Mengenakan baggy pants warna hitam serta Sweater rajut warna putih adalah perpaduan yang pas, cocok serta sederhana bagi Selsa. Di tambah lagi polesan bedak dan teman-temannya, kalau tidak menggunakan Selsa tidak akan percaya diri, membuatnya semakin menambah kesan good looking.
Mengambil sneakers di rak sepatu, langkah meninggalkan kamar harus terhenti ketika melihat Mina bergulung diatas kasur dengan serius memandang ponsel.
"Na gue jalan dulu ya," pamitnya menghampiri Mina.
"Sama siapa?" Tanya Mina mengalihkan perhatian dari ponsel.
"Pastinya Sam," jawab Selsa, "ikut?" Lantas ia tawari Mina untuk ikut bersamanya atau tidak.
Mina berdecih, "ogah banget. Udah pergi aja," tolaknya ketus. Kemudian perhatiannya kembali tertuju pada ponsel, memainkannya lagi.
"Kenapa? Gue sama dia cuma mau nonton doang, kebetulan ada film romantis hari ini."
Mina memutar bola mata malas, "Terus lo mau bikin gue jadi nyamuk dengan nemenin lo pacaran sama si Samudra itu? Lagian bukan gue banget, nonton kok film Romantis." Cibirnya dengan bermain ponsel.
"Samuel Na, udah kenal lama masih aja salah nyebut nama pacar gue," koreksi Selsa ketika Mina salah menyebut nama Sam, "sekali-kali nonton yang romance, banyak banget pelajaran yang bisa diambil." Imbuhnya semakin mendapat cibiran dari Mina.
"Baper iya, udah sana pergi. Malem ini gue mau nge-play lagu metal yang pastinya bikin lo pusing, udah sana pergi." Usirnya cepat membuat Selsa mau tak mau mengomel pelan.
Selsa menenteng sneakers miliknya, berjalan meninggalkan kamar dengan penuh omelan. Melebarkan langkah untuk bisa sampai diambang pintu, dan menemui Sam yang mungkin sudah ada dibalik pintu kayu bercat warna krem itu.
"Eh, Papa udah di rumah? Tumben Pa?" Selsa kembali menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Fathir yang nampaknya baru pulang kerja.
"Iya sayang hari ini Papa pulang agak sorean. Badan Papa nggak enak, jadi mau istirahat di rumah aja. Mau jalan sama Sam ya?" Tebak Fathir, menghentikan langkahnya.
"Papa nggak enak badan? Mau Selsa temenin aja? Nanti Selsa buatin bubur sama susu putih hangat buat Papa. Selsa batalin aja jalannya sama Samuel, Pa." Seketika ia dilanda cemas berlebihan, ia juga melihat wajah Papa agak pucat sore ini. Mata pria paruh baya itu juga terlihat sayu dan sepertinya memang butuh istirahat.
Fathir menolak dengan gelengan, "jangan dibatalin, Samuel udah ada didepan. Papa baik-baik aja," tolaknya halus, mengerti perasaan sang anak. Ia tak mau mengganggu momen bahagia Selsa bersama Samuel.
"Pa masalahnya beda. Papa nggak enak badan loh, masalah jalan sama Sam kapanpun itu gampang, yang terpenting kesehatan Papa."
"Percaya sama Papa kalau Papa hanya butuh tidur. Setelah ini Papa janji akan langsung tidur, Selsa jalan aja sama Samuel, udah di depan loh dia." Fathir memasang roman baik-baik saja, meyakinkan anaknya yang begitu cemas.
Selsa cemberut, "Papa sulit di kasih tahu," cibirnya berlagak kesal, "yaudah janji ya habis ini istirahat, eh tapi makan dulu tadi opor ayamnya udah Selsa panasin, kalau ada apa-apa minta tolong sama Nana di kamar aku ya Pa." Beo Selsa sukses mendapat kecupan di pipi dari Fathir.
"Iya anak kesayangan Papa, hati-hati di jalan dan jangan pulang malem-malem."
Selsa mengangkat dua jempolnya, berganti mengecup pipi Fathir, ia tak lupa juga mencium punggung tangan Papa dan berpamitan.
Membuka pintu rumahnya, menampilka Pria dengan setelan santai duduk di kursi depa rumah. Pria itu menyambut kedatangannya dengan senyuman hangat, "udah siap beb?" Sapanya pertama kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's My (ex) Boyfriend (Sweet Ex Boyfriend New Version)
General FictionDALAM TAHAP REVISI! [Sweet Ex Boyfriend, New Version] Blurb: Tidak ada salahnya membaca buku yang sama berulang kali, begitulah perumpamaannya. Selsa dipertemukan kembali dengan Fabian, mantan kekasih yang dulu menjalin cinta selama tiga tahun, dit...