✧✦
ding dong
ding dong
Nash Grier terbangun karena suara bel pintu yang ditekan berulang kali.
ding dong.
ding dong.
Nash menekan kedua matanya dengan tangannya. Kepalanya pusing karena kesadaran yang datang tiba-tiba. Saat akhirnya bel itu berhenti, dia kira orang yang ada di balik pintu itu akan menyerah. Tetapi, tidak. Orang itu malah makin menekan bel berkali-kali dengan tempo yang makin cepat.
ding dong.
ding dong.
ding dong.
Nash mengerang dan menenggelamkan kepalanya pada bantal yang empuk. Dia berharap siapapun yang ada di balik pintu itu akan pergi dengan segera, karena suara bel itu sangat mengganggunya. Nash belum siap untuk bangun sekarang. Matanya masih sangat mengantuk.
Setelah beberapa bunyi bel terakhir, akhirnya Nash menyerah dan bangun dari peristirahatannya yang empuk.
"Tunggu sebentar!"serunya, dengan lemah. Suara bel itu seketika berhenti. Nash segera memakai kaus dan sandal hotelnya yang terletak di karpet. Dia segera berjalan dengan gontai ke arah pintu kamar hotel dan membukakan pintu untuk siapapun itu.
Matanya bertemu dengan seorang gadis berambut coklat yang manis. Rambutnya yang panjang diurai kesamping. Matanya yang berwarna coklat mengerling gembira saat melihat Nash. Senyumannya agak aneh, dengan satu ujung bibir naik ke atas--seolah olah puas akan sesuatu.
"Ada perlu apa?"tanya Nash, mengantuk. Matanya dia kedip-kedipkan sedikit untuk melihat lebih jelas.
"Apakah kau Nash Grier?"tanya gadis itu. Tangannya mengepal dan dia terlihat seperti akan meledak. Nash mengerutkan dahinya saat melihat gadis itu. Pasti fangirl, batinnya.
"Iya. Ada perlu apa denganku?"
"Kau tidak mengenaliku?" tanya gadis itu dengan penuh harap. Nash mengerutkan dahinya kembali. Wajah gadis itu tidak tampak familiar di mata Nash, jadi dia menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Emm... maaf. Aku tidak mengenalimu. Kau siapa?" Rahang perempuan itu mengatup dengan keras. Dia menatap Nash dengan tatapan tajam sebelum akhirnya normal kembali. Kejadian itu berlangsung dengan cepat sampai-sampai Nash mengira dia hanya berkhayal saja.
"Aku Julie. Julie Tanner. Aku satu sekolah denganmu dulu." ujarnya. Jantung Nash langsung berhenti berdetak saat mendengar nama yang keluar dari mulut gadis itu. Mata Nash seakan akan copot dari tempatnya saat gadis itu memperkenalkan dirinya. Julie Tanner?
"Julie Tanner?"tanya Nash memastikan kembali. Gadis itu mengangguk. Wajah Nash memucat. Tidak mungkin. Tidak mungkin. "Tapi bukankah--"
"Aku sudah mati karena bunuh diri?"tanya Julie. Nash mengangguk dengan gugup. Julie tertawa. "Aku kabur dari rumah. Ibuku mengira aku bunuh diri. Itu cuma alasan yang dipakai ibuku untuk mendapatkan uang asuransiku"ujar Julie, santai. Dia mengucapkan kalimat itu seolah-olah ini adalah percakapan biasa. Seolah-olah itu bukan masalah yang besar.
Nash terdiam. Benarkah seorang ibu bisa sampai seperti itu?, batin Nash. Nash menatap Julie dari atas sampai bawah. Entah karena apa matanya jadi segar sekarang.
"Kau berubah banyak."ujar Nash, canggung. Dulu Julie sering Nash juluki Sadako karna rambut panjangnya yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Sekarang rambutnya sudah tersibak dari wajahnya dengan model layer.
Cantik.
Julie tersenyum. "Yah, begitulah. Hidup baru, penampilan baru"ujar Julie. Nash terpana melihat senyuman yang terukir di wajah Julie. Bahkan sekarang dia sudah bisa tersenyum.
Dulu sekali, Julie Tanner adalah seorang anak yang pendiam. Wajahnya selalu tanpa ekspresi dan rambutnya menutupi hampir seluruh wajahnya. Julie dijuluki Sadako oleh Nash dan teman-temannya, dulu.
"Ngg... jadi mau apa kau kemari?"tanya Nash akhirnya. Julie mengangkat bahunya.
"Aku hanya ingin menyapamu. Kudengar kau terkenal ya sekarang?" Nash menunduk dengan malu. "Kebetulan aku sedang mengunjungi temanku disini. Dan aku melihatmu." Julie memiringkan kepalanya seperti boneka. Salah satu ujung bibir Julie terangkat naik dan dia mengelus pipi Nash lembut. "Matamu masih saja indah."
Rasa dingin merambati punggung Nash saat mendengar pujian itu. Entah kenapa bulu kuduknya langsung merinding saat mendengarnya. Sejujurnya, Nash memang sering mendapat pujian seperti itu. Dari para fangirl ataupun teman-temannya.
Tapi kalimat yang dilontarkan Julie amat sangat berbeda. Apalagi sentuhan tangannya. Rasanya seperti... Julie hanya tertarik dengan mata Nash saja. Dan pujian itu ditujukan untuk matanya, bukan dirinya.
Tiba-tiba Julie mengecek jam tangannya. "Kelihatannya aku harus pergi."ujarnya, kecewa. Julie menatap Nash dan tersenyum tipis. Senyuman yang tidak mencapai matanya.
"Sampai jumpa lagi Nash Grier."
✧✦
KAMU SEDANG MEMBACA
eyes ;; nash g
Mystery / Thriller[COMPLETED] ❝You have such a beautiful eyes, Nash Grier❞ ✧✦ nash tidak tau mana yang lebih menyeramkan-fakta bahwa cewek yang di depannya ini psikopat, atau fakta bahwa dia mencintai seorang psikopat. ✧✦ alternate universe. copyright 2014 by cli...