.eleven.

3.7K 317 163
                                    


| nash's |

"Jadi...inilah dia."ujar Julie, pelan. Aku menarik koperku menaikki tangga kayu yang ada di depan beranda rumah Julie. Julie membuka pintu lebar-lebar bagiku untuk masuk.

"Selamat datang di rumahku!"ujar Julie. Nada suaranya full of excitement. Seringai terbentuk di bibirnya, menandakan betapa excited nya cewek itu. Tapi seperti biasa, tidak ada rona kegembiraan yang terpancar di matanya.

Rasanya seperti... rona yang terpancar di matanya sudah lama mati.

Aku memilih untuk tidak menghiraukan hal itu dan menarik koperku masuk. Aku langsung mengedarkan pandanganku ke sekeliling dan bersiul.

"Whoa..."

Sebenarnya bagian dalam rumah Julie biasa-biasa saja. Tapi yang bikin aku kagum adalah banyaknya patung-patung kayu yang menghiasinya.

Sejauh mata memandang, terdapat patung-patung kayu dengan warna mata yang berbeda-beda. Ada patung kucing, anjing, burung hantu, angsa, dan lain-lain.

"Kau membuat semuanya sendiri?"tanyaku. Julie mengangguk.

"Hanya sebagai pengisi waktu luang di waktu senggang. Daripada aku bosan, lebih baik aku membuat ini, bukan?"terang Julie. Aku mengangguk mengiyakan. Aku berjalan memasuki rumah Julie lebih dalam sambil terus mengamati patung-patung yang tersebar dimana-mana.

"Ohiya, Nash," Merasa terpanggil, aku balik badan dan menatap Julie dengan bertanya-tanya. "Kau boleh kemana saja tetapi jangan ke basement ok? Disitu banyak barang-barang yang dipenuhi debu jadi... Err--aku khawatir kau akan terganggu."ujar Julie, tersenyum simpul.

Aku mengangguk dan tersenyum, menyetujui ucapannya karena mau bagaimanapun juga, dia tuan rumah. "Okay, love"ujarku. Julie tersenyum lalu berjalan mendahuluiku seraya menarik kopernya ke atas.

Aku kembali menjelajahi rumah Julie. Mataku menangkap satu patung yang menempel di dinding ruang tamu. Aku mendekatinya. Tadinya kukira itu adalah patung kepala beruang. Tapi, ternyata tidak.

Itu patung kepala manusia.

Rambutnya yang terukir dari kayu kelihatan seperti dikuncir dari belakang. Dahinya mengkerut. Matanya menyipit karena kesakitan. Mulutnya terbuka seperti berteriak menahan sakit. Di ujung matanya terdapat tetesan-tetesan air mata yang terukir disana.

Dan yang lebih aneh lagi adalah, patung itu tidak mempunyai mata. Soket matanya kosong. Yang terdapat disana hanyalah lubang kosong yang tidak muat dimasuki oleh jemari.

Aku melihat kesamping dan ternyata ada patung yang hampir sama seperti itu. Ekspresinya sama dan sama-sama tidak mempunyai bola mata pula. Tapi bedanya, itu patung kepala seorang laki-laki.

Aku memperhatikan kedua patung itu baik-baik. Aku mengelus permukaan kayunya yang dipahat dengan sempurna. Tiba-tiba tanganku mengelus sesuatu yang samar-samar berbentuk seperti kumpulan-kumpulan huruf. Kumpulan-kumpulan huruf itu begitu kecil dan tersembunyi. Terlebih lagi letaknya di bagian bawah, sehingga tidak mudah terlihat oleh mata.

Aku mengambil handphone dari kantung celana dan mengaktifkan fitur flashlight. Aku menerangi kumpulan-kumpulan huruf itu dengan handphone-ku. Kumpulan huruf itu dibaca "F a t h e r". Aku mengerutkan dahiku bingung.

Father? Ayah?

Aku pindah ke patung kepala perempuan yang di sebelahnya dan melakukan hal yang sama seperti tadi. Aku meraba-raba patung tersebut sampai akhirnya menemukan apa yang aku cari. Aku segera meneranginya dengan flashlight dan benar saja, terdapat kumpulan huruf disitu. Kumpulan huruf tersebut dibaca "M o t h e r".

eyes ;; nash gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang