a/n this chapter contains sadistic scene.
~•~
welcome to your greatest nightmare then...
✧✦
Cameron tidak percaya ini.
Dia hampir berkelahi dengan Nash hanya karena Julie?
Orang normal berkelahi karena memperebutkan seorang gadis. Tapi ini? Dia hanya berusaha memperingatkan Nash tentang Julie. Kalau Julie itu gila. Tapi Nash tidak mau mendengarkan.
Sebenarnya ada apa sih dengan cewek itu?
"Aku mendengar kalian berkelahi dari luar"ujar seseorang. Cameron mendongak. Itu Hayes. Hayes menyilangkan tangannya di depan dada sambil bersender di dinding yang ada di sampingnya.
"Apa maumu?!"tanya Cameron, marah. Tangannya masih mengepal daritadi. Hayes mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Whoa, slow down tiger. Aku hanya mau memberitahumu sesuatu. Yahh, tidak penting sih sebenarnya. Tapi sepertinya kau akan suka cerita ini,"ujar Hayes, menyeringai. Cameron memutar matanya.
"Apa? Cepatlah. Aku sedang tidak mood untuk diajak bercanda,"ujar Cameron, masih emosi. Hayes mundur beberapa langkah.
"Tapi kau harus menenangkan dirimu dulu, oke? Lama-lama kau menyeramkan juga."ujar Hayes. Hayes menggesturkan tangannya menyuruh Cameron untuk mengikuti dirinya. Cameron mengikuti Hayes sambil menggerutu dalam hati.
Hayes mengajak Cameron untuk duduk di sofa panjang di depan lift. Cameron duduk di sofa berwarna biru tua tersebut dan menyenderkan punggungnya ke belakang. Otot-otot tubuhnya yang tadi tegang mulai rileks sedikit.
"Kau sudah tenang tiger?"tanya Hayes, nyengir. 'Tiger'? Seriously?
"Oh, shut up, Grier. Cepatlah ceritakan ceritamu itu."ujar Cameron, tidak sabar.
"Astaga, sabarlah sedikit tiger."ujar Hayes. Cameron menatap Hayes dengan jengkel. Hayes tidak menghiraukan tatapan Cameron dan mulai bercerita, "Jadi, waktu aku dan Nash masih di Carolina, Nash sering membully seorang gadis yang kuketahui, bernama Julie Tanner."
"Julie? Maksudmu Julie itu?" Hayes mengangguk.
"Well, aku tidak menyalahkan Nash. Julie memang cocok dijadikan objek bully. Dia tipe cewek yang tidak berinteraksi dengan siapapun. Dia tipe yang selalu duduk sendirian di kelas hanya ditemani oleh sketchbook kecilnya. Dulu rambutnya sangat panjang sampai-sampai menutupi hampir seluruh wajahnya. Setiap diejek, didorong, atau apapun dia pasti hanya diam sambil menatap ke bawah.
"Dan suatu hari, ada berita bahwa Julie bunuh diri. Tapi tampaknya tidak ada yang peduli. Keluarga Tanner adalah keluarga yang tertutup. Orangtua Julie tidak pernah datang ke sekolah entah karena alasan apa.
"Suatu hari pihak sekolah mengirimkan bunga sebagai ucapan belasungkawa ke rumah Julie. Hanya untuk formal saja, kau tau. Tapi saat kurir mengetuk pintu rumahnya berkali-kali, tidak ada yang membukakan pintu. Jendela mereka tertutup rapat dan pintunya terkunci. Rumahnya tampak seperti rumah kosong.
"Dan tahun-tahun setelahnya aku tidak pernah mendengar nama Julie Tanner lagi kecuali sampai--"
"--sekarang,"sambung Cameron. Bulu kuduknya merinding. Itu sangat menyedihkan dan menyeramkan dalam saat yang sama.
"Jadi sekarang kau tau kan kenapa Nash selalu membela Julie?"tanya Hayes. Cameron mengangguk perlahan.
"Karena Nash ingin membalas rasa bersalahnya kepada Julie..."

KAMU SEDANG MEMBACA
eyes ;; nash g
Mystery / Thriller[COMPLETED] ❝You have such a beautiful eyes, Nash Grier❞ ✧✦ nash tidak tau mana yang lebih menyeramkan-fakta bahwa cewek yang di depannya ini psikopat, atau fakta bahwa dia mencintai seorang psikopat. ✧✦ alternate universe. copyright 2014 by cli...