.ten.

2.7K 280 19
                                    

✧✦

"Sudah kubilang padamu sebelumnya, aku tidak melakukan apa-apa!"

"Tenang, Mr. Grier. Kami tidak menuduhmu apa-apa. Aku hanya bertanya, apa yang kau lakukan di malam saat Cameron meninggal?"tanya seorang anggota FBI laki-laki, yang bernama Derek. Nash memalingkan mukanya saat mendengar kata 'Cameron'. Hatinya serasa mencelos setiap dia mendengar nama 'Cameron' disebut.

"Nash, apa yang kau lakukan malam itu?"tanya seorang anggota FBI perempuan, yang bernama JJ. Nash menutup matanya erat-erat. Tetesan air mata jatuh ke pipinya.

Kenapa dia bisa begitu bodoh?

Kenapa dia tidak bisa mendengar suara Cameron meminta tolong?

Kenapa--

"Nash?"ujar JJ, menepuk bahu Nash--membawa Nash kembali ke kenyataan. Nash menatap JJ dengan tatapan suram yang dalam.

"Aku tidur."ujar Nash, menekankan kata terakhir. Matanya yang biru penuh dengan air mata--membuat penglihatannya blur. "Tanya Carter. Atau Matt. Atau Hayes. Atau Jack" Nash menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkannya lagi, "Aku tidur."

JJ dan Derek menukar pandangan satu sama lain karena penjelasan Nash yang memang sangat tidak masuk akal. Nash hanya berjarak beberapa meter dari tempat kejadian perkara. Lalu kenapa dia tidak bisa mendengar suara teriakan Cameron?

Hanya dengan memikirkan itu saja, hatinya sudah terasa sakit. Nash menunduk dan menangis. Air matanya tidak bisa berhenti. Nash tidak pernah menangis di depan orang-orang asing sebelumnya.

Tapi kali ini dia tidak peduli. Dia tidak peduli dengan respon apapun yang akan diberikan JJ dan Derek. Mau dia ditertawakan atau apapun, Nash tidak peduli.

Karena mau bagaimanapun, sahabatnya tetap akan mati.

Dan tidak akan ada yang bisa membangkitkan Cameron kembali.

JJ mengeluarkan sapu tangan dari kantung jaketnya dan memberikannya kepada Nash. Nash mendongak menatap JJ dengan mata berair. JJ tersenyum tipis dan mengangguk meyakinkan. Nash mengambil sapu tangan tersebut dan bergumam, "Terima kasih"

"Baiklah sepertinya pertemuan kita sampai disini. Kalau mengingat sesuatu atau ada yang aneh telfon kami saja, oke?"ujar Derek. Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dari kantongnya dan memberikannya kepada Nash. Nash bangkit dari tempat duduknya dan mengangguk pelan.

"Beristirahatlah, kawan."ujar Derek, seraya menepuk bahu Nash. Nash hanya tersenyum tipis lalu berjalan meninggalkan ruangan.

"Do you think he's the suspect?"tanya JJ, saat Nash sudah meninggalkan ruangan.

Derek hanya mengangkat bahunya seraya membereskan berkas-berkas. "I don't think so"ujarnya, tanpa berpaling.

✧✦

Setelah interogasi itu, Nash duduk di sofa yang ada di depan lift untuk menenangkan diri. Nash sudah meminta tolong seorang petugas kebersihan yang bekerja di hotel ini untuk membereskan barang-barangnya.

Sebenarnya tidak banyak, Nash hanya membawa barang-barang yang masih berada di dalam koper. Selebihnya, yang sudah tercecer di lantai atau yang ada di kamar mandi, tidak boleh dibawa. Karena barang-barang yang berpindah dari TKP bisa mengganggu penyelidikan polisi.

Nash mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin malam terus menerus. Di malam saat Cameron dibunuh. Nash heran, kenapa dia tidak bisa mendengar teriakan Cameron? Kenapa dia tidak bisa mendengar suara pembunuh itu? Mungkin kalau dia bangun pada malam itu, Cameron masih bisa hidup sampai sekarang.

Ini salahnya.

Ini salah Nash.

Nash memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Dan beberapa detik kemudian, pipinya basah. Nash menunduk dan menutupi mukanya dengan telapak tangan--berusaha meredam isak tangisnya.

eyes ;; nash gTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang