhku. Kelompok laki-laki yang tadinya sudah cukup puas dengan hanya memukuliku, kini tertawa saat teman mereka menumpahkan ember itu kepadaku.

Temperatur yang turun tiba-tiba membuat tubuhku kejang. Penglihatanku menjadi kehilangan fokus. Aku berusaha mengembalikannya dengan mengusap wajahku berkali-kali, tetapi tidak ada hasil. Tawa mereka makin keras saat satu buah ember ditumpahkan lagi ke seluruh tubuhku, membuatku makin tidak berdaya.

Bukannya malah mengusap muka, dengan segala upaya aku menengok kesana kemari mencari dia.

Dengan penglihatanku yang terbatas, mataku menangkap seorang laki-laki bermata biru yang sedang tertawa. Ah itu dia, batinku. Aku memperhatikan mata birunya yang menyipit saat dia tertawa. Dadaku rasanya hangat. Aku sangat bahagia dengan hanya melihatnya dari sini. Indah sekali.

"Lihat mukanya!!"ujar laki-laki itu seraya tertawa beriringan bersama teman-temannya. Tawa mereka makin keras sekarang, menyakiti telingaku. Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Asalkan aku bisa melihatnya, aku baik-baik saja.

Aku tetap memperhatikan mata birunya saat tiba-tiba mata itu menatapku balik. Tawanya pun berhenti.

"Apa lihat-lihat?"ujarnya, galak. Aku cepat-cepat menunduk. Dia lalu mengangkat daguku dan menyuruhku menatap matanya. "Siapa yang membolehkanmu menatapku?" Aku hanya diam. Aku benar-benar terhipnotis dengan matanya. Matanya sangat indah.

Dia lalu mendorongku keras. Aku terjungkal dan jatuh ke dalam lumpur. Seragamku yang tadinya sudah basah, kini terkotori oleh lumpur disana-sini. Tawa mereka semua pun kembali terdengar, dan telingaku rasanya makin sakit.

"Rasakan itu dasar anak idiot!"seru laki-laki itu. Lalu mereka pun pergi.

Aku segera berdiri dan menepuk-nepuk rokku walaupun tidak ada gunanya. Aku mengambil barang-barangku yang berserakkan dimana-mana dan memasukkannya ke dalam tas. Aku lalu menggendong tasku dan berjalan pulang.

Ibu, seperti biasa, sedang mabuk di ruang tamu. Sedangkan ayah, sedang keluyuran entah kemana. Jadi sama saja tidak ada gunanya menceritakan hal ini pada mereka. Bahkan saat aku lewat pun, ibuku sama sekali tidak menyapaku.

Aku mengeluarkan kunci untuk membuka kamarku. Aku masuk ke kamarku dan menguncinya kembali.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh kamarku sambil tersenyum bangga. Kamarku penuh dengan sketsa mata. Bola mata manusia dengan berbagai warna ataupun mata hewan yang kubuat sendiri.

Sebuah masterpiece.

Aku mendekati gambar yang paling besar. Sketsa mata berwarna biru laut yang kutempel di dinding kamarku. Aku tersenyum licik saat melihatnya.

Tunggu pembalasanku, Nash Grier.

✧✦

eyes ;; nash gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang